Note: Ini bisa dianggap masih prolog, MC Sementara belum muncul. & mereka bukan manusia biasa.
***
"Apa yang terjadi?" Tanpa berpikir lebih jauh lagi Erda segera mempercepat langkah kakinya, awalnya dia pergi ke ruang tengah karena berpikir mungkin dari sana asal suaranya, tapi sepertinya dia salah.
Suara itu berasal dari dapur!
"Kak! Berhenti! Itu sakit!" jeritan semakin terdengar lagi, kali ini Erda sudah semakin panik dan mulai berpikir yang tidak-tidak.
Apakah ada binatang buas?
Tidak-tidak, ayah pernah berkata bahwa rumah ini jauh dari hutan tempat para binatang buas berada.
Secara takut tak takut, Erda mulai memberanikan dirinya dan melangkah ke dekat pintu dapur, lalu menjulurkan kepalanya ke samping untuk menyelidiki apa yang terjadi.
"..."
Itu adalah pemandangan yang sangat aneh bagi Erda untuk pertama kalinya, pada pandangannya, dia melihat adik laki-lakinya, Atmos, memasukkan jamurnya ke tubuh adiknya Himmel sehingga membuatnya menjerit kesakitan.
Kesakitan? itu benar! Tapi Erda tidak melihat itu sepenuhnya kesakitan, sebab jika kesakitan, kenapa Himmel sampai-sampai memeluk tubuh Atmos seolah meminta lebih?
Apa yang mereka lakukan?!
Anak manusia itu masih bingung, sudah 17 tahun dia hidup, dan ini adalah kali pertama Erda mengetahui ada hal seperti ini antara adik laki-lakinya dan adik perempuannya.
Namun bukannya menghentikan, Erda justru seperti tenggelam dalam lamunan ketika menyaksikan tubuh cantik jelita adiknya yang disetubuhi oleh adik laki-lakinya.
Seketika pikiran nafsu pun muncul dan merasuki tubuh jiwanya.
Apakah itu menyenangkan? Erda bertanya-tanya.
Dalam lamunannya, ia memikirkan bahwa dirinya lah yang berada di posisi adiknya, lamunan ini mengundang hawa nafsu, hal yang sangat berbahaya bagi pikiran anak manusia yang masih tergolong polos itu.
*Sretttt!*
Sesuatu menonjol di sana, dan Erda, anak manusia itu akhirnya paham alasan benda itu menonjol seolah ingin memberontak dari dalam celananya.
Pada saat itu pikirannya sepenuhnya terbuka, dan ... dia jatuh ke dalam hal duniawi yang sangat berbahaya.
***
Esok harinya, kondisi cuaca masih mendung akan tetapi tidak hujan. Kabut tipis-tipis memenuhi tempat tinggal mereka, membuat semua pepohonan yang ada di sekitar tempat tinggal mereka seolah sangat sunyi dan tenang.
"Di mana Himmel?" Erda bertanya dengan santai kepada Atmos yang tengah menjaga ternaknya, hmmm ... beberapa ekor kerbau bertanduk satu? hewan yang unik.
Mendengar kakaknya yang tiba-tiba muncul dan menanyakan keberadaan Himmel, dengan santai juga Atmos menjawab, "Himmel ... sepertinya dia di kebun."
"Ohhh ..." Erda mengangguk, lalu pergi begitu saja.
"Hmm, kakak agak aneh hari ini, atau hanya perasaanku saja?" Atmos memandang punggung kakaknya dengan kerutan.
"Mooooongggg ..." Suara hewan ternaknya membangunkan Atmos dari lamunannya dan membuatnya berkonsentrasi kembali.
"Lupakan!"
***
Di kebun jeruk purba, yang pohonnya setinggi 2-3 meter. Seorang gadis yang yang bukan lain adalah Himmel sedang memetik buah jeruk itu dengan sedikit usaha, sebab buah-buahan di pohon tersebut tidak begitu jauh dari dasar tanah.
"Hmm ..." Himmel mendongak ke atas, rupanya masih ada satu lagi yang harus dipetik, hanya saja itu sedikit lebih tinggi.
"Haaaa! Haaaa!" Himmel terus berusaha meloncat untuk memetiknya, akan tetapi usahanya itu percuma, sebab buah yang bergelantungan itu cukup tinggi.
Tepat ketika Himnel hendak mencoba untuk melompat lagi, Erda tiba-tiba muncul di belakangnya dan meremas dadanya dengan kedua tangannya.
