*** Hati Seolah ingin berteriak dan berkata 'Bahwa aku selalu akan berusaha mencintaimu didalam hatiku sebagai suamiku, jika takdir masih menyatukan kita dan Allah SWT masih Meridho-i'. ***
Didalam tidurnya Ellia kembali memimpikan sang Ayah.
Flasback :
"Nak..! Apa-pun yang terjadi selalu bersyukurlah kepada Allah SWT. Semua sudah digariskan"
'Ellia hanya terdiam termangu. Di dalam mimpinya, mereka sedang duduk di Sapo/Pondok kecil disawah dengan hamparan padi yang mulai menguning. Sedangkan sang ayah sedang minum teh manis sambil memandangi hamparan sawah yang luas.
Sambil menyesap teh nya lagi, sang Ayah mulai berbicara lagi.
"Angin berhembus ketika hujan belum datang dan hujan datang ketika angin sudah berlalu. Dalam hidup ini semuanya selaras, baik dalam ibadah, pekerjaan dan jodoh. Semua diatur oleh yang Maha Kuasa, waktu dan hal-lainnya. Sehingga semuanya tampak harmonis. Agar kita juga bisa merasakan manfaatnya yang luar biasa. Tapi yang nikmat itu adalah merasakannya dengan Hati kita. Bukan Mata dan bagian fisik tubuh kita lainya. Ingat-lah itu Ellia, anakku..!." Nasihat sang ayah, sambil tersenyum memandangi wajah anaknya yang terkasih.
"Seperti Rindu itu juga sakit dan nikmatnya yang hanya dirasakan oleh Hati"
Dan sosok sang Ayah-pun menghilang seperti sengaja di hembuskan oleh sang angin.
Dan kejadian-pun berpindah tempat masih didalam mimpi Ellia.
Flasback 5 tahun lalu
Bruk....
Tar.....
Seperti suara guntur yang menggelegar. Sebuah tabrakan pun terjadi.
Berdecit..
Bruk..
Suara ban mobil berhenti sedikit oleng ke kiri dan setelahnya menabrak pembatas jalan.
"Astaghfirullah ya ampun.... Mang Asep! Apa yang terjadi ?." Seru sang Nyonya kaget dan panik.
"Sepertinya kita menabrak sesuatu. Cepet turun Mang, kita lihat apakah masih bisa tertolong." kata Tuan majikan.
"Iya Pak" Mang Asep-pun ingin bergegas turun dengan sang majikan walaupun masih sedikit pusing. Namun, pintu mobil spertinya macet.
Ngut--- ngut---
Brak---
Suara pintu mobil yang macet dan akhirnya terbuka. Mereka-pun segera turun dan mencari sang korban yang tertabrak.
Sedangkan sang Nyonya perlahan keluar masih memegangi kepalanya yang sedikit terbentur sandaran kursi mobil.
"Di sini tuan, ya Ampun tuan banyak darahnya...! MasihHidup tuan!!!" Teriak mang Asep memegangi pria paruh baya yang keluar dari pembatas jalan dalam keadaan pingsan. Untung lokasi tersebut tidak ada parit atau jurang terjal.
"Baiklah, Ayo kita gotong dulu dia kemobil" Ucap sang t
Tuan Majikan sedikit panik.
Akhirnya mereka mengangkat pria tua tersebut dan menaikkannya ke mobil.
"Pak, pak..! Cepet ini dia satu lagi anak gadisnya. Nduk... Bangun Ndukk...! Puk puk puk..." Sambil menepuk-nepuk pelan pipi Ellia untuk menyadarkan nya.
Walau-pun masih sedikit pusing dan panik, sang Nyonya akhirnya menghela nafas lega. Karena gadis tersebut akhirnya sadar.
"Uh.... Ayah...! Sakit---" Keluh Ellia merasakan badannya sakit semua, terutama di bagian punggung.
"Nak kamu bisa berdiri, Ayo!!! cepet nak sini ibu bantu, kita harus segera kerumah sakit cedera Ayahmu lumayan parah.
nanti kita bicara lagi" Ucap sang Nyonya.
Kemudian Mang Asep datang dan membantu sang Nyonya berusaha memapah Ellia masuk kedalam mobil.
Melihat Ayahnya yang bersimpah darah, Elliapun mulai menangis sambil memegangi kepala sang Ayah.
Terisak pelan Ellia-pun bergumam" Ayah...."
"Mang tolong bawa ini sepeda motor kerumah korban ini alamatnya saya sempet ambil KTP-nya si bapak. Coba tanyakan dimana keluarganya" Ucap Tuan Majikan.
Setelahnya Mang Asep-pun pergi sambil mengendarai sepeda motor yang telah rusak bagian depan kap keretanya, lampunya yang pecah dan bodynya yang sedikir hancur.
Untung masih bisa hidup dan jalan walaupun suaranya agak rusak. Setelahnya mang Asep melajukan kendaraan tersebut dengan pelan.
Sedangkan mobil di kemudikan oleh Tuan Majikannya, yang di ketahui bernama Paris Brown pengusaha sukses di negara ini.
"Pak cepet...! " kata ibu watari sedikit panik.
"Iy tenang Bu--- Ini sebentar lagi nyampek. Tenang, tenang---" kata sang suami berusaha fokus dan menenangkan sang isteri yang masih panik dan gelisah.
Ckit... Brumm
Tak lama kemudian merekapun sampai di Rumah Sakit Kota. Sesampainya diteras depan Rumah Sakit Kota, Tuan Paris pun segera keluar dari mobil dan berteriak. Sambil membuka pintu belakang.
"Dokter-dokter tolong---!!!" Pak Paris berusaha mengeluarkan pria paruh baya yang badan dan kepalanya berlumuran darah dan lengket dip kursi penumpang.
Seketika perawat-pun datang dengan membawa brangkar rumah sakit dan menaikan pria tua itu. Dengan cepatnya mereka segera mendorong brangkar tersebut memasuki ruang IGD rumah sakit.
Ellia-pun dan ibu Watari segera mengikuti di belakang sebelum mereka diberhentikan didepan pintu IGD oleh beberapa perawat.
"Maaf Pak, Bu, dilarang masuk. Silahkan menunggu dan mengurus berkas-berkas korban" kata sang perawat.
"Mari nak, kita bersihkan diri dahulu" Kata Ibu Watari sambil menuntun Ellia ke arah toilet rumah sakit.
Menyadari tangannya masih beelumuran darah Ellia-pun mulai merapikan diri dan memperbaiki kerudungnya yang kusut.
Sedangkan disisi lain dikampung Ellia.
Pak Asep-pun segera berhenti dan menghampiri seorang bapak-bapak yang tengah berjalan keluar dari gerbang Mushola. Sepertinya habis mengadakan pengajian malam dan ceramah.
"Punten, Assalamu'alaikum Bapak-bapak numpang tanya rumah nya Bapak Zainal Karim dimana ya. Tolong diberi petunjuk pak...!"
"Oh jenengan sopo ne?(Kamu siapanya dia?)"
"Saya Asep, supir mobil Majikan saya. Kebetulan menabrak si bapak Zainal. Beliau sedang dilarikan kerumah sakit oleh Majikan saya Pak. Saya mencari keluarganya
Pak, untuk diberitahukan kabarnya." Ucap Mang Asep
Mendengar itu merekapun kaget.
"Astaghfirullahaladzim! Mari Pak, saya antar kerumahnya." Ucap mereka kaget mendengarnya.
"Baik, aku saja akan mengantarnya kalian pulanglah" Ucap Seorang Bapak-bapak di dalam rombongan itu.
Bapak tersebut segera naik di boncengan Mang Asep untuk menunjukan jalan. Ternyata tak jauh dari situ rumahnya sudah kelihatan.
"Nah, Nah iki rumahnya istrinya" Kata sang bapak sambil berhenti diteras rumah yang sedikit temaram karena bola lampu yang kecil dan kuning.
"Makasih pak, sudah mau mengantarkan." kata Mang Asep.
"Tidak apa-apa, kebetulan beliua tetangga saya juga. Rumah saya nomor lima dari sini." kata sang Bapak.
"Bu, Buk Wid.. Assalamu'alaikum.."
Tok tok tok...
Sambil menunggu merekapun mulai memasukkan sepeda motor yang telah rusak keteras kecil depan rumah.
Wa'alaikumsallam....
Cklek....
Terdengan suara membuka pintu.
" Eh, Pak Amin, ada Apa ya Pak?" kata Ibu Widuri sambil merapikan kerudungnya.
"Ini Bu, mohon di panggil juga adik laki-laki pak Zainal" kata Pak Amin kembali bersuara.
" Oh ya tunggu sebentar, silahkan duduk dulu. Saya akan panggilkan si Zuna" Ibu Widuri lalu berjalan menuju kerumah sang adik ipar yang sebelahan tapi agak jauh sedikit. Sekitar 20 meter dari rumahnya. Dia berlalu tanpa menyadari adanya sepeda motor yang ringsek didepan teras kecilnya.
5 Menit kemudian mereka semua berkumpul didepan rumah Bu Widuri. Ada anak-anaknya dan adik Iparnya beserta keluarga.
"Ada apa to, Mbak yu? ono opo iki? (Ada apa, Kak? Ada apa ini?)" Zuna yang bingung-pun lantas bertanya menyerobot.
"Entah, saya-pun endak tahu mari kita dengarkan dulu Bapak-bapak ini berbicara." kata Bu, Widuri.
"Gini ya Bu, Pak Zun, harap tenang. Saya kemari menuntun Pak Asep datang , katanya mencari keluarga Bapak Zainal. Lantas saya bertanya, ternyata telah terjadi kecelakaan yang menyebabkan mobil yang mereka bawa dan sepeda motor pak Zainal bertabrakan. Singkat cerita dia ingin kalian tahu bahwa Pak Zainal sudah dilarikan kerumah sakit, saat ini mungkin sedang ditangani oleh Dokter" setelah menjelaskannya Pak Amin-pun menghela nafas.
"Yang sabar ya Pak Zuna dan keluarga mungkin ini Ujian dari Allah Ta'ala, Saya juga pamit" Ucap Pak Amin kemudian meninggalkan rumah Bu Widuri.
"Terima kasih Pak" Hanya Mang Asep yang menjawab. Lalu Pak Amin pun berlalu.
"Ya ampun Gusti, Ya Allah" Bu Widuri-pun langsung ambruk dan pingsan.
"Ayo...! Bawa saya kerumah sakit" Ucap Zuna kepada Mang Asep.
"Tati---, tolong jaga Mmbakmu yo sama sikembar" Kata Zuna yang juga berpesan kepada sang istri.
"Tunggu disini, saya ambil si jambul dulu" Kata Zuna tanpa melihat Mang Asep. Mang Asep hanya mengangguk diam.
Brum--- Brum---
Cttak-
"Ayo naik" Pak Zuna segera memacu Si Jago dan meluncur menuju rumah sakit.
Walaupun terkesan butut tapi lari si Jago sangat kencang, sehingga Mang Asep yang duduk di belakang ketar-ketir memeluk erat si pengendara motor.
"Rumah sakit mana?" sambil berteriak kencang bertanya pada Mang Aseo dibelakang.
" Rumah sakit Umum Indah, Mas" Mang Asep juga balas berteriak
Ngeng.......trot tott tot tottt--
Bunyi si Jago makin melaju dengan knalpot yang mengeluarkan asap seperti terkentut-kentut.
Akhirnya 20 menit kemudian merekapun sampai di pelataran rumah sakit.
Merekapun bergegas menanyakan ke perawat yang bertugas bagian administrasi.
"Mbak ruangan atas nama bapak Zainal Karim nomor berapa ya Mbak?" kata Pak Zuna.
"Tunggu sebentr ya Pak, saya cek dulu!" Kata sang Perawat.
Lima menit kemudian sang Perawat-pun kembali berkata.
"Ruangan atas nama Bapak, Zainal Karim dilantai 3. Kamar VIP NO 205 Pak"
"Terima kasih Mbak" Mereka berdua bergegas menaiki Lift menuju lantai 3. Sesampainya di lantai 3 mereka bergegas keruangan yang disebutkan.
Tap..tap..tap.tap..
"Ellia" Lantas Zuna-pun memanggil Ellia yang terlihat sedang duduk di kursi stainless rumah sakit.
"Sssst.. Paman jangan berisik, Dokter masih didalam" Kata Ellia mengingatkan sang paman.
"Aduh, maaf gimana kabare bapak mu? Apa kata dokter?" Kata Paman Ellia kembali melontarkan pertanyaan.
"Masih diperiksa oleh dokter paman. Mari kita tunggu sebentar lagi" Kata Ellia sambil duduk kembali dan sang Paman ikut duduk sambil menunggu.
Disebelah tempat duduk ada mang Asep dan sang Majikan.
"Tuan, Tuan Muda dan Nyonya apakah perlu air minum?" Tanya Mang Asep.
"Iya Mang, tolong belikan yang banyak, saya juga haus ternyata" kata Ibu Watari sedangkan Pak. Paris dan Aman diketahui namanya, hanya diam.
Setelah menerima berita kecelakaan mereka, Aman kira keadaan ayah dan ibunya parah.
"Tetapi syukurlah mereka tidak apa-apa" kata Aman di dalam hati.
Segera sang dokter keluar sambil menghela nafas.
"Mohon maaf kepada Bapak-Ibu sekalian. Keadaan Pak. Zainal sudah stabil tapi luka yang dideritanya sangat parah, terutama dibagian kepala ada retakan sedikit dan kami sudah berusaha melakukan yang terbaik dalam mengoperasinya. Sehingga kita hanya akan menunggu perkembangan selanjutnya setelah beliau sadar kembali. Mungkin sebentar lagi setelah reaksi obat biusnya hilang. Saya permisi dulu" Kata sang Dokter sambil berlalu kembali keruangannya.
Ellia-pun memberanikan membuka Pintu. Hanya ada sang perawat sedang membersihkan area luka dan mensterilkan ruangan tersebut.
Ketika sang perawat melihat ada yang masuk sang perawat-pun mulai berkata, " Mohon maaf ya Bu, Pak, Hanya di Ijinkan dua orang masuk untuk melihat sebentar saja dan jangan berlama-lama takut menularkan bakteri kepada pasien dan memperburuk keadaan. Terima kasih saya pamit undur diri" kata sang perawat sambil berjalan keluar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments