"Eh kita duduk di teras aja yuk, sambil lihat orang-orang yang beraktifitas diluar."
"Baiklah kalau gitu ayo kita keluar." Mereka berdua pun keluar dari ruang tamu dan duduk di kursi kecil yang berada diteras.
"Silahkan duduk disini mbak." Ucap Sofia mempersilahkan Aliya duduk di kursi kecil yang berada di teras rumah.
"Wah bunga mawar ini segar sekali, berbunga semuanya ya, siapa yang menanam ini Sofia? Umi ya?" Tanya Aliya yang tidak fokus melihat keindahan bunga mawar yang mekar di depannya.
"Iya itu semua tanamanya Umi Mbak, Umi itu kan hobinya menaman tumbuhan, jadi ya nggak usah heran kalau rumah ini kayak kebon."
Memang di depan pekarangan rumah Sofia sangat asri, dipenuhi bunga dan jenis aglaonema dengan pohon mangga yang sangat lebat di atasnya.
"Nah aku tadi mau ngomong apa ya sampai lupa loh, gara-gara lihat tumbuhan hijaunya Umi begitu sehat."
"Lah makanya itu Mbak Aliya ayo cepat cerita keburu Mas Adam keluar lho."
"Jadi gini Sofia, ada yang mau aku bicarakan sama Mas Adam! Tapi sebelumnya aku mau cerita sama kamu dulu."
"Kamu itu sudah Mbak Aliya anggap seperti adik sendiri Sofia. Mbak Aliya pun sudah anggap Umi sama Abah seperti keluarga, kamu tau kan sudah berapa lama Mbak berteman dengan Masmu, sudah berapa kali Mbak Aliya meminta masmu untuk mencintai mbak? Tapi masmu tidak pernah membalas cintaku sama sekali!" Sambil memutar-mutar cincin yang berada di jari manisnya karena gugup mau bercerita darimana.
"Mbak Aliya bingung Sofia, umurku sekarang sudah menginjak 27 tahun, Mamaku selalu meminta aku mencari pendamping hidup, tapi aku sendiripun tidak tau harus menikah dengan siapa, dari dulu aku hanya menyukai Mas Adam!" Beber Aliya sambil mengerutkan dahinya menceritakan kepada Sofia.
Sofia pun menghembuskan nafas panjang, gadis yang biasanya ceria itu pun mulai memasang mimik wajah yang serius.
"Iya sih Mbak, Mas Adam juga sudah waktunya menikah, dia sudah 34 tahun lho Mbak. Tadi pas kita sarapan aja aku sama Umi menggoda Mas Adam untuk segera mencari pendamping hidup, terus Umi juga bilang gini "kamu sama Aliya aja lho Dam, sudah jelas bibit bebetnya, Umi setuju kalau kamu sama Aliya." Ujar Sofia sambil menirukan gaya bicara Uminya dengan bibir yang mencap mencep.
Aliya yang melihat perubahan ekspresi wajah Sofia yang tadinya serius pun sontak langsung tertawa dan berkata "Hahaha! Kamu lucu banget sih Sofia, kamu itu selalu membuatku tertawa saat dekat denganmu."
"Tapi ini bener lho Mbak, malah Umi menggoda Mas Adam dengan perkataan gini "Umi itu seneng banget melihat Isabella, andai saja masmu ini jodohnya Isabella pasti Umi sangat bahagia."
"Ha? Isabella siapa? Isabella artis dan penyanyi itu bukan?" Tanya Aliya dengan kagetnya.
"Iya bener Mbak, Umi itu sangat senang dengan Isabella Drusilla. Kata Umi dia selalu berdoa menginginkan menantu seperti Isabella. Umi itu ada-ada aja ya!"
"Kan nggak mungkin juga Mas Adam bertemu dengan Isabella dan jatuh cinta lalu menikahinya, itu kan konyol, seperti cerita di dongeng aja! Hahahaha!"
"Sofia siapa yang datang nak?" Terdengar suara Umi Hanum dari dalam rumah menuju keluar teras mencari Sofia.
"Ini ada Mbak Aliya, Umi."
Aliya pun berdiri dari duduknya dan mencium tangan Umi Hanum dengan sopan nya.
"Assalamualaikum Umi, ini saya bawakan nasi kotak dari Mama, tadi dirumah ada selamatan sederhana." Sambil menyodorkan bingkisan nasi kotak kepada Umi Hanum.
"Masya Allah terimakasih ya Nak, bilang sama Mama, Umi Hanum sangat berterima kasih sudah dikasih bingkisan nya." Dengan mata yang berbinar Umi Hanum sangat menyukai kehadiran Aliya, karena Aliya kalau main kerumah selalu membawa buah tangan yang diberikan kepadanya dan Abah.
"Em ini kalian mau berangkat? Atau masih menunggu siapa?"
"Kalau Mas Adam tidak sibuk bolehkan dia mengantar kami ke rumah Amanda Umi?"
"Soalnya ada yang mau Aliya omongin sama Mas Adam." Ucap Aliya malu-malu menjelaskan kepada Umi Hanum.
"Ah iya iya, coba Umi tanyakan sama Masmu dulu ya, biar sama-sama enak nanti, sebentar Umi tanya sama Mas Adam dulu, Masmu tadi mandi lo, mungkin sekarang sudah selesai mandinya." Jawab Umi Hanum sambil masuk kedalam rumah mencari keberadaan Adam.
Adam yang sudah selesai mandi dan memakai celana kain warna hitam dan memakai setelan kemeja berwarna coklat itu pun terlihat sangat tampan, pesonanya sebagai seorang dokter muda tidak bisa dipandang sebelah mata. Dia berdiri tepat di depan kaca sambil menyisir rambutnya, tubuhnya yang tinggi membuat Adam sedikit membungkuk karena cermin nya terlalu pendek.
"Nak kamu rapi sekali, memangnya mau kemana?" Tanya Umi Hanum yang berjalan dari arah luar ruang tamu masuk menuju ruang keluarga.
"Aku mau ngerjain Esaiku Umi, sama mau pergi ke rumah Lukman, memangnya kenapa Umi?" Tanya Adam yang masih sibuk menyisir rambutnya di depan kaca pendek itu.
"Itu di depan kan ada Aliya, apa kamu mau mengantar mereka ke rumahnya Amanda?"
"Dia menanyakan kepadamu baik-baik Nak, coba kamu tanyakan sama mereka di teras depan."
Adam hanya terdiam sambil terus menyisir rambutnya. "Umi menyuruhku bertemu dengan Aliya ya? Kalau umi memang menyuruhku ya apa boleh buat, akan aku antarkan mereka."
Mendengar ucapan sang putra yang begitu enteng itu membuat hati Umi Hanum berbunga-bunga, matanya berbinar seakan ada angin segar yang memasuki lubuk hatinya.
"Kamu bilang seperti itu saja Umi sudah sangat senang nak, tunggu ya biar Umi kasih tau mereka." Sambil berjalan menuju kedapan teras dengan perasaan yang bahagia.
"Nak Aliya tunggu sebentar ya, Adam mau kok ngantar kalian, tunggu Masmu dulu ya Sofia."
Sontak hati Aliya pun berdetak kencang, bisa-bisanya Adam tidak menolak permintaanya. Biasanya Adam selalu susah untuk di ajak keluar rumah. Senyumnya menyeruak erat tak bisa ditutupi lagi.
"Mbak bahagia ya? Mbak seneng kan? Aduh aku berasa jadi obat nyamuk nih!" Goda Sofia sambil menepuk jidatnya.
"Nanti sesuai rencana ya Sofia, nanti kamu turun dirumah Mbak Amanda, sedangkan aku sama Masmu akan lanjut jalan lagi, nanti kamu akan kami jemput kok, oke ya."
"Siap Mbak, beres, kalau sama Sofia semua pasti beres, pokoknya jangan sia-siakan kesempatan ini Mbak. Dia itu habis diomongin Abah sama Umi soalnya, makanya Mas Adam mulai membuka hati sama Mbak Aliya."
"Benarkah Sofia? Tapi nanti bantu ya sof, Mbak takut canggung, kamu kan pintar memecah suasana jadi lebih kekeluargaan."
"Masmu itu kan orang yang dingin, jadi kamu harus bantu aku biar masmu itu merasa nyaman! Haduh aku deg-degan Sofia." Ucap Aliya sambil meremas tangan Sofia dengan kencangnya.
"Apa yang harus aku lakukan? Adam harus jadi miliku hari ini!" Batin Aliya dalam hati dengan perasaan yang sangat gugup.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments