Bab 2 : Hawa Nafsu - Atmos

Note: Jangan bawa perasaan, mereka bukan MC sejati, anggap saja NPC, kisah sebenarnya masih belum dimulai dan MC sementara yang dimaksud belum lahir.

***

"Kak, apa yang kau lakukan malam-malam begini?" Suara Himmel terdengar di telinga Atmos, membuat pemuda itu segera berbalik dan menatap tubuh Himmel.

"..." Atmos terus memandang, terutama ke arah dada adiknya sehingga membuat Himmel kebingungan.

"Kak!" Himmel menegur satu kali lagi, akhirnya membuat Atmos sadar dan menjawab panggilan Himmel, adiknya.

"Himmel rupanya, hehe." Atmos tersenyum seperti biasanya, lalu menjelaskan permasalahannya sehingga akhirnya Himmel paham.

"Jadi benda ini menegak setelah kakak melihat tubuhku? kalau tidak salah benda ini namanya adalah ... hmm, ibu tidak pernah memberitahuku."

"Ya, kan? ayah juga tidak pernah bercerita padaku," sambung Atmos.

"Hmm, tapi aku pernah melihat punya ayah juga seperti ini dahulu!" Himmel berkata dengan wajah polos setelah duduk di kursi di sebelah kakaknya.

"Apa maksudmu, Himmel?"

"Sebenarnya ..."

12 tahun yang lalu, saat Himmel dan lainnya masih tidur bersama ayah dan ibu mereka. Pada suatu malam Himmel mendengar suara menjerit dari sampingnya yang memaksanya untuk membuka matanya secara samar-samar, pada saat itu terlihat jelas tubuh ibunya sudah tak berbusana, dan ayahnya naik ke atas ibunya dengan benda yang berdiri tegak itu.

Himmel terus menceritakan semua itu hingga akhirnya Atmos tahu semuanya.

"Ughh, bukankah itu menjijikkan? bagaimana ayah dan ibu bisa melakukan hal itu?" lirih Atmos, dia tahu bahwa tempat itu adalah tempat buang air milik wanita, karena dia juga sudah melihat milik Himmel saat masih kecil, akan tetapi dia tidak menyangka tempat kotor seperti itu malah ayahnya berbuat demikian.

"Tapi, Kak ..." Himmel menambahkan, "Ibu memang menjerit kesakitan, tapi bukannya meminta ayah untuk menyudahi, dia malah meminta lebih. Dan kurasa ayah juga menikmatinya."

"Benarkah?" Atmos sedikit melebarkan kelopak matanya. Kini anak manusia ini mulai menimbulkan rasa penasaran, dan keinginan yang tinggi sudah mulai memasuki naluri alaminya.

"..."

Malam itu, di balik derasnya hujan hari itu, kedua anak manusia itu melakukannya ... hal yang tidak pernah mereka lakukan.

Sakit ... itu jelas apa yang dirasakan oleh Himmel pada awalnya, akan tetapi Atmos justru merasakan hal yang sebaliknya.

Ini dia! Ini dia!

Pada saat itu Atmos akhirnya mengenal apa itu nafsu seksual, dan itu membuatnya untuk meminta lebih dan lebih lagi dari Himmel.

***

Keesokan harinya, Erda kebangunan pada pagi hari, dengan mata ngantuk dia berjalan ke teras rumah, dan dia sedikit terkejut menemukan kedua adiknya tengah tertidur pulas di lantai kayu dengan kondisi sedikit acak-acakan.

"Hmmm?" Erda menoleh ke lantai, dekat tubuh adiknya, Himmel berada. "Darah ...?" Erda berjongkok ke bawah, terkejut karena ada darah di lantai.

Dari mana?

Saat itu yang ada dipikiran Erda langsung tertuju pada Himmel, sebab dia melihat bahwa celana Himmel yang terbuat dari daun kering itu memiliki bercak darah juga.

Himmel terluka!

Erda sedikit panik, buru-buru dia mulai menyelidiki dengan baik, pada penglihatannya dia melihat bahwa aliran darah itu seperti mengalir dari dalam celana rok daun itu, sebab masih ada bekas darah yang tertempel di kaki adiknya itu.

Tanpa ragu-ragu lebih lama lagi, Erda langsung saja mengangkat celana adiknya itu dan melihat ke dalam. Pada penglihatannya, dengan jelas daerah kewanitaan adiknya kelihatan.

"Lukanya dari sana?" Dengan polos Erda bergumam, namun tatapannya tidak bisa lepas dari milik adiknya itu sehingga tiba-tiba dia merasa ada pergerakan pada adik kecilnya.

"Ihhh!" Erda terkejut dan langsung bangkit berdiri. Ia bingung karena ada sesuatu pada tubuhnya yang bergerak sendiri tanpa kendalinya.

"A-A-Apa yang terjadi?!" Sama seperti yang dialami oleh Atmos kala itu, kini Erda juga mengalami hal yang sama sampai-sampai dia kebingungan dengan tubuhnya sendiri.

"Hummm ..."

"?!" Tatapan Erda segera bergerak menatap adiknya, Himmel.

Aku harus pergi dahulu!

***

Beberapa jam kemudian, setelah kejadian itu, Erda selalu terdiam dan tidak berkata-kata kepada saudara/i nya tentang apa yang terjadi karena menurutnya itu memalukan.

Di kebun, Erda mencoba untuk menyibukkan dirinya dengan menanam beberapa stek batang singkong yang sudah cukup tua ke tanah yang agak gembur.

"Kakak!" Suara itu mengejutkannya, saat Erda berbalik, nampaknya adiknya, Himmel yang berjalan mendekatinya.

"Himmel! Ada apa?"

"Aku ingin membantumu." Himmel berhenti di depannya dan berkata, "Lagipula ini siang hari dan cukup panas, kenapa kau malah bekerja seorang diri?"

"Ah, itu ..." Erda berusaha mencari alasan yang bagus. "Sebenarnya aku hanya bosan saja jika tidak mengerjakan apa-apa, terlebih lagi aku melakukan ini agar bisa cepat melupakan duka yang kita alami."

"Juga ..." Erda memandang ke atas, ke arah tebing yang terdapat pesawat luar angkasa. "Ayah dan ibu sudah berpesan padaku untuk menjaga kebun ini."

"Aku mengerti, aku mengerti." Himmel tersenyum, kakaknya ini memang adalah orang yang sangat menjunjung perintah dari orang tua mereka. "Kalau begitu ayo cepat selesaikan dan pulang, aku sudah memasak makanan untuk kita."

"Benarkah?" Erda sedikit bersemangat.

"Itu benar."

"Baiklah!... ayo selesaikan ini!"

***

Setelah selesai dengan menanam stek singkong, akhirnya mereka berdua kembali ke rumah panggung mereka yang sederhana.

Di atas meja, sudah terdapat ikan dan daging, serta sayur mayur yang telah diolah menjadi indah dan harum memikat hati.

"Selamat makan!"

"Ummm, ini sangat enak seperti masakan Ibu!" puji Atmos.

"Benar." Erda mengangguk setuju, merasakan makanan ini langsung mengingatkannya kepada ibunya yang baik hati.

"Kau terlalu memujiku, kak." Himmel tersenyum kemerah-merahan sambil menatap Atmos, kakaknya.

Setelah kejadian tadi malam, sensasi yang dibawa masih bisa dia rasakan dan ingat dengan jelas, tidak mungkin dia lupakan begitu saja.

Rasanya sangat menyakitkan, tapi ketika melakukannya cukup lama, malah bertambah sakit, tapi juga ada perasaan lain.

Itu sesuatu yang baru jadi dia tidak paham, manusia ... mereka akan selalu belajar dari hal baru, ini hanyalah salah satu tonggak awal peradaban, dimulai dari ketahuannya akan hal dasar seperti ini.

"Hmm ..." Erda mengamati hubungan antara kedua adiknya ini dan membuatnya merasa ada hal yang tidak dia ketahui, entah apa itu.

***

Malam harinya, saat suasana masih sangat tenang. Erda akhirnya membuka matanya dan beranjak duduk dari tempat tidurnya. Melihat ke kiri dan kanan, dia tidak melihat keberadaan kedua adiknya itu, hal ini membuatnya semakin penasaran tentang hal apa yang disembunyikan oleh mereka berdua.

Tanpa berpikir lebih lama-lama lagi, Erda langsung saja turun dari tempat tidurnya dan berjalan pergi keluar dari kamar demi mencari tahu apa yang sebenarnya disembunyikan.

"Hnggggg! Hngggggg! Kakak!"

Suara jeritan seperti tersiksa bergema jelas malam itu di telinga Erda yang baru saja keluar dari kamarnya. Hal ini tentu saja membuat Erda menjadi ngeri, berpikir bahwa mungkin terjadi sesuatu pada saudarinya.

-Bersambung-

Terpopuler

Comments

Kaisar Naga

Kaisar Naga

oh! mengerikan, aku lari aja dari sini 🤣🤣🤣🤣🤣

2022-12-12

0

Hmmm

Hmmm

Sumpah, bukannya saya menyimpang, tapi hal ini harus terjadi, dan kenyataan bahwa dunia kuno lebih liar itu benar.

2022-12-11

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!