Bab 2 Jangan sampai ketemu lagi

Dikamar hotel yang gelap mengandalkan penglihatan dari cahaya bulan, hanya dua orang berdiri berhadapan satu sama lain didalam kamar tersebut.

Guan Lin masih kaget dengan apa yang dia lihat. Kenapa Zhang Min ada disini? Pikiran Guan Lin penuh dengan tanda tanya.

“Uuugh … “ Guan Lin merasakan tubuhnya semakin tidak masuk akal.

Guan Lin melihat sekeliling dan tidak menemukan apapun. Guan Lin menggigit dirinya sendiri hingga berdarah agar tetap sadar.

“Hei apa kalian menemukan wanita itu?” teriak sesorang diluar kamar hotel.

Guan Lin mengintip dari lubang pintu dan merasa lega mereka tidak datang kesini. Saat berbalik badan, Guan Lin melihat pria itu semakin dekat dan menariknya. Pria itu membawanya kekasur dan menciumnya dengan keras. Guan Lin berusaha untuk melawan tetapi dia tidak memiliki kekuatan dan juga respon tubuhnya berbeda dengan otaknya.

Malam itu sangat panjang dan juga sangat panas bagi Guan Lin. Entah mengapa Guan Lin juga sangat menikmati malam itu.

Saat bangun dipagi hari. “Ah … “ Guan Lin merasa kesakitan di semua tubuhnya.

Melihat kesebelah terlihat seorang pria tertidur dengan sangat tenang disebelahnya. Wajah ini adalah wajah yang membunuh keluarganya dan dirinya sendiri. Tetapi Guan Lin tidak bisa menyalahkan pria ini karena mereka adalah orang yang berbeda dari dunia yang berbeda. Guan Lin mencari bajunya dilantai dan memakai bajunya. Lalu Guan Lin pergi kekamar mandi untuk merapikan penampilannya dan kaget melihat penampilannya.

“Ini sangat mirip denganku?” tanya Guan Lin heran.

Dari ingatan gadis ini Guan Lin hanya mengingat wajah-wajah orang lain yang gadis ini temui tetapi tidak dengan wajah gadis ini sendiri.

“Aku harus keluar segera dari sini … aku akan memanfaatkan ingatan gadis ini.”

“Siapa namanya? Li Mei?”

Guan Lin tiba-tiba mengingat seorang teman laki-laki yang memberinya nama Li Mei. Hanya lelaki itu memanggilnya dengan nama Li Mei.

“Apa sekarang saatnya aku memakai nama yang kamu berikan?” ucap Guan Lin dengan senyuman sedih.

“Baiklah sekarang aku adalah Li Mei.” Melihat wajahnya sebentar dan pergi keluar dari kamar mandi.

Li Mei melihat sekeliling dan mengingat sesuatu kalau dia meninggalkan barangnya di kamar sebelah. Saat berjalan Li Mei melihat pria dengan wajah Zhang Min masih tertidur lelap.

“Tadi malam bukan salahku dan juga kita sama-sama membutuhkan.”

“Aku harap kita tidak bertemu satu sama lain lagi,” ucap Li Mei pergi meninggalkan pria itu.

Li Mei keluar dari kamar dengan mengendap-endap dan melihat kamar sebelah.

“Kalau tidak salah ingat gadis jahat itu Li Hua sebentar lagi akan membawa orang-orang kesini.”

Li Mei berdiri didepan piintu kamar dan mulai melakukan pemanasan.

“Huf … Huf … “ sambil melompat-lompat mengepalkan tinjunya.

“Meskipun aku pembuat obat. Tetapi aku juga mempelajari bagaimana caranya bela diri,” bisik Li Mei bersemangat lalu dia mengetuk pintu kamar.

Beberapa saat kemudian keluar seorang pria besar mengusap matanya.

“Kami tidak membutuhkan layanan kama-“

BUUK, pria itu terjatuh dengan pukulan diwajahnya.

Li Mei memasuki kamar mengendap-endap dan mencari barang-barangnya. Saat menemukan barangnya, Li Mei melihat suntikan yang telah mereka berikan padanya.

Dengan senyuman jahat Li Mei mengambil suntikan tersebut menggunakan kain dan memberikannya kepada pria besar yang tidur. Setelah menyelesaikan tugasnya, Li Mei pergi keluar kamar dengan santai karena CCTV telah dimatikan oleh Li Hua.

“Hahaha … aku tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi mereka saat melihat kedalam kamar,” tawa Li Mei.

Setelah keluar dari hotel, tiba-tiba suara telpon berdering. Li Mei melihat nama yang menelpon dan mengangkat telepon tersebut dengan ragu.

“Halo … Li Mei,” ucap orang yang ada di telpon.

Li Mei hanya terdiam mendengar suara wanita yang ada di telpon.

“Hei kenapa kamu diam saja? Apa kamu menikmati pesta tadi malam?” tanya wanita itu.

“apa? Kenapa Li Mei tidak menjawab?” ucap seorang pria yang berada di sebelah wanita tersebut.

Li Mei menutup mulutnya, tidak percaya dengan apa yang dia dengar.

“K-kakak seperguruan?” tanya Li Mei ragu-ragu.

“Pffftt … hahaha apa kata Li Mei? Kakak seperguruan?” tawa pria yang ada ditelpon.

PLAK, suara pukulan terdengar di balik telpon.

“Li Mei apa kamu sedang mabuk? Ayo kesini lah … aku akan membuatkanmu soup penghilang mabuk,” ucap wanita itu.

“Fen Lian?” panggil Li Mei dengan sedikit harapan.

“Iya? Ada apa Li Mei apa terjadi sesuatu padamu? Mengapa kamu sangat diam?” tanya Fen Lian dengan cemas.

“Hei siapa yang berani melakukan sesuatu padamu beritahu aku,” ucap pria di telpon marah.

Mendengar suara mereka berdua Li Mei sangat senang dan sedih. Tanpa sadar air mata keluar dengan sendirinya.

“Hei apa kamu menangis?” tanya Fen Lian lagi.

“Tidak … Aku hanya sedikit mabuk,” ucap Li Mei sambil mengusap air matanya.

“Bagaimana dengan anak yang ada di perutmu?” tanya Li mei.

“Sayang apa kamu hamil lagi?” tanya Yong Fai.

“Tidak!” teriak Fen Lian dengan cepat.

“L-Li Mei sepertinya kamu benar-benar mabuk.”

“Apa kamu lupa kalau aku kemarin baru saja melahirkan keponakanmu?” tanya Fen Lian.

Li Mei berusaha keras untuk mengingat dan akhirnya mendapatkan ingatan bahwa kakak Fen Lian Telah melahirkan.

“Ah … iya aku lupa … hehe,” ucap Li Mei.

Saat Li Mei mengobrol, dia melihat Li Hua memasuki hotel bersama beberapa orang dan reporter.

“Kakak nanti akan aku hubungi lagi,” ucap Li Mei menutup telpon.

Li Mei pergi dan meninggalkan hotel dan pulang kerumahnya. Sesuai dengan ingatan, bahwa rumahnya berada di sebuah perumahan elite. Li Mei pergi mengggunakan taxi untuk pulang kerumah.

Saat memasuki pintu rumah, keluarga telah berkumpul diruang keluarga yang besar. Bahkan kakak laki-laki dari Li Mei yang jarang pulang kerumah ada disini. Mereka semua melihat Li Mei dengan tatapan marah dan tidak menyenangkan. Hanya ibu tiri yang melihatnya dengan tatapan sedih.

“Li Mei kamu baru pulang? Li Hua bilang kamu-“

PLAK, belum selesai ibu tiri berbicara sang ayah membuat sebuah tamparan di pipi Li Mei.

Li Mei menatap ayahnya dengan tatapan tidak percaya.

“Apa kamu bersenang-senang tadi malam?” teriak sang ayah.

Li Mei hanya diam menatap mereka semua. “Apa yang aku lakukan?” tanya Li Mei.

“Kamu masih bertanya?” teriak sang ayah lagi.

“Li Mei kamu tahu apa yang kamu lakukan ini tidak baik,” ucap sang kakak laki-laki dengan nada kecewa.

“Suamiku tenang … Li Mei ayo akui kesalahanmu dan meminta maaf pada ayah,” ucap ibu tiri dengan cemas.

Li Mei mengabaikan ibu tiri itu dan menatap ayahnya serta kakaknya. “Aku tidak melakukan apapun,” jawab Li Mei dengan ekspresi tegas.

“Kamu-“

Sebelum sang ayah selesai berbicara suara TV menghancurkan semua suasana.

“Kalian lihat aku tidak tahu mengapa kakakku melakukan hal seperti ini.”

“Tadi malam aku melihat dia dengan beberapa pria dan mengatakan akan bersenang-senang dengan beberapa pria,” ucap Li Hua sambil mengusap air mata yang tidak ada dimatanya.

Li Mei melihat ini semua hampir mau tertawa.

“Apa yang dikatakan anakmu?” tanya Li Mei kepada ibu tiri.

“Aku bahkan berada disini sekarang … siapa yang ingin dia rekam?” tanya Li Mei lagi.

Ibu tiri itu hanya diam dan dengan cemas menggigit kukunya sambil melihat TV.

Sang ayah melihat TV dengan mata kaget.

“Apa yang putrimu lakukan di sana?” teriak sang ayah kepada ibu tiri.

“A-aku juga tidak tahu,” jawab ibu ketakutan.

Li Mei membersarkan volume suara TV.

“Apa mungkin karena kamu merebut tunangan kakakmu sehingga dia menjadi stres?” tanya seorang reporter.

“Apa? Kakak tidak mungkin seperti itu,” jawab Li Hua.

“Lihat! Pintunya tidak terunci,” teriak seorang reporter.

Terdengar suara ******* didalam kamar tersebut dan membuat orang sekitar menjadi hening dan aget. Li Hua mendengar suara itu tersenyum dengan gembira.

Saat seorang reporter membuka pintu dan ingin merekam adegan panas yang ada didalam ternyata semua tidak sesuai dengan yang mereka semua harapkan.

“Apa-apaan ini? Menjijikkan,” teriak seorang wanita reporter.

“Sial mataku.”

Li Hua yang mendengar teriakan semua orang merasakan kesenangan dan ingin melihat apa yang dilakukan Li Mei. Saat berusaha untuk melihat Li Hua sangat kaget.

“Aaaaaa …” teriak Li Hua.

“Menjijikkan,” lanjut Li Hua.

Li Mei dan keluarga yang menonton semua siaran langsung yang ada di TV terdiam sesaat sampai sang ayah mematikan TV. Sang ayah mulai memejamkan mata dan memijat bagian atas batang hidungnya.

“Aku sebaiknya kekamar dulu,” ucap Li Mei berjalan keatas.

Saat Li Mei telah memasuki kamar. Li Mei mendengar semua omelan ayahnya dan mendengar suara ibu tirinya menangis meminta maaf.

Disisi lain kamar hotel.

“Tuan apa ada baik-baik saja?” tanya sang asisten.

“Yah … “ Zhang Min melihat darah yang ada di kasur dan mengerutkan kening.

“Cari wanita yang tidur denganku tadi malam.”

“Aku tidak ingin wanita itu membuat masalah dikemudian hari,” ucap Zhang Min.

“Baik Tuan,” jawab sang asisten.

Akhir dari Bab 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!