Bab 3 Hamil

Di perusahaan Wingston.

“Tuan,” panggil seorang asisten.

“Bagaimana?” tanya Zhang Min.

“Wanita itu tidak ditemukan dimanapun CCTV juga telah dirusak.”

Zhang Min mengerutkan kening. “Bagaimana dengan obat bius?” tanya Zhang Min.

“Itu dilakukan oleh keluarga Lu … mereka ingin mengirim anak perempuannya tetapi tidak berhasil,” ucap sang asisten sambil membenarkan kacamatanya.

“Baiklah … urus keluarga Lu ini untukku,” ucap Zhang Min dingin.

“Siap Tuan.” Asisten mundur dan pergi meninggalkan presdir sendirian.

Zhang Min mengetuk meja dengan jari telunjuk sambil memikirkan gadis tadi malam. Dia tidak terlalu mengingat wajah gadis itu. Kejadian tadi malam selalu terbayang dibenaknya, karena itu adalah pertama kalinya dia dengan seorang wanita.

“Sial,” teriak Zhang Min.

Dikediaman keluarga Li.

Ayah Li terus memarahi Li Hua beserta istrinya.

“Lihat apa yang kamu lakukan … membuat malu keluarga Li,” teriak ayah Li.

Li Hua menangis memeluk ibunya.

“Li Hua masih anak-anak,” ucap sang ibu.

“Anak-anak? Sebesar ini anak-anak?” teriak ayah Li lagi.

“Ibuuuu … “ rengek Li Hua.

“Hah … masuk kekamar sekarang cepat!” teriak ayah Li.

Li Hua pergi berlari kekamar sebelum ayahnya mengomel lagi.

“Lihat … itu yang terjadi jika kamu terlalu memanjakannya,” ucap ayah Li kesal.

“Li Hua hanya sedang-“

“Sudah aku tidak ingin mendengar penjelasanmu lagi ….”

“Suruh Li Hua untuk menjaga sikapnya karena sekarang dia adalah tunangan Gong Fang.”

“Jangan sia-siakan ini … ini semua untuk keluarga,” ucap ayah Li tegas.

“Baiklah aku akan memperatikan Li Hua,” jawab sang ibu.

“Bagus kalau begitu.” Ayah Li berjalan pergi memasuki ruang kerjanya.

Ibu Li menghela nafas dan pergi memasuki kamar Li Hua.

“Apa yang terjadi? Mengapa Li Mei tidak ada dikamar itu?” tanya Ibu Li.

Li Hua memeluk bantal untuk menutupi wajahnya. “Aku tidak tahu mengapa dia bisa keluar dari kamar itu.”

“Sial … semua rencana gagal,” ucap Li Hua kesal sambil memukul bantal.

“Sudahlah sekarang pikirkan bagaimana caranya menenangkan ayahmu,” ucap Ibu Li mengelus kepala Li Hua.

“Hah … baiklah,” jawab Li Hua.

Li Mei yang berada dikamar sedang mempelajari apa saja yang ada didunia ini menggunakan laptop yang baru saja dia temukan dikamar.

“Waw … ini sangat bagus.”

“Berada di dunia ini tidak buruk,” ucap Li Mei bersemangat.

“Hahaha … semua sudah ada disini … bahkan kita bisa membeli barang tanpa harus pergi ketempatnya,” lanjut Li Mei.

“Ah iya kalau tidak salah gadis ini kuliah dijurusan farmasi dan juga sedang mengambil s2 di usia yang masih muda.”

“Sepertinya dia tidak bodoh … bagus sekali,” ucap Li Mei bersemangat.

Saat sedang asik mencaritahu tentang dunia ini, tidak terasa sudah jam makan malam. Li Mei turun untuk makan malam dan melihat semuanya sudah berkumpul.

“Makan malam kali ini ayah akan mengumumkan sesuatu,” ucap ayah Li.

Semua diam sambil makan dan mendengarkan sang ayah berbicara.

“Li Mei kamu akan bertunangan dengan keluarga Hao,” ucap ayah Li sambil memakan makanan.

“Apa?” teriak Li Mei.

“Bukankah orang itu awalnya tunangan Li Hua?” tanya Li Mei.

“Semua sudah berubah dan keluarga Hao tidak keberatan denganmu.”

“Aku tidak mau,” ucap Li Mei.

“Li Mei,” teriak ayah Li.

“Ayah tahu reputasinya sangat tidak bagus dan juga lihat wajahnya … dia bukan tipeku,” teriak Li Mei.

“Lalu siapa tipemu Gong Fang?” ledek ayah Li.

Li Mei tertegun sejenak. “Itu salahmu karena tidak bisa menjaga priamu,” ucap ayah Li sambil menyesap air minum.

Li Mei menggenggap sendok yang ada ditangannya. “Kenapa itu jadi salahku? Tentu saja itu salah Gong Fang karena tidak bisa menjaga hatinya dari seorang wanita penggoda,” ucap Li Mei sambil melirik Li Hua.

“Kenapa kamu melihatku seperti itu? Itu berarti kamu tidak bisa membuat priamu puas dengan penampilanmu” ucap Li Hua kesal.

“Hah … ibu dan anak sama saja,” ucap Li Mei dengan senyum ledekan.

“Li Mei,” teraik ayah Li.

“Apa? Apa yang aku katakan memang benar … ibu dan anak sama-sama penggoda dan perebut pria orang lain,” teriak Li Mei.

“Bisakah kamu hentikan sekarang juga?” teriak ayah Li.

“Li Mei hentikan,” ucap sang kakak sambil menenangkan Li Mei.

“Lepaskan aku … aku ingin mengatakan ini sejak lama.”

“Kalian semua sampah … sampah yang membunuh ibuku,” teriak Li Mei menunjuk ke ibu tiri dan sang ayah.

“Li Mei,” teriak sang kakak.

Li Mei melihat kearah kakak laki-laki dan menatapnya dengan sedih.

“Apa kamu bahagia hidup dengan keluarga ini?” tanya Li Mei dengan nada sedih.

“Sudah hentikan Li Mei,” ucap sang kakak menahan amarah.

“Dengar … kakak … kamu ada pijakan dirumah ini … kamu adalah penerus keluarga sedangkan aku? Aku hanya akan dijual demi keuntungan keluarga ini,” teriak Li Mei tidak bisa menahan air mata.

Sang kakak hanya terdiam mendengar perkataan Li Mei dan menatap Li Mei dengan pandangan merasa bersalah.

“Li Mei hentikan semua omong kosongmu … ibumu sudah tidak ada … jangan membawanya lagi.”

“Ini rumahku dan kamu tinggal disini yang berarti harus mengikuti peraturanku,” ucap ayah Li tegas.

“Kamu akan bertunangan dengan keluarga Hao.”

Li Mei menggertakkan gigi dan pergi berjalan keatas menuju kamarnya. Melihat semua kejadian ini Li Hua dan sang ibu hanya bisa tersenyum dan melanjutkan makan mereka dengan bahagia.

Li Mei merebahkan diri dikasur dan menghela nafas. “Hah … aku terbawa suasana tadi … seharusnya aku bisa menahannya,” ucap Li Mei kecewa dengan tingkahnya.

“Tapi yang aku katakan tadi memang benar adanya … aku benar-benar kesal,” keluh Li Mei sambil duduk memeluk bantal.

“Aku akan keluar dari rumah ini dan menghasilkan uang sendiri dengan kemampuanku,” ucap Li Mei.

Li Mei mulai berbaring dan melihat handphonenya. Melihat berita terkini yang ada di dunia ini. Saat sedang melihat berbagai berita gosip dan scandal, Li Mei tanpa sengaja melihat pria malam itu.

“Zhang Min?” teriak Li Mei dengan kaget.

“Ya ampun tidak hanya wajahnya … namanya juga sama.”

“Apa dia juga terbawa kedunia ini?”

“Mengapa sangat beruntung? Lagi-lagi menjadi orang kaya dan pria yang paling diinginkan.”

“Hah … sial sekali melihat berita ini … rasa iriku mulai muncul,” ucap Li Mei meratapi nasibnya.

“Tunggu,” Li Mei tiba-tiba mengingat sesuatu.

“Aku belum meminum obat kontrasepsi!” teriak Li Mei.

Li Mei memegangi perutnya dan pergi berlari mengambil jaket dan dompetnya. Memanggil taxi online dan pergi ke apotek terdekat.

Li Mei pulang kerumah dan meminum obat tersebut. “Semoga tidak terlambat,” ucap Li Mei ketakutan sambil memegangi perutnya.

Sepanjang malam Li Mei mencari tahu tentang kehamilan tanpa sengaja dan cara menggugurkannya. Li Mei belum siap memiliki anak, apalagi ayah dari anaknya adalah pria itu. Setelah membaca Li Mei menjadi agak tenang karena dia belum tentu hamil, Tidak semua hubungan akan menjadi seorang anak.

“Baiklah saatnya tidur,” ucap Li Mei bersiap-siap untuk tidur.

Pagi hari yang cerah Li Mei bangun dalam keadaan segar. Li Mei melihat jam dan bersiap-siap untuk sarapan. Saat turun kebawah sudah tidak ada orang lagi dimeja makan dan itu membuat Li Mei bahagia.

“Nona ini makanan suda siap,” ucap seorangn pelayan.

“Baik terimakasih banyak,” ucap Li Mei.

Li Mei melihat banyak makanan di meja makan, entah mengapa nafsu makannya bertambah. Li Mei memakan semua makanan yan ada di meja makan.

“Bibi aku ingin makan lagi,” teriak Li Mei.

“Apa? Tapi nona sudah banyak makan,” ucap pelayan.

“Bawakan saja apa yang ada,” ucap Li Mei.

Pelayanpun pergi memasuki dapur dan membawa makanan. “Ini nona,” pelayan itu membuka hidangan didepan Li Mei.

Li Mei dengan semangat mencium aroma kuat dari hidangan tersebut. “Hueeeek.” Li Mei merasa ingin muntah mencium bau kari ini.

“Apa ini sudah lama?” tanya Li Mei sambil menutup hidungnya.

“Tidak nona ini makanan baru dan masih panas,” jawab pelayan dengan heran.

Li Mei melihat dan menghirup aroma makanan dengan jijik. “ sudah singkirkan saja,” ucap Li Mei.

Pelayanpun membawa makanan tersebut. “ Uuuugh kenapa sangat tidak enak baunya,” ucap Li Mei dengan jijik.

Li Mei kembali kekamar dan mencium aroma pengharum ruangan. “HUEEEk.” Li Mei kekamar mandi dan memuntahkan makanan yang dia makan.

“Ada apa ini? Apa aku sakit?” tanya Li Mei dengan heran.

Li Mei pun pergi kerumah sakit terdekat untuk memeriksakan dirinya.

“Selamat anda akan menjadi seorang ibu,” ucap dokter.

Li Mei hanya terdiam dengan mulut terbuka.

“Ini resep obatnya silahkan diambil dan jaga kehamilan anda karena usia kehamilan masih sangat muda,” ucap dokter lagi.

Li Mei tersadarkan kembali. “Tunggu dokter … ini pasti ada yang salah dalam pemeriksaan … tolong periksa lagi,” ucap Li Mei panik.

“Tidak … semua pemeriksaan sudah sesuai prosedur dan diagnosis saya tidak mungkin salah,” ucap dokter sambil tersenyum kepada Li Mei.

Li Mei terdiam menatap dokter dengan tidak percaya. “Baik sekarang anda boleh keluar,” ucap dokter sambil menyuruh perawat membawa Li Mei keluar.

Li Mei masih tidak menyangka dan berdiri diam di depan pintu dokter.

“TIDAAAAAAAK,” Li Mei berteriak masih tidak percaya.

Akhir dari Bab 3

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!