Happy Reading 🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Nandira duduk dikamarnya sambil memainkan ponsel jadulnya. Ponsel yang dibelikan Ayah nya ketika dia SMA. Ponsel kredit pastinya. Harganya terjangkau tapi cukuplah untuk menelpon dan mengirim pesan.
"Aku harus cari pekerjaan".
Nandira membuka internet untuk mencari lowongan pekerjaan siapa tahu ada yang cocok dengan kemampuan nya.
"Tukang cuci piring juga tidak apa-apa. Yang penting kerja". Gadis itu tersenyum simpul.
Drt drt drt drt
Ponselnya berbunyi. Gadis itu menggeser tombol warna hijau disana.
"Hallo Bunda". Dia tersenyum lebar walau bukan video call.
"Apa Ayah sakit? Astaga Bunda. Bagaimana keadaan Ayah? Baik Bunda, Dira akan usahakan kirim uang". Gadis itu mematikan panggilan nya.
"Bagaimana ini? Kemana aku harus cari uang? Belum lagi biaya sekolah Nando". Dia mondar-mandir sambil mengigit ujung kukunya.
Nandira keluar dari kamarnya. Entah kemana gadis itu ingin pergi dan meminjam uang. Mencari pekerjaan tentu akan butuh waktu lama.
"Bik".
"Ehh iya Nona. Ada yang bisa saya bantu?". Salah satu pelayan mendekati Nandira
"Bik, bagaimana kalau aku bantu beres-beres saja. Aku ingin bekerja disini Bik. Aku sedang butuh uang Bik. Tolong yaa?". Pinta Nandira.
Pelayan itu tampak bingung. Kenapa istri Tuan-nya ini malah meminta pekerjaan padanya? Tidak tahu kah Nandira bahwa suaminya itu sangat kaya.
"Tapi Nona_".
"Bik, aku pinjam kain lap nya yaa? Biar aku coba bekerja. Kau boleh lihat kemampuan ku". Ucap nya.
Nandira dengan semangat membersihkan kaca-kaca lemari barang antik milik suaminya.
"Nona Muda".
Bik Yam dan beberapa pelayan lainnya berusaha mencegah gadis itu namun Nandira yang keras kepala mana mau mendengar. Baginya sudah biasa membersihkan barang-barang itu.
"Nona Muda awas".
Brakkkkkkkkkkk
Untung Bik Yam cepat menarik tangan Nandira sehingga gadis itu tidak terkena lemari yang tumpang.
"Anda baik-baik saja Nona?". Tanya Bik Yam panik. Yang lain juga panik.
"Apa ada yang luka Nona?". Bisa digantung Nathan mereka kalau Nandira sampai terluka.
Nandira malah terdiam. Matanya berkaca-kaca. Bukan apa barang-barang antik itu habis pecah bersama lemari itu.
"Bik, apa itu milik Mas Nathan? Pasti barang-barang itu mahal. Bagaimana ini Bik? Aku tidak punya uang untuk menggantinya?". Nandira sudah panik dia belum kenal sifat suaminya itu. Bisa jadi kan suaminya marah padanya.
"Kami akan bantu anda jelaskan Nona. Ayo anda bangun dulu lutut anda terluka". Ucap Bik Yam.
Semua pelayan tampak panik. Bukan panik melihat barang antik koleksi Nathan. Tapi panik karena lutut Nandira lecet. Bisa-bisa setelah ini mereka digantung oleh pria itu.
"Hiks hiks Bik aku belum siap digantung". Nandira terisak.
"Tenanglah Nona". Sahut Bik Yam sambil membersihkan luka dilutut Nandira.
Sedangkan yang lainnya membereskan pecahan kaca lemari serta barang antik Nathan yang tampak rusak.
Pria itu memang menyukai koleksi barang antik. Dia mendapatkannya saat perjalanan bisnis keluar negeri sebagai koleksinya. Tak heran jika barang itu mencapai harga milyaran karena Nathan mendapatkan nya dengan susah payah.
.
.
.
.
"Aris pulang".
Nathan menyambar jas nya dan keluar dari ruangan dengan tergesa-gesa.
"Baik Tuan". Aris mengekor.
Aris bingung melihat Nathan yang tampak panik. Padahal mereka masih ada beberapa meeting yang harus diselesaikan. Tapi kalau Nathan sudah mengajak pulang mana berani Aris membantah dan hanya mengikuti saja.
"Silahkan masuk Tuan". Aris membuka pintu mobil.
Nathan masuk dengan wajah paniknya. Dia bahkan melongkarkan dasi yang terasa mencekik lehernya. Kemejanya dia gulung sampai siku. Jas nya dia letakkan begitu saja.
Nathan mengusap wajahnya kasar. Dia tidak tahu kenapa dia bisa sepanik ini ketika melihat rekaman CCTV dirumahnya?
Nathan turun dengan langkah tergesa-gesa. Dia tidak peduli lagi dengan Aris yang memanggil nya karena heran.
Dia langsung masuk tanpa menjawab sapaan para pelayan.
"Tuan". Mereka semua langsung membungkuk hormat.
"Dimana istriku?". Tanyanya tanpa basa-basi.
"Nona ada dikamarnya Tuan". Sahut salah satunya.
Nathan melangkah lebar dan menuju kamar istrinya itu. Kamar mereka bersebelahan.
"Ra".
Bik Yam yang tengah mengobati luka dikaki Nandira sontak terbangun saat Nathan datang.
"Mas, maafkan aku Mas. Aku tidak sengaja. Maaf Mas. Hukum saja aku Mas. Aku tidak sengaja". Nandira sampai berlutut meminta maaf takut jika suaminya itu akan marah besar karena sudah merusak barang kesukaan nya.
Nathan berjongkok dan mengangkat tubuh gadis itu.
"Mana yang luka?". Tanya nya lembut sambil mengusap pipi Nandira.
Nandira menggeleng "Ini lecet sedikit saja tapi tidak sakit hanya perih". Jelasnya
"Duduklah". Nathan mendudukkan Nandira dibibir ranjang. Dia memberi kode kepada Bik Yam agar meninggalkan mereka berdua.
"Apa masih sakit?". Dia menyentuh luka dikaki Nandira.
"Tidak sakit hanya perih". Nandira meringgis "Maafkan aku Mas. Aku.. aku hanya_".
"Sudah lupakan saja. Yang penting kau tidak apa-apa kan?". Nathan mengusap rambut panjang istrinya.
"Mas tidak marah? Kata mereka itu barang paling berharga buat Mas?". Nandira menyeka air matanya.
"Itu bisa dibeli lagi". Nathan tersenyum "Biar aku obati luka mu yaa?". Dia mengambil kotak P3K bekas Bik Yam mengobati istrinya.
"Mas maaf yaaa?". Nandira benar-benar tidak enak.
"Lupakan Ra. Nanti aku akan suruh Aris beli yang baru". Ujar Nathan dia tidak mau istrinya itu merasa bersalah hanya karena barang yang bisa dibeli dengan uang.
"Awwww". Nandira meringgis saat Nathan mengobati lukanya
"Tahan yaaa. Ini tidak lama". Nathan tersenyum simpul.
"Terima kasih Mas". Ucap Nandira setelah Nathan selesai mengobati luka nya.
Nathan duduk disamping istri nya. Entah kenapa dia merasa nyaman. Padahal mereka baru satu hari saling mengenal dan menjadi pasangan suami istri.
"Lain kali jangan lagi yaa?". Ucap Nathan lembut sambil menyalipkan anak rambut istrinya.
"Maaf Mas". Nandira hanya menunduk "Mas besok aku akan cari pekerjaan". Ucap Nandira.
"Kenapa?". Kening Nathan saling bertaut.
"Kan memang aku harus bekerja Mas disurat perjanjian itu". Sahut Nandira "Aku sedang butuh uang Mas. Ayah sakit. Kata Bunda, Ayah harus dibawa kerumah sakit. Tapi aku belum ada uang, makanya aku ingin bekerja". Ujarnya "Mas, bolehkah aku pinjam uang Mas? Nanti aku ganti kalau aku sudah bekerja. Aku janji akan mengganti nya tepat waktu meski menyicil". Sambil menangkupkan kedua tangannya didada.
"Masukkan nomor rekening mu". Nathan memberikan ponselnya.
"Sebentar Mas". Gadis itu mengambil ponselnya lalu menuliskan digit nomor rekening nya ke ponsel Nathan.
"Ini Mas".
Nathan mengotak-atik ponselnya dengan serius.
"Sudah masuk. Ceklah". Dia menyimpan ponselnya.
Mata Nandira membulat sempurna "Seratus juta? Mas ini sangat banyak sekali?". Ujar Nandira terkejut.
"Tidak apa-apa. Ambilah itu untukmu. Tidak usah diganti". Sahut Nathan
"Tapi Mas. Kata Ayah tidak boleh. Takut berhutang budi. Apalagi nanti kita akan berpisah, aku takut tidak mampu bayar".
Nathan terdiam. Gadis itu masih selalu ingat pada surat perjanjian kontrak nikah mereka. Nathan saja sampai lupa isinya padahal baru satu hari.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Aidah Djafar
kasian nandira tulng punggung keluarga 🤔
terima saja nandira anggap saja rezkimu oerantara dari siami kontrakmu 🤔🥺
2023-04-20
0
@haerani-d
antara sedih deh lucu, ke suaminya pakai acara pinjam uang 🤭🤭
benar - benar 😅
2022-12-24
0
Fazriana Tasya Sumeleh
lanjut Thor semangat🙏😊
2022-12-13
0