"Kakak?" Tanpa berbalik Himmel sedikit tersenyum, sebab dia berpikir bahwa yang melakukannya adalah Atmos, adik Erda.
********!*
"Ahhh, kakak, itu geli!" Himmel tertawa kecil sambil melemparkan keranjang yang berisi, lalu berbalik dan mendapati bahwa itu bukanlah kakak keduanya, Atmos.
"Kak ... Kak Erda!" Himmel segera mengambil langkah ke belakang dan sedikit terbentur di batang pohon jeruk.
"Kakak, apa yang kau lakukan di sini?" Himmel tersenyum canggung.
"Aku ingin makan jeruk, apakah tidak boleh?" ucap Erda sambil berjalan menuju adiknya tersebut.
"Kakak ..." Himmel masih tidak begitu paham apa yang dikatakan oleh kakaknya, sampai ketika tangan kakaknya itu menarik dan merobek pakaiannya, memamerkan dada seukuran jeruk bali yang bergelantungan di sana.
"Kakak, jangan main-main, kita sudah bukan anak kecil!" Himmel tidak merasa malu, sebab mereka belum terlalu diajarkan tentang rasa malu, mereka benar-benar hanya diajarkan dasar-dasar kehidupan saja, kedua orang tua mereka sama sekali tidak mengajarkan mereka tentang banyak hal, apalagi ilmu pengetahuan.
"Aku tidak sedang bermain-main ... Himmel!"
***
Seperti yang diharapkan, Himmel benar-benar disetubuhi oleh Erda, kakak laki-lakinya itu.
Meski apa yang terjadi mirip seperti yang Himmel lakukan dengan kakak keduanya, Atmos. Namun melakukannya dengan kakak pertamanya benar-benar memiliki kesan berbeda karena caranya yang agak kasar, dan Himmel kurang menyukai itu.
"Kakak, lebih pelanlah!" Himmel menjerit, saat ini pohon adalah satu-satunya tumpuan, sementara pinggulnya berada di belakang dan kakaknya membelakanginya untuk melakukannya dari belakang.
"Lebih pelan?" Erda tidak tahu apa yang dimaksud oleh adiknya itu, saat ini dia hanya merasa apa yang dia lakukan sudah tepat, selain itu melakukan hal ini benar-benar membuat jiwa Erda merasakan sesuatu yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.
Rasanya dia benar-benar ingin melakukannya lagi dan lagi, akan tetapi setelah melakukannya selama beberapa saat, Erda tiba-tiba merasa ada yang aneh pada bendanya itu jadi buru-buru dia mencabutnya karena takut ada hal yang salah dengan punyanya.
'Kenapa ini—!'
*Slurpppp!*
Hah? apa ini? kencing? tidak-tidak! ini bukan kencing!
Diam-diam Erda mengamati cairan putihnya yang membasahi punggung adiknya itu, tapi dia masih tidak tahu kenapa hal seperti itu bisa keluar dari tubuhnya.
Apa karena aku terlalu banyak makan singkong?
Dia berpikir seperti ini sebab warna singkong di zaman ini benar-benar sangat putih bersih bagai air susu sapi.
"Hah ... akhirnya kau selesai!" Himmel meluruskan tubuhnya kembali, lalu menghadap kepada kakaknya.
"Selesai?" Erda bingung, tapi kemudian dia sadar. Setelah mengeluarkan cairan aneh sebelumnya, seluruh pikiran nafsu itu seolah mulai meredah, dan juga jamur dagingnya kelihatan seperti menciut kembali.
"Ohhh ..." Secara perlahan-lahan, anak-anak manusia itu mulai memahami bagaimana cara kerja tubuh mereka dengan sendirinya, inilah yang dinamakan suatu perkembangan ilmu pengetahuan dari yang terendah.
***
Malam hari, pada saat Erda sedang ketiduran dengan sangat nyaman di ranjang jeraminya. Sesosok siluet hitam tiba-tiba muncul di samping tempat tidurnya, memegang pisau batu yang siap untuk menusuknya.
"Uahhhh ..." Erda berbalik posisi tidur sambil menguap, dan seperti ada peringatan batin, telinga pemuda langsung bergerak dengan sendirinya. Erda membuka matanya, dan mendongak, akan tetapi dia hanya melihat pisau batu yang sudah tak jauh dari dirinya.
*Tsukkkk!*
"Arghhhhhh!!"
Pisau batu itu menusuk dengan telak di mata Erda sehingga ia meraung kesakitan di atas tempat tidur.
-Bersambung-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments