"Cukup Sofia, makanlah makananmu, jangan tertawa saat makan! tidak baik! kamu ini perempuan! Bersikap yang lebih anggun bisa nggak sih Nak." Ucap Umi Hanum mengingatkan sikap Sofia yang tidak pantas itu, Sofia memang sangat ceplas ceplos jika sudah dijejerkan dengan abangnya.
Melihat kelakuan kedua anaknya itu Abah Umar hanya tersenyum, beliau tau betul kelakuan kedua putra putrinya, Adam sangat kalem berbeda dengan Sofia yang sangat ekspresif dan cerewet.
"Sudah lanjutkan ya, Abah mau berangkat ke pasar sapi dulu." Ucap Abah Umar sambil memandang Adam Dan Sofia yang tengah makan.
"Umi kalau ada yang mencari Abah bilang Abah ada di pasar sapi!" sambung Abah Umar sambil masuk ke dapur mengambil tali tampar besar untuk menarik sapinya. Abah Umar keluar dari pintu rumah hingga punggungnya pun menghilang dari balik pintu.
Keluarga Abah Umar Zakaria memang dikenal memiliki banyak sapi, Abah Umar disebut sebagai juragan sapi di desanya, mereka hidup secara sederhana di rumah besar bermodel joglo yang asri. Rumah yang memiliki banyak sekali kenangan manis itu pun tidak pernah direnovasi dari awal pembangunanya sampai sekarang. Meski hidup sederhana tapi keluarga Abah zakaria tidak pernah sampai kekurangan, mereka mampu menyekolahkan Adam Hanafi Zakaria sebagai dokter dan juga Sofia lulusan S1 kebidanan.
Abah Umar tidak pernah main-main jika menyangkut tentang pendidikan anak mereka. Kedua anaknya harus menjadi orang yang berguna bagi masyarakat, semenjak mereka kecil Adam dan Sofia sudah disekolahkan di pondok pesantren. Karena lingkungan rumah mereka masih dekat dengan pesantren membuat Adam tumbuh menjadi laki-laki yang religius, dia sangat menjaga pandangan matanya kepada wanita, begitupun dengan rekan kerjanya di kedokteran ataupun dengan para pasien perempuan, Adam selalu menjaga pandangan matanya dan bersifat sopan.
Kakek Adam Hanafi bernama Imam Zakaria adalah pendiri pondok pesantren Zakaria. beliau sangat disegani di desa mereka. Karena pondok pesantren ini adalah yang terbagus sekaligus terbesar di kota itu. Keluarga mereka adalah keluarga yang terpandang, semua orang segan dengan keluarga Zakaria. Hingga keluarga Aliya gadis yang menyukai Adam pun selalu datang kerumah, mereka meminta Adam untuk Ta'aruf dengan putri mereka.
"Memangnya ada apa Aliya kemari? Apa dia mau bertemu denganmu sof?" Tanya Adam kepada Sofia.
"Iya mas, mbak Sofia akan menjemput ku, kita mau ke rumah Mbak amanda, mau menjenguk anaknya yang pulang dari rumah sakit."
"Mas Adam bisa nggak ngantar kita? Pakai mobil Mbak Aliya mas, itupun kalau Mas Adam mau?"
Adam pun hanya menggelengkan kepalanya, itu tandanya Adam menolak permintaan adiknya itu.
"Aku banyak kerjaan Sofia, Essaiku harus aku isi." Ucap Adam sambil menenteng handuk di tangan nya.
"Umi dimana ya kemejaku yang warna navy yang aku pakai ke Jakarta kemarin? Apa Umi cuci ya? Kok nggak ada?"
"Lho Umi lihat kemarin ada kok, coba nanti Umi carikan ya."
Sofia adalah lulusan S1 kebidanan sama seperti Aliya, mereka kuliah di kampus yang sama, tak heran jika Aliya sering kerumah mereka. Seringnya Aliya mampir kerumah membuat Adam merasa tidak nyaman. Dia merasa Aliya sangat mencari perhatian padanya, meski Aliya itu gadis yang cantik tapi sama sekali Adam tidak tertarik kepadanya. Adam adalah laki-laki yang tertutup, dia tidak mudah memberikan pesonanya kepada wanita secara cuma-cuma. Hanya kepada wanita yang benar-benar dia cintailah Adam akan memberikan seluruh perasaanya kepada wanita itu.
"Oh iya Umi juga nanti mau bilang terimakasih sama Nak Aliya karena sudah ngasih Umi sayur lodeh buatan mamanya, Umi ini sampai nggak enak hati lho, Mama Aliya selalu memberi Umi makanan, jadi Umi juga selalu membalas pemberian nya, entah itu makanan ataupun buah-buahan yang Umi panen dari kebun belakang rumah."
"Nggak papa Umi, berbuat baik kepada sesama manusia itu baik." Ucap Adam yang masih belum bergegas mandi karena mencari kemeja warna navy nya yang tak kunjung ketemu.
"Mas Adam habis ini mau kemana?"
"Mas Adam mau pergi ya sebelum Mbak Aliya datang? Iya kan Mas? Kenapa sih selalu nggak mau nemuin Mbak Aliya! Mas Adam ini dasar laki-laki jual mahal!" Ucap Sofia dengan kesalnya.
"Sudah Sofia! Kenapa sih kamu itu sukanya mengajak masmu ribut, kamu selalu bertanya dan menjawab pertanyaanmu sendiri, itu tidak baik Sofia, kalau memang Masmu tidak mau bertemu Aliya memangnya kenapa? Kok kamu yang marah?" Tanya Umi Hanum sambil membereskan piring sisa makanan di meja makan.
"Ayo sini bantu Umi mencuci piring, anak gadis harus rajin."
"Jangan terus menggoda abangmu begitu, abangmu kalau tidak suka ya dia akan diam, atau menghindar." Ucap Umi Hanum kepada Sofia sambil berbisik di kuping Sofia dengan lembut.
"Mas Adam itu terlalu jual mahal Umi! Sofia kasian sama Mbak Aliya, dia itu sangat cinta kepada Mas Adam lho, aku sampai nggak enak hati sama Mbak Aliya, kenapa sih sofia harus punya mas seperti Mas Adam!" Ucap Sofia dengan nada kesal sambil membanting piring yang ada di tangannya ke dalam tempat cucian piring.
"Kurang apa sih Umi Mbak Aliya, dia itu gadis baik-baik lho, dari keluarga yang baik pula, Mas Adam pasti sangat cocok dengan Mbak Aliya, sampai-sampai Mbak Aliya nggak mau nikah karena nunggu Mas Adam lho."
"Apa kenapa sampai segitunya sih Sofia? Kenapa Mbak Aliya melakukan itu, coba nanti Umi bantu ngomong ya, Umi akan tanya baik-baik kepada Aliya lagi."
"Baik terimakasih ya Umi." Ucap Sofia sambil mencium pipi sang bunda.
"Tok tok tok, Assalamualaikum." Terdengar suara merdu dan lembut dari arah pintu luar, Sofia dan Umi Hanum sudah tidak asing lagi dengan suara tersebut.
"Waalaikumsalam masuklah Nak." Jawab Bu Hanum yang berada di dalam dapur bersama dengan Sofia.
"Keluarlah nak, biar Umi lanjutkan cuci piringnya."
"Baik terima kasih ya Umi."
"Silahkan masuk Mbak Aliya." Ucap Sofia mempersilahkan temannya itu masuk.
"Masya allah Mbak Sofia cantik sekali, bagus sekali lho gamisnya, itu gamis yang kita beli kemarin kan Mbak?"
Aliya adalah gadis cantik berkulit kuning langsat yang manis, dia suka memakai gamis panjang tapi tetap stylish, memakai gamis warna pink yang dipadukan dengan cardigan warna cream dan kerudung pasmina panjang warna senada membuat penampilan Aliya terasa sangat feminim dan fresh. Hampir setiap hari jika ada Adam Hanafi di rumah Aliya selalu datang untuk bertemu dengan Sofia. Dan tentunya sambil sesekali curi pandang kepada Adam Hanafi pria tampan yang jadi incaranya saat mereka duduk di SMA yang sama.
Aliya yang sudah berdiri mematung di depan pintu ruang tamu itu pun tersenyum manis sambil membawakan bingkisan berupa nasi kotak kepada Sofia.
"Wah mbak Sofia sudah datang ya, cepat sekali sih mbak, katanya jam 8, ini masih jam setengah 8 lho." Ucap Sofia dengan gelak tawa.
"Lo kita kan belum perjalananya juga Sofia, rumah Mbak Amanda kan nggak dekat." Ucap Aliya sambil duduk di sofa ruang tamu.
"Dimana Mas Adam?" Tanya Aliya dengan centilnya.
"Oh ada Mbak dia lagi mandi." Jawab Sofia dengan mimik wajah yang sangat ramah.
"Oh gitu ya, nanti dia mau kan mengantar kita pakai mobilku? Hehehehe." Ucap Aliya sambil tertawa malu-malu. Pipinya memerah seperti tomat tatkala mempertanyakan tentang Mas Adam.
"Nanti Mbak Aliya ngomong sama Mas Adam sendiri ya."
"Soalnya kalau aku yang bilang tau sendiri kan jawabnya apa." Ucap Sofia dengan gelak tawa yang keras. Membuat suasana di ruang tamu itu menjadi penuh canda tawa.
"Iya deh Sofia, biar Mbak Aliya yang ngomong sama Mas Adam sendiri, ada yang mau Mbak omongin soalnya." Ucap Aliya dengan wajah yang begitu bahagia.
"Memangnya Mbak aliya mau ngomong apa sama Mas Adam? Hayoo, mau ngomong serius ya?" Tanya Sofia dengan penasaran sambil tersenyum menggoda.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments