3. Berangkat.

Empat bulan kemudian.

"Kamu berikan saja susu ini untuk Lintar..!!" Bang Satria menyerahkan beberapa kotak susu ibu hamil"

"Ini banyak sekali Sat. Waktu itu kamu juga beli banyak" Bang Panca menerima satu kantong plastik berisi susu ibu hamil dan banyaknya camilan.

"Nggak apa-apa. Susunya Lintar pasti sudah habis. Kalau Lintar tanya bilang saja kamu yang beli" kata Bang Satria.

"Kenapa harus begitu???"

"Ya karena kamu nggak gerak Pot, katanya kamu cinta sama Lintar. Mana usahamu??" Tegur Bang Satria.

"Aku bukannya nggak berani pot, aku malu pada diriku sendiri. Aku merasa tidak berguna sebagai laki-laki" jawab Bang Panca.

"Kamu belum coba. Jangan pesimis..!! Apa salahnya kamu berusaha" Bang Satria berusaha menyemangati Bang Panca.

"Baiklah, aku akan mencobanya..!!"

Senyum Bang Satria mengantarkan langkah Bang Panca.

Saat itu Dan Rakit dan Bang Arsene litting Bang Satria mendekati Bang Satria.

"Kenapa kamu lakukan itu??" Secara keras Bang Arsene bereaksi terhadap sikap Bang Satria.

Bang Satria memberi penghormatan pada Dan Rakit. "Selamat siang komandan" ucapnya tanpa memperdulikan ucapan Bang Arsene.

"Saya bicara sama kamu Sat..!!!!!!!"

Papa Rakit menahan bahu Bang Arsene yang sudah mengepalkan tangan dengan geram.

"Ayo kita ngopi dulu..!!" Ajak Papa Rakit.

:

"Siap.. tidak berani Dan..!!"

"Saya tidak paham, siapa yang pengecut di antara kalian. Tapi putri saya bukan mainan dan saya tidak ingin putri saya menjadi bahan mainan. Nasibnya sudah buruk, Lintar terlalu banyak menangis. Jangan kamu tambah lagi tangisnya" ucap Papa Rakit dalam keadaan tenang.

"Apa alasanmu berbuat seperti itu?? Saya tau sejak meninggalnya Jenar kamu selalu ada di 'belakang punggung' Lintar. Tapi kenapa kamu tidak berjuang, kamu malah membantu Panca. Apa gunanya nama Satria jika sikapmu tidak satria" Tak sabar lagi, Bang Arsene meluapkan emosinya.

"Karena sejak awal, sebelum Lintar menikah dengan Jenar.. kau sudah jatuh hati sama dia. Hanya saja saat itu kamu sedang penugasan ke Papua selama sembilan bulan"

"Berati Lintar bukan jodohku" jawab Bang Satria ringan.

Bang Arsene yang terkenal kalem sampai meradang mendengar jawaban litting sekaligus sahabat kentalnya itu.

Papa Rakit menepuk bahu putra 'pertama'nya. Papa Rakit tau betul kalau Arsene sangat menyayangi Lintar. "Arsene.. tenang dulu le. Setiap manusia pasti memiliki alasan untuk tindakannya. Kamu jangan mendesak dan memaksa. Kita ini pria, pasti sedikit banyak memahami pemikiran pria. Jodoh atau tidak jodoh itu urusan yang di atas. Tapi ingat.. jarak berhalang lautan jika Tuhan sudah menggariskan, dia akan kembali padamu.. bagaimana pun caranya"

Flashback off..

"Aku tau kau juga suka sama Lintar" kata Bang Panca.

Bang Satria tersenyum saja mendengarnya.

"Lintar belum ada yang punya.. kau juga tidak ada rasa, jadiii.. aku mau melamarnya." Ucap tegas Bang Panca.

"Jaga dia baik-baik. Jangan membuatnya menangis..!!" Pesan Bang Satria.

\=\=\=

Lintar menciumi wajah Lahar. Tangisnya pecah harus berpisah dengan putra semata wayangnya.

"Lahar jangan nakal ya nak. Nurut sama Oma dan Opa. Mama pergi cari uang untuk Lahar" sesenggukan tangisnya ikut membasahi wajah lahar.

Putra kecilnya itu mencebik seakan paham perasaan ibunya.

"Jangan di tangisi..!! Lahar bisa merasakan apa yang kamu rasakan..!!" Pesan Papa Rakit. "Dulu Papa tidak pernah menoleh lagi saat akan berangkat tugas. Papa matikan perasaan agar tidak mengingat Bang Arsene, Bang Panji juga kamu. Tapi seorang ayah tetap merasa berat meskipun Papa tidak merasakan membawamu selama sembilan bulan dan tidak melahirkan mu, tapi di setiap desir darah kalian.. ada Papa yang selalu sayang anak-anak Papa."

Lintar mengerti maksud Papanya.

"Berangkatlah.. Lahar pasti baik-baik saja bersama Papa dan Mama." Mama ikut menentukan Lintar.

Mata Papa Rakit mengarahkan agar Bang Panca dan Bang Satria mengajak Lintar untuk segera naik ke atas pesawat.

"Serda Lintar, sudah waktunya berangkat..!!" Bang Satria mengingatkan Lintar.

Bang Panca membantu Lintar menarik koper. "Biarkan Lahar bersama didikan Opa dan Omanya yang hebat. Semua akan baik-baik saja."

Lintar berjalan menjauh tanpa menoleh lagi. Disana dengan cepat Bang Satria mendaratkan sekilas ciuman di pipi baby Lahar. "Saya akan jaga Mama mu" bisiknya di balik kacamata hitam itu, ada setitik tangis yang ia sembunyikan kemudian segera berjalan menyusul rekannya.

"Pa.. Satriaa......" Mama Fia ikut berbisik di telinga Papa Rakit.

"Papa sudah tau Ma"

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Iis Cah Solo

Iis Cah Solo

cintanya sangat dalam tapi ada sahabat yg mencintai juga..😊😊😊😊

2023-10-01

0

Dwi Ara

Dwi Ara

y Allah... mencintai dlm diam itu sangat menyiksa banget😭😭

2023-04-28

2

rika

rika

lahar yang kuat le...aku ikutan mewek kalo sudah ketemu novel yang melow ga tau kenapa kayak ikut hanyut aja dalam ceritanya 😭😭😭

2023-02-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!