Matahari kian meninggi, Saat Chers merasa mulai gerah diruangan kecil beratap seng dengan jendela yang kecil sehingga sirkulasi udara yang sejuk kadang terhalang masuk.
Chers harus mandi membersihkan tubuhnya. yang memang selalu bersih dan harum.
Dan dengan cepat menyelinap kekamar mandi yang lebih mirip WC darurat itu.
Cher bersyukur ada handuk besar berwarna putih yang sudah mulai menguning karena usianya yang mungkin sebaya kucingnya Timmy dirumahnya yang sejuk karena mesin pendingin yang menyala selama 24 jam terus menerus disemua ruangan .
Chers menyiram tubuhnya dengan air yang terasa dingin dari bak semen yang berukuran 1x1 meter itu. Menyiduk air dengan gayung berwarna hijau plastik yang kecil. Mengusapkan sabun disekujur tubuhnya yang terasa sejuk. Busa sabun itu terasa wangi ditubuhnya. Dikamar mandi Barra dilengkapi sepotong sabun mandi dengan sebotol shampoo yang belum pernah dipakainya.
Tidak ada Conditioner dan Vitamin rambut, Tidak ada Sabun cair dengan spons mandi atau Bath up seperti dikamar mandi dikamarnya, Cherly membersihkan kuku kuku cantiknya sambil berjongkok.
Dan Oh, Keningnya mengerut jijik saat melihat WC kakus yang mirip peninggalan jaman pendudukan Jepang dizaman old.
WC yang terbuat dari semen kasar dengan cara berjongkok dan tepat berada didepan matanya.
mengapa Closet jadul ini tidak berada ditempat yang sedikit terpisah? Barra benar benar tak mengerti cara menata kamar mandi kecilnya jadi terlihat bertambah buruk.
mengapa antara Bak mandi dan closet jadul itu dibuat bersisian? Cherly tak berselera menggosok kukunya hingga mengkilap dengan kain basahan yang melilit ditubuhnya.
dengan cepat dia mengakhiri ritual mandinya yang biasanya menghabiskan waktu sekitar satu jam.
Dengan perawatan tubuh dan wajahnya yang molek dan terlihat selalu rapi dan berkelas.
Ketukan dipintu kayu kamar mandi itu terdengar dengan keras.
Membuat Cherly melotot kaget.
"Cepatlah Keluar! Anak kecil! Apa kau berencana menghabiskan air didalam bak? Untuk melengkapi ritual mandimu yang membuat boros?"Kata Barra keras dan terdengar kesal.
Lama? Belum juga 15 menit!
Dengan cepat Cherly membuka pintu dengan tubuh terlilit handuk lebar dan terlihat tua milik Barra.
Wajah Cherly terlihat masam dengan berbalut kap rambut dari kantongan plastik yang tergantung dikamar mandi kecil itu.
Rambutnya baru kemarin mendapat perawatan yang masih wangi dan harum, Dia tak mau mengotori rambutnya dengan Shampoo murahan Barra yang bisa saja merusak rambut Indahnya.
" Aku tidak menghabiskan air dibakmu Bar ! Aku juga tidak menghabiskan sabunmu, Dasar pelit! Dan juga tidak betah berlama lama dikamar mandi yang bersisian dengan kakus peninggalan zaman Jepang itu," Jawab Cherly kesal.
Dengan merengut dia berjalan kearah kamar.
Namun tiba tiba badannya terasa melayang dan kini berada dipelukan Barra. Dengan wajah yang sangat dekat dengannya. Aroma jantan itu menyeruak lagi kehidung Cherly dan mulut Barra yang mengeluarkan Aroma kopi dan rokok yang membuatnya pusing.
"Kau jangan menghina kamar mandiku Karena kau merasa yang paling hebat Gadis kecil! Aku mendapatkan semua itu dengan hasil keringatku! Sedangkan kau mendapatkan kesenangan dengan mudah dengan masih menumpang hidup kepada orang tuamu, Apa kau merasa hebat? itu bukan milikmu! Dan kalaupun kau kelak memiliki semua kau tak perlu menghina apa yang menjadi milik orang lain, Persepsi dan keinginan seseorang tak semua seperti dirimu yang selalu ingin hidup mewah dan kesenangan! Dasar pela**r kecil!" Sentak Barra dengan keras dan menghempaskan tubuh kecil Cherly kesisi pintu tengah.
Cherly Menangis tiap kali Barra menyebutnya Pelacur!
Dengan marah dia maju dan mencakar wajah pria itu dengan geram dengan kukunya yang cantik.
"Aku bukan pelacur! Aku masih suci! Dasar Lajang lapuk! Aku belum pernah disentuh dengan kasar seperti kau menyentuhku! Kaulah psikopat sesungguhnya . Tingkah lakumu tidak mencerminkan seorang pendidik. Kau tak pantas disebut seorang Guru, Kau Psikopat!" Teriaknya sambil menangis dan meremas dan menjemba kaos biru Barra dengan marah.
Lelaki itu hanya tersenyum sinis kepada Cherly dan dengan keras mengarahkan kepala dan wajah Cherly menghadap Kedinding.
"Sekarang kau lihat di sekeliling dinding itu, Kau bisa membaca bukan? Apa kau tahu maksud lencana dan penghargaan yang tertera atas namaku? Jangan kaitkan Profesiku yang seorang pendidik dengan otak kecil dikepalamu yang hanya berisi mode dan fashion. Dan aku psikopat? Aku hanya menyentuhmu! Tidak membunuhmu!
Aku menciummu karena...! Kau adalah istriku! Apa ada yang salah?" Bisiknya ketelinga Cherly.
Dan handuk jelek yang membalut tubuh Cherly yang melonggar dan hampir terbuka menampilkan sisi feminimnya yang selalu tertutup rapat sempurna itu mengintip dari handuk yang membalut tubuhnya.
Sekilas membuat Barra seketika menggelap.
"Dan Aku akan menyentuhmu walau kau tak suka! Cherly," Bisiknya dengan suara baritonnya yang berubah sengau.
Membungkuk menyentuh bahu Cherly dan menyesapnya dengan bibirnya yang hangat. Sehingga Cherly sulit bernafas."Barr..a, Jangan!" katanya tertahan saat Barra mengelus dan membelai tubuh Cherly yang berusaha menarik Handuk celaka itu agar tetap menutup ketubuhnya.
Namun Barra menahannya dan menatap tubuhnya yang bagai lukisan maestro Leonardo Da Vinci dengan rautan halus dengan pandangan sayu dan ada kilatan aneh dimata Barra. Dengan sekali ayunan tubuh kecil istrinya itu telah berada dibopongannya dan membawanya masuk kekamar kecil berkasur tipis mereka.
Dan selanjutnya hanya pekikan dan jeritan Cherly yang terdengar tertahan bercampur dengan Geraman dan lenguhan Barra yang terdengar semakin liar dan akhirnya bercampur ******* Cherly yang terdengar melenguh kesakitan bercampur kenikmatan yang terpantul kedinding kayu seantero rumah kecil itu.
Dan terus berlanjut saat suara Cherly makin melemah diiringi suara bujukan bercampur Geraman penuh gairah Barra dengan suara seksinya yang seakan tak habisnya terdengar diruangan kecil itu.
Dan haripun Beranjak siang dengan suara kesiur angin lirih lewat jendela kayu yang berderit derit digerakkan angin dari tepian halaman belakang rumah kecil mereka.
Dengan rumput rumput kering yang habis dicabut oleh sang pemilik Huma. Tanpa ada yang tersisa menanti tanaman yang akan tumbuh berikutnya dengan hujan deras yang akan mengguyurkan air dimusim kering yang berhawa sejuk. Menyemai benih baru yang akan tumbuh.
Bersama pucuk pucuk pohon Cemara yang berbaris tempat para penghuni dahan membuat sarang.
...****************...
Dengan perlahan Barra bangkit dengan wajah yang penuh keringat dan kaosnya yang basah. Barra meraih handuk lebar yang tadi melilit ditubuh Cherly yang kini tergeletak didekatnya. Melilitