"Restoran?"
Ana dibawa ke sebuah restoran mewah oleh para pria yang datang ke rumahnya siang ini. Mereka adalah orang-orang yang sama yang Ana temui kemarin. Dan karena mereka tidak dapat bertemu dengan papanya, mereka meminta Ana untuk ikut dengan mereka.
Awalnya Ana menolak permintaan tersebut. Pikiran Ana sudah tidak karuan memikirkan apa yang akan mereka lakukan pada Ana jika dia ikut dengan mereka. Tapi mereka bilang akan membawa Ana pada seseorang yang mereka panggil Tuan Besar, orang yang akan memutuskan bagaimana Ana melunasi hutang-hutang papanya. Ana jadi tidak punya pilihan lain selain ikut dengan mereka.
Selama perjalanan, Ana terus bertanya-tanya kemana dirinya akan dibawa. Dia sudah membayangkan bahwa dia akan dibawa ke suatu tempat yang terpencil dimana tidak ada seorangpun tahu, atau ke sebuah gudang yang kumuh dan usang, atau malah di tepi jurang dimana kalau Tuan Besarnya marah, mereka hanya perlu mendorong Ana ke jurang itu.
Tapi, ini restoran, mewah pula. Ana mengenal tempat ini. Beberapa kali dirinya diundang oleh klien-kliennya untuk mengadakan pertemuan disini.
Seperti namanya, "Lorenzo Vins" adalah restoran milik chef Lorenzo asal Perancis yang menyediakan masakan dan wine khas negaranya. Tempat ini ekslusif. Hanya orang-orang tertentu yang bisa masuk di dalamnya. Dan restoran ini hanya menerima reservasi dari pelanggan.
Ruangan di dalamnya terbilang cukup luas. Hanya ada beberapa meja yang diatur berjarak renggang. Di tengah ruangan terdapat sebuah bar oval melingkar dengan seorang bartender di dalamnya.
Ana melihat seorang pria sedang duduk di ujung bar menikmati minuman di gelas kecilnya. Pria dengan jas slim fit tanpa lengan warna hitamnya membalut kemeja putihnya. Tubuh bidangnya jelas terlihat meskipun dia sedang duduk. Untuk beberapa detik, Ana mendapati pria itu memandangi dirinya saat dia melewati bar.
Pria itu terlihat tidak begitu tua. Ana memperkirakan usianya 30 tahun, mungkin lebih. Wajahnya tampan, terlihat bukan seperti orang asli Indonesia. Garis matanya tajam. Tulang rahangnya membentuk wajahnya terlihat tegas. Meskipun sedang duduk, Ana mengira tingginya sekitar 170an sentimeter, mungkin lebih sedikit. Pria itu tersenyum melihat Ana. Bibirnya yang tipis dan lebar memasang senyum di wajah tampannya.
"Selamat datang, Ana ....," pria itu menyambut Ana dengan suaranya yang dalam.
"Kamu Tuan Besar mereka, kan? Apa maumu?," tanya Ana.
Pria itu tertawa kecil mendengar pertanyaan Ana. "Duduklah dulu," kata pria itu mempersilahkan Ana duduk di bangku bar yang ada di sampingnya.
"Panggil saja aku ... Marius. Aku ... hmm ... katakan saja, aku dan Tuan Doni adalah rekan kerja."
"Dari mana kamu mengenal papaku?," tanya Ana.
"Hmm ... Dari mana ya aku akan mulai? ... Katakan saja begini ... Aku terkenal sebagai penyedia modal bagi para pengusaha. Mereka yang butuh banyak modal pasti akan datang kepadaku," jawab Marius.
"Rentenir maksudmu," kata Ana dengan nada dan tatapan tajamnya.
Marius tertawa dengan kerasnya. "Uang yang mereka pinjamkan tidak sebanyak aku, Ana. " jawab Marius. "Hhmm ... Aku dan Tuan Doni punya perjanjian kerjasama."
"Kerjasama? Kerjasama apa?," desak Ana.
Marius menyerahkan sebuah map hijau yang baru saja diterimanya dari salah satu anak buahnya kepada Ana. Ana menyadari bahwa yang dipegangnya itu adalah surat perjanjian dari halaman pertamanya. Terlihat olehnya "Doni Tanuwijaya", nama papanya sendiri, dan juga "Marius Edmond Hadinata". Ana yakin itu nama Marius.
"Tuan Doni meminjam sejumlah uang yang sangat besar ... dengan beberapa persyaratan," jelas Marius.
"PT. MGA?." Mata Ana terbelalak lebar saat dirinya membaca bagian jaminan yang diajukan, salah satunya adalah perusahaan papanya sendiri.
"Papa menjual hampir semuanya," kata Ana pelan. Dia hampir saja menangis melihat semua itu.
"Tapi, semua persyaratan itu tidak bisa menutupi semua hutang-hutangnya," lanjut Marius lagi.
"Apa maksudmu?," tanya Ana.
"Jumlah yang dipinjam Tuan Doni terlalu besar, Ana," jawab Marius. Dia memainkan gelas whiskey yang ada di tangannya dan membiarkan setenggak whiskey membasahi tenggorakkannya.
"Berapa yang dipinjam papa?," desak Ana.
"150 miliar" jawab Marius tanpa menoleh sedikitpun ke arah Ana. Dia masih terus memainkan gelas whiskeynya. "Semua aset yang dijaminkan termasuk perusahaannya itu nilainya bahkan tidak mencapai dari separuhnya."
Tubuh Ana seketika menjadi lemas dan tidak bertenaga. "150 miliar?," suara Ana terdengar bergetar meskipun terdengar lirih. Tangannya gemetar membayangkan uang 150 miliar yang harus dibayarkannya.
"Jadi ... bagaimana aku harus membayarnya?," kata Ana dengan suaranya yang sedikit bergetar karena menahan amarahnya.
"Kamu yang akan membayarnya?," tanya Marius.
"Ya. Karena itu beri aku cara untuk melunasinya. Tapi ... kuharap jangan terlalu sulit. Tidak seperti papaku, aku hanya karyawan biasa."
Marius terdiam memandangi Ana. Entah apa yang sedang dipikirkan Marius.
"Kamu bisa mencicilnya tiap bulan," kata Marius.
"Apa?!," teriak Ana hampir tidak percaya dengan apa yang didengarnya.
"Kamu tidak mau?," tanya Marius.
"Tidak, tidak, aku ... aku tidak menyangka ... kamu memperbolehkan aku ... mencicilnya."
"Tapi ... dengan bekerja padaku."
"Bekerja padamu? Tidak bisakah aku bekerja seperti biasa, dan mengirimkannya uangnya padamu saat gajian?"
Marius hanya menggelengkan kepalanya.
"Kamu hanya takut aku kabur, kan?," selidik Ana.
"Kamu bebas berpikiran apapun, tapi aku punya jawabanku sendiri," jawab Marius. "Dan aku tidak punya kewajiban untuk menjelaskan hal itu."
"Apa yang akan aku kerjakan? Kamu tidak akan menyuruhku menjadi ... escort lady, kan?"
Marius tertawa dengan kerasnya. "Kamu mengira aku apa, Ana?"
Ana merengut mendengar Marius tertawa seakan sedang meledeknya. "Aku cuma bertanya."
"Kamu hanya akan menjadi pengasuh anak," jawab Marius dengan santainya.
Ana terdiam. "Anakmu?"
"Ya"
Ana terdiam lagi. "Kamu bercanda, kan?"
Marius kembali tertawa. "Tidak."
"Aku tidak punya sertifikasi untuk itu."
"Aku tahu."
"Lalu, mengapa kamu menyuruhku untuk menjadi pengasuh?"
"Karena aku mau kamu yang menjadi pengasuhnya."
"Apa maksudmu?"
"Tidak ada."
Ana mulai stress mendengar jawaban Marius yang tidak satupun dari semuanya menjawab pertanyaan Ana dengan benar.
"Aku tidak punya pengetahuan tentang mengasuh anak. Aku bahkan belum pernah menikah, apalagi punya anak."
"Kamu bisa mempelajarinya mulai sekarang. Atau kamu ingin kita menikah agar kamu bisa lebih mudah mempelajarinya?"
"Tidak. Lupakan," kata Ana kesal.
"Aku akan membayarmu 20 kali lipat dari gajimu yang sekarang."
"20 kali lipat? Maksudmu ...,"
"100 juta. Setiap bulan."
"Apa dia serius? Untuk seorang pengasuh?," batin Ana.
"Aku membayarmu sangat mahal, kan. Jadi kuharap kamu bisa bekerja dengan sangat baik." Marius memamerkan senyumnya di wajah tampannya. Sepanjang waktu Ana berbicara dengannya, baru saat ini dengan jelas Ana melihat senyumnya yang manis itu.
"Diam, Ana! Fokus!," batin Ana membentak dirinya sendiri.
"Aku rasa kamu menyetujuinya," kata Marius membuyarkan lamunan Ana. "Jadi, untuk saat ini, pulanglah," lanjutnya. "2 hari lagi akan ada orang yang datang untuk menjemputmu," lanjut Marius tanpa mempedulikan Ana.
"Apa maksudmu menjemput?"
"Kamu lupa, Ana? Kamu akan menjadi pengasuh. Itu artinya kamu akan tinggal di rumahku," jawab Marius.
"Lalu, bagaimana dengan pekerjaanku?," tanya Ana.
"It's your business, Ana. Not mine."
Ana terdiam. "Jadi, aku akan tinggal di rumahnya?!?!," batin Ana berteriak.
......................
Epilog :
"Nona Ana sudah kami antarkan kembali, Tuan," kata seorang pria kepada Marius yang sedang duduk di depan meja kerjanya.
"Apakah dia menanyakan hal lain padamu?"
“Tidak, Tuan."
"Apakah mereka sudah mengkonfirmasi?"
“Sudah, Tuan. Mereka bilang benar, itu Nona Ana."
Marius terlihat tersenyum puas mendengar jawabannya. Seakan jawaban itu memang sudah ditunggunya.
"Kamu boleh pergi," kata Marius sambil melanjutkan menandatangani berkas-berkas yang ada di depannya saat ini, dan dengan senyumnya yang lebar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Natha
Berarti anak yang akan diasuh Ana adalah anak yang kemarin diselamatkannya dari penculikan 👍
2023-08-04
4