8-6 Mencintaimu

8-6 Mencintaimu

1. Hari pertama.

"Ijin.. Terima kasih banyak Kapten"

"Sama-sama. Sudah cepat sana kamu main voli. Biar Lahar sama saya..!!"

"Siap"

Si kecil Lahar memang selalu tenang saat bersama Bang Panca.

:

"Ini hari pertama Mama mu masuk kerja setelah cuti melahirkan jadi kamu harus bantu Mama biar Mama semangat kerja..!!"

Baby Lahar seakan tersenyum mengerti ucapan Bang Panca.

"Kamu anak yang kuat. Laki-laki harus kuat, tidak boleh nangis, tidak boleh banyak mengeluh..!! Tooss dulu donk Bang..!!" Bang Panca menyatukan tangannya pada tangan kecil baby Lahar yang kini sudah berusia delapan puluh hari. "Waduuhh pakai sarung tinju segala." Tawa Bang Panca terdengar renyah.

Bang Panca dengan percaya diri menggendong Baby Lahar kesana kemari bagai putranya sendiri, sungguh sejak kelahiran Baby Lahar hatinya sangat gembira, seakan mendapatkan dunia baru.. rasanya hari-hari menjadi penuh warna.

prrrtttt..

"Astagaaa.. k*n**t segala. Kita laki-laki harus jaga wibawa.. disini banyak cewek Bang..!! Gengsi lah sedikit" bisik Bang Panca seakan sudah menanamkan jiwa 'kelelakian' sejak dini.

"Waaahh.. anaknya lucu sekali. Namanya siapa Pak?" Seorang ibu dari Matra lain menyapa Bang Panca karena melihat gemuknya Baby Lahar.

"Alhamdulillah Bu. Namanya Lahar Raksa." Jawab Bang Lahar.

"Mirip sekali sama Papanya"

Bang Panca hanya tersenyum, tidak hanya satu atau dua orang saja yang mengatakan jika Lahar sangat mirip dengannya. Bahkan saat dirinya mengajaknya ke Mess, beberapa orang rekannya pun sempat merekam kemiripan kelakuan dirinya dan baby Lahar saat tidur.

"Ngomong-ngomong Mamanya yang mana Pak?" Tanya ibu itu semakin penasaran.

"Yang sedang main volly, di lapangan beralas rumput." Jawab Bang Panca lagi.

"Ooohh ya ampun, Mamanya anggota ya Pak?"

"Iya Bu"

"Mama dan Papanya adalah orang yang hebat. Kamu pasti akan jadi pria yang hebat juga Nak."

"Aamiin.. terima kasih banyak Bu"

~

Bang Panca memegangi botol susu Baby Lahar. Matanya terus memperhatikan paras wajah si kecil Lahar. "Apa benar kamu mirip dengan saya? Apa semua itu karena saya terus berada di samping Mama mu?" Gumam Bang Panca. "Tapi kau harus tau.. ada sosok om-om yang lebih mirip denganmu, bahkan gaya bangun tidurmu..!!"

Ingatannya kembali pada masa sebelas bulan yang lalu. Saat tragedi gugurnya Mayor Anumerta Jenar.. suami Lintar. Ayah kandung dari Lahar Raksa, bayi yang sangat ia sayangi.

"Andaikan takdir saya tidak seperti ini, saya akan memberanikan diri untuk menikahi Mama mu. Tapi saya ini tidak layak untuk mendampingi Mama mu yang luar biasa. Mama mu berhak bahagia bersama laki-laki yang sehat dan normal"

Tak lama berselang, Lintar datang dan seperti biasanya.. putra semata wayangnya tertidur lelap dalam asuhan Kapten Panca. "Ijin Kapten, Lahar tidur lagi?"

"Iya, saya buatkan susu dan dia langsung tidur. Pintar sekali" jawab Bang Panca dengan senyumnya.

"Lain kali biar saya ajak bibi. Kapten juga pasti punya kegiatan." Kata Lintar.

"Nggak apa-apa. Saya senang main bersama Lintar."

Saat itu datang seorang pria berpangkat Kapten mendekati mereka. "Weehh.. si gembul tidur?" Sapa pria tersebut. Dia adalah Kapten Satria.

"Selamat sore Kapten..!!"

"Selamat sore Lintar." Jawab Bang Satria sekenanya karena dirinya tau Bang Panca menaruh perasaan lebih pada Lintar.. janda muda cantik jelita. "Kalau sudah selesai kegiatan segera pulang, kasihan Lahar.. ini sudah menjelang Maghrib..!! Seharian kamu di kantor. Anakmu capek." Kata Bang Satria.

"Baik Kapten..!!"

"Kamu pulang sama siapa?" Tanya Bang Panca.

"Ijin.. berdua saja dengan Lahar naik motor" jawab Lintar.

"Kamu tolong antar Lintar Bro, saya naik motor.." pinta Bang Panca.

"Begini saja, kamu bawa mobilku.. kamu antar Lintar..!!" Saran Bang Satria.

"Ijin Kapten Panca.. Kapten Satria.. saya bisa pulang sendiri."

"Saya tau Lintar, tapi ini sudah menjelang Maghrib. Anakmu masih terlalu bayi"

Seperti biasa Kapten Satria akan selalu bernada datar tapi sikap dinginnya masih terasa aura perhatian.

"Oke Sat.. aku bawa mobilmu ya" kata Bang Panca.

Bang Satria mengangguk dan hanya tersenyum saja mendengarnya.

Lintar melirik arah pandangan Bang Satria yang terus tertuju pada putra semata wayangnya.

"Ijin Kapten. Kami pulang dulu. Terima kasih banyak bantuannya..!!" Pamit Lintar.

"Iya.. jaga anak baik-baik..!!"

Sekilas pandang mata mereka saling menatap sampai Lintar berbalik badan dan meninggalkan Bang Satria tanpa menoleh lagi.

.

.

.

.

Cek respon, tidak bisa up setiap hari. Harap maklum ya kak readers yang baik🥰🥰😘😘🙏🙏

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Iis Cah Solo

Iis Cah Solo

🙏🙏🙏🙏...mba nara lanjutannya...😍😍😍

2023-10-01

0

Dwi Ara

Dwi Ara

akhirnya Nemu lanjutannya cerita si Lintar,janda mudanya bang Jenar 👍👍

2023-04-28

2

rika

rika

baru nemu nih cerita lintar...

2023-02-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!