Setelahnya merekapun mulai berjalan menuju meja makan.
Ellia-pun lalu bergegas memundurkan dua kursi sambil tersenyum dan berkata :
" Bu, Ayah, duduk lah".
"Terima kasih, nak!".
Wataripun balas tersenyum.
Setelahnya Bi Ijah datang membawa 2 set piring tambahan untuk mereka.
"Silahkan..! Nyonya, Tuan..!".
Beberapa menit kemudian merekapun telah selesai sarapan dan duduk diruang tamu.
Lalu sang ibu mertua-pun bertanya.
"Ellia ..! Gimana usaha kalian sudah berhasil?" Tanya sang mertua menyelidik.
Deg deg deg ....
Jangtung Ellia-pun seakan ingin melompat keluar mendengar pertanyaan sang Ibu Mertua.
Sambil menundukan kepalanya Ellia-pun menjawab.
"Belum berhasil Bu...".
Dengan suara yang pelan Ellia-pun rasanya tak sanggup lagi berbohong kepada sang mertua. Ibu sangat ingin menimang cucu, sedangkan Ellia tak pernah sekali-pun bermalam bersama Aman. Apakah hal itu mungkin terjadi bila mereka tak pernah bersama.
Sedangkan Paris Brown, Ayah Aman tahu Apa yang sebenarnya terjadi, namun dia hanya diam tak ingin membuat istrinya kehilangan harapan dan kondisinya memburuk.
Paris Brown hanya merasa bersyukur dengan sang menantu yang seperti Ellia, gadis yang baik menurutnya. Paris tak menyesali keputusannya saat itu untuk menikahkan Aman dan Ellia saat itu.
Ibu Watari berpikir bahwa Ellia sangat bersedih dengan keadaanya lalu dia-pun berusaha menghiburnya.
"Tak apa nak..! Masih banyak waktu". Kata sang Ibu sambil menggengam tangan Ellia dan mengusap bahunya seakan berusaha menguatkan.
Seakan tak sanggup lagi Air matanya akan jatuh karena kebohongannya. Elliapun beringsut mundur dan bangkit dan berucap.
"Bu..! Ellia ke kamar kecil sebentar ya!..".
"Ya pergilah nak..!".
Beberapa menit kemudian Ellia pun membawa berbagai macam keripik, seperti kue bawang, rempeyek, kue nastar nenas, kue bulan, macam-macam deh pokoknya.
Dengan girang Ellia-pun berkata
"Bu, Ayah...! Cobain! Ellia habis pesan kemarin dari Ibu Kokom Tetangga Ellia yang rumahnya ditikungan aspal jalan. Dijamin enak krenyes-krenyes gak berhenti ngunyah deh...!".
"Ah, Ellia kalau Ayah masih bisa makan yang seperti itu. Ibu dianjurkan dokter hanya konsumsi buah segar saja dan kurangi yang berminyak dan berlemak". Kata Bu watari.
"Aduh, Ellia lupa Bu." sambil sedikit menghindarkan dari sang Ibu mertua dan meletakkannya di meja dekat Ayah.
Ayah pun langsung mencomot keripik rempeyek yang renyah.
"Hem.. enak! Duh kasian deh ibu tidak bisa makan!..". Sambil mengejek sang istri dengan usil.
"Is, Ayah bisa aja. Aman kok belum pulang-pulang ya dari kantor?". Keluh watari karena niatnya singgah ingin mengobrol dengan Aman.
"Ah, Tari.... kamu seperti tidak tahu prilaku Aman saja. Orang yang kerja di kantor kalau enggak pulang udah pasti lembur atau kerjaan tanggung. Bukankah aku juga dulu begitu?"
,Ucap sang suami karena memang dulu dia juga begitu sering pulang telat.
"Iya Bu, perkataan Ayah ada benarnya terkadang Abang pulang paling cepet jam 4 sore dan paling telat jam 10 malam baru nyampe rumah." Kata Ellia ikut menimpali omongan Ayah.
"hm begitu ya, ya sudah Nak temeni Ibu ke taman ibu ingin jalan-jalan disekitar."
"Ya Bu..!"
Merekapun mengobrol asik sambil berjalan-jalan ditaman.
Melihat kebun mini dibelakang ditumbuhi sayuran yang segar Watari tertarik.
"Wah.. enak sekali ya ada tanaman sayuran begini segar dirumah, kalau masak tinggal ambil" kata sang ibu sambil melihat tanaman sayuran yang di tanam diberbagai pot tanaman.
"Ah... Ini bu iseng-iseng sama Bi Ijah. Katanya menghemat dan menyelamatkan Bumi hehehe."
"Ya! betul juga sih. Nanti Ibu suruh Ayah buat beginian juga dirumah biar Ibu enggak bosen kalau lagi sendirian." kata Ibu Watari.
"Ya! Bagus sih Bu. Tapi, jangan sampai Ibu kecapean, jaga kesehatan ya Bu! sambil beraktivitas." Kata Ellia sedikit menasehati sang Ibu mertua.
Tak terasa telah berbingcang lama jam sudah menunjukan pukul 16:00 WIB.
Merekapun segera menghampiri Ayah yang sudah didekat pintu mobil-nya.
"Bu! Hari sudah sore nanti kita kemaleman. Nak Ellia, Terima kasih sudah mau mengobrol dengan Ayah dan mengajak Ibu berjalan-jalan dan terlihat senang. Ibu biasanya sangat bosan dirumah. Makanya dibawa jalan-jalan sambilan singgah niat bertemu dengan Aman karna rindu katanya."
Kata sang Ayah sambil tersenyum.
"Gapapa kok Yah,Bu! Ellia kan anak Ayah sama Ibu juga. Gapapa kok, malahan Ellia yang enggak ada waktu buat mampir kerumah Ayah. Apalagi dengan keadaan yang masih gawat virus begini yah, jadi takut keluar rumah."
sambil memeluk sang Ibu dan menyalami tangan mereka.
"Hati-hati dijalan ya pak Mat!!"
Sambil melirik sang sopir dengan tajam. Sayangnya mata sipit Ellia tak mendukung efek yang diinginkan. Malah sang supir senyum-senyum geli melihat anehnya kelakuan menantu sang majikan.
"Siap! Non."
Kata sang supir layaknya satpam komplek si Tejo.
Akhirnya mobil-pun melaju meninggalkan pekarangan rumah Ellia.
Ellia-pun kembali masuk kerumah dan segera menunaikan ibadahnya. kemudian Ellia membereskan beberapa bajunya untuk keperluan menginap dirumah sang Ibu.
Grasak-grusuk grasak-grusuk
"Uh.." menekan-nekan baju kedalam tas bulatnya yang besar agar banyak muatan. Sayangnya keinginan tak tercapai.
"Ya sudahlah, bawa ini saja nanti kalau kurang suruh aja Mang ujang jemput baju aku kerumah lagi. Kan Ada Bi Ijah." Kata Ellia sambil mengangkat tas bulatnya.
Sesampainya diluar pintu Ellia-pun mengunci pintu kamarnya. Berhenti di Pintu kamar Aman sang suami. Ellia-pun sejenak tertegun.
Ya sudah 5 tahun Ellia menikah dengan Aman tapi tak sekalipun Ellia pernah tidur bersama dengan sang suami. Sampai sekarang Ellia bahkan masih gadis.
"Sabar Ellia, mungkin belum waktunya" kata Ellia sambil menepuk-nepuk dadanya seolah-olah dengan tepukan itu hatinya terasa tenang dan damai.
"Bismillah..Uh..." Dengan bobot yang hanya sedikit di tasnya Ellia sudah berkeringat. Begitulah jika badan gemuk bergerak mengangkat beban sedikit saja sudah melelahkan bagi Ellia.
Menuruni tangga dengan pelan Elliapun kembali berteriak.
"Bi..Bi Ijah..!"
"Bi... Duh kemana sih si Bibi. Padahal pengen minta tolong di isi-in cemilan buat di bawa." keluh Ellia sedikit kesal.
"Sabar Ellia" kembali Ellia berbicara kepada dirinya sendiri.
Tiba-tiba terdengar suara klakson mobil dan tak lama kemudian terdengar suara berdecit ban mobil akibat direm.
"Si Abangkah!??"
Cklek..
Melihat Aman yang datang Ellia yang tengah berada di lima anak tangga terakhir segera melepaskan tasnya dan bergegas menghampiri Aman.
"Abang, wa'alaikumsalam" sambil mengambil tas sang suami dan menyalimi tangannya.
Sungguh malang, tas bulat yang menggelinding di abaikan sang pemilik.
"Hm..." Aman menyahut dengan dingin.
Ellia-pun bergegas mengikuti langkah Aman. Sesampainya dikamar Ellia-pun membantu membuka jas suaminya beserta dasi.
Setelah jas dan dasinya terlepas Amanpun segera merebahkan badan disofa kamarnya karena lelah.
Setelah Ellia menggantung jas dan dasi Aman, Ellia perlahan mendekati Aman yang sedang rebahan di sofa. Ellia bergerak membuka sepatu suaminya. Semua di lakukan dalam diam. Seakan tak ada pernah topik yang cocok dibicarakan oleh mereka berdua.
Setelah merasa nyaman dengan keadaanya Amanpun mulai berkata, "Kerumah mamah?"
Ellia yang sibuk merapikan sedikit tempat tidur tidak mendengar Aman berbicara kepadanya karenak jaraknya sekitar tiga meter dari posisi Aman. Kamarnya memang luas 2x lipat dari kamar Ellia. Walaupun begitu Ellia tak kekurangan fasilitas yang sama.
"Ellia Karim..!" Suara Aman pun sedikit naik.
"Ah.. Ya"
^^^Astaghfirullah^^^
Ellia-pun langsung mengucap kaget didalam hati lantaran sedikit terkejut karena sang suami memanggil dirinya dengan nama lengkapnya.
"Ada apa Bang?"
"kamu kerumah mama? Nginep?."
"Iya..." Ellia-pun menjawab sambil menundukan kepalanya. Takut terciduk oleh suaminya karena terpesona oleh sosok sang suami.
"Pergilah...."
"Ya Bang, Ellia pamit." Sambil menyalim kembali tangan sang suami.
"Hm.."
Akhirnya Ellia-pun kembali menuruni tangga . Sesampainya dibawah, ketika Ellia hendak berteriak memanggil Bi Ijah tiba-tiba
Puk..
"Non.." Kata Bi Ijah mengagetkan.
"Astaga naga..!! Astaghfirullah" seru Ellia terjengit kaget.
"Bibi..! Ngagetin aja. Bi tolong--" belum sempat Ellia melanjutkan Bi Ijah langsung menyodorkan tas bulatnya dan sekantong kresek penuh cemilannya.
"Ini kan Non?, tenang udah bibi siapin dari tadi ketika tuan masuk"
Kata sang pembantu.
"Makasih Bi, Aku pergi dulu Assalamu'alaikum".
Akhirnya Elliapun bergegas ke garasi dan menyalakan mobil merah kesayangannya. Mobil ini hadiah pernikahan dari Aman. Walaupun dia tak berucap apapun, tapi Ellia sangat senang dan bersyukur.
Brumm...
setelahnya Ellia-pun melajukan mobilnya keluar dari rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments