Seperti biasa, saat Rain sedang mengerjakan sesuatu di kamarnya, Ana akan pergi ke dapur mengambilkannya sesuatu. Untuk kali ini, Rain ingin jus jeruk dan sedikit permen coklat katanya.
Sudah hampir seminggu ini Ana tinggal di rumah Marius sebagai pengasuh Rain. Atau mungkin teman main? Entahlah, Ana sendiri juga bingung apa tugasnya.
Marius hanya bilang yang Ana kerjakan hanyalah melakukan apapun yang Ana dan Rain sukai. Masalahnya Ana tidak tahu apa itu?
Sebelum Ana bertemu dengan Rain, Ana mengira akan berhadapan dengan seorang bocah yang sulit diatur, aktif berlarian sana sini, mengoceh tidak jelas sepanjang waktu, atau sibuk dengan ponselnya. Tapi, Rain berbeda.
Rain jarang bicara. Hampir sebagian besar pertanyaan Ana dijawab dengan anggukan atau gelengan kepala. Dia tidak akan pernah berkata apapun jika tidak ada pertanyaan.
Rain juga tidak seperti anak-anak lainnya yang suka bermain di luar ruangan. Dia lebih sering menghabiskan waktunya dengan kegiatan yang bisa dikerjakan oleh dirinya sendiri di dalam kamarnya, seperti menonton TV, menggambar, atau bermain boneka.
"Apakah dia tidak bosan hanya bermain di dalam kamarnya terus?," batin Ana.
Bahkan dengan Marius, Rain juga tidak banyak bicara. Marius yang paling banyak bertanya atau mengajaknya mengobrol. Selebihnya, sama seperti dengan yang lain, Rain hanya akan menjawab dengan anggukan atau gelengan di kepalanya.
"Rain lebih suka mendengarkan daripada berbicara. Tapi menurut dokter itu bukan disartria. Karena tidak masalah dengan kemampuan bicaranya. Kemungkinan terbesar ada pada psikologisnya," kata Marius.
"Apakah tidak pernah diperiksa ke psikiater?," tanya Ana.
" Sudah. Mereka mengatakan tidak ada masalah dengan psikologisnya. Dia hanya butuh banyak perhatian," jawab Marius.
Marius sendiri hanya berada di rumah saat pagi dan malam hari. Di pagi hari setelah sarapan dia akan berkantor sebentar dari ruang kerjanya, baru menjelang makan siang dia akan keluar, entah itu ke kantor atau menemui klien. Marius baru berada di rumah mungkin sekitar pukul 11 malam, dan saat itu Rain sudah tidur.
Kadang sedikitnya waktu yang dia punyai untuk Rain membuat dia merasa bersalah. "Mungkin benar apa yang dikatakan psikiater itu, Rain kurang perhatian dariku," kata Marius menyesali dirinya sendiri.
Mungkin karena itu juga, Marius sering pergi ke kamar Rain setiap malam sebelum dia pergi ke kamarnya di lantai atas. Ana pernah sekali mengintip dari balik pintu kamarnya dan melihat Marius sedang berjalan keluar dari kamar Rain.
Marius bahkan mempekerjakan banyak pelayan di rumahnya, karena rumah yang ditempati Marius sejak lahir ini adalah peninggalan kakeknya. Sehingga dibutuhkan banyak pelayan untuk merawatnya. Ana tidak tahu ada berapa banyak pelayan di rumah ini. Yang jelas, kemanapun Ana pergi, setidaknya ada empat atau lima pelayan sedang bertugas di satu ruangan atau area di dekatnya.
Tapi, meskipun ada banyak pelayan di rumah ini, Ana belum pernah melihat ada pelayan yang mengajak Rain mengobrol atau bercanda dengannya. Para pelayan hanya akan berbicara saat mereka melakukan tugas mereka, seperti mengingatkan untuk makan atau menanyakan sesuatu yang diinginkan Rain. Selain dari itu, mereka akan tetap diam dan mengacuhkannya meskipun Rain ada di dekat mereka.
Rain seperti sebuah pajangan yang diletakkan di dalam kotak kaca. Semua orang tahu dia disana, tapi tidak ada yang mengajaknya berbicara ataupun menghiraukannya. Untuk beberapa kesempatan, mereka mungkin melihatnya, tapi itu hanya beberapa saat. Setelah itu, mereka kembali mengacuhkannya.
Rain sendiri sudah mencoba berusaha untuk berbicara dengan mereka, tapi sedetik kemudian dia mengurungkannya. Pada akhirnya, baik dari para pelayan maupun Rain sama-sama tidak akan ada yang mulai duluan untuk berbicara. Mereka terbiasa saling mengacuhkan.
"Sifat Rain yang pemalu tidak memberinya keberanian untuk bicara. Dan para pelayan hanya akan terus tidak mempedulikannya. Rain hanya akan menjadi seorang putri di dalam istana megah tanpa seorang pun bersamanya," begitu pikir Ana.
Meski demikian, Eli juga tidak banyak membantu. Eli adalah kepala pelayan yang tugasnya mengatur seluruh pelayan yang ada di rumah Marius. Kata Marius, Eli sudah bekerja melayani keluarga Hadinata sejak usianya 19 tahun. Saat itu ibunya adalah kepala pelayan yang sudah melayani sejak kakek Marius masih hidup.
"Eli sudah lama bekerja disini, bukankah seharusnya dia yang lebih tahu tentang Rain? Dia yang seharusnya lebih dekat dengan Rain dibandingkan dengan pelayan lain," kata Ana bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
Terlebih lagi, semua tugas dikerjakan oleh pelayan, dan Eli hanya mengatur tugas-tugas mereka. Eli dan Rain jadi semakin jarang saling berbicara.
"Apa kau tahu pengasuh Nona Rain yang baru?"
Saat Ana akan menaiki tangga, di dekatnya ada ruang duduk. Sepertinya ada pelayan sedang membersihkan ruangan itu.
"Eh iya, dengar-dengar katanya pengasuh yang ini berbeda dari pengasuh sebelumnya."
Kali ini Ana mendengar suara pelayan yang berbeda.
"Benar, katanya dia direkrut oleh Tuan Marius sendiri, bukan direkrut oleh Miss Eli."
"Aneh kan, tidak biasanya Tuan Marius merekrut sendiri pegawai rumah tangganya."
"Tapi, tetap saja. Aku ingin tahu bisa bertahan sampai berapa lama? Semua pengasuh Nona Rain selalu minta berhenti setelah tiga bulan."
"Eh, tapi tidak dengan yang terakhir, Dia tidak minta berhenti, tapi dipecat."
Mereka berdua tertawa dengan suara yang tertahan, mungkin agar tidak terdengar.
"Lagipula, apa sih istimewanya pengasuh baru itu? Tuan Marius bahkan memberinya kamar mewah."
"Tidak hanya itu, dia bahkan makan bersama Tuan Marius dan Nona Rain."
"Kudengar katanya, Tuan Marius meminta Miss Eli untuk melayaninya dengan sebaik-baiknya."
"Bahkan pengasuh yang dulu tidak seistimewa itu."
"Kamu benar. Lalu, apa istimewanya dia?"
"Apa jangan-jangan ...."
Ana tidak dapat mendengar kata-kata selanjutnya yang ingin dikatakan pelayan itu. Sepertinya mereka sedang berbisik-bisik. Beberapa detik kemudian, keduanya tertawa terkekeh-kekeh.
Ana ingin sekali menemui dan menanyakan masalah mereka, tapi kaki Ana tertahan cukup kuat. Meskipun rasa kesal dan marah Ana terus menaik saat mendengar mereka tertawa, tapi Ana terus menahan rasa kesalnya itu, dan pergi meninggalkan mereka.
Saat Ana kembali ke kamar Rain, seperti biasanya anak itu sedang menonton acara TV kesukaannya. Jika sedang menonton dia akan duduk di depan TV hingga acaranya selesai. Sesekali dia akan berdiri mengikuti gerakan karakter di dalamnya.
Jika sudah begitu, tingkah Rain bisa jadi sangat menggemaskan. Ana selalu ingin memeluk anak itu saking gemasnya Ana dengan Rain. Tapi, kemudian dia menyadari posisinya dan berusaha sekuat tenaganya untuk menahan keinginannya itu. Rasanya sangat sulit dibayangkan Rain yang sedemikian menggemaskannya adalah anak yang pemalu.
Seharusnya hari ini adalah jadwal Rain ke pre-school nya, tapi kata Eli untuk 2 minggu ini Marius memintanya untuk istirahat di rumah. Ketika Ana menanyakan alasan mengapa, Eli tidak menjelaskan secara jelas. "Nona Rain hanya butuh istirahat," begitu katanya. Ana pun juga tidak mau memaksanya lagi.
Sambil menunggui Rain yang sedang menonton, kepala Ana terus mengeluarkan banyak pertanyaan dari apa yang didengarnya tadi.
Ada apa dengan pengasuh sebelumnya? Mengapa dia dipecat? Mengapa tidak ada yang betah menjadi pengasuh Rain, sedangkan dari pengamatannya beberapa hari ini, Rain bukan anak yang sulit. Jika kutukan tiga bulan itu benar, apakah Ana akan bisa bertahan? Jika tidak, apa yang akan terjadi dengan hutang-hutangnya?
Dan juga, memang benar apa yang dikatakan kedua pelayan itu, mengapa Ana mendapatkan ruangan istimewa? Mengapa Ana diperbolehkan makan bersama Rain dan juga Marius? Apa yang membuat Ana istimewa? Akan sangat konyol jawabannya jika karena Ana berhutang. Karena sepertinya, mereka tidak tahu alasan Ana bisa menjadi pengasuh untuk Rain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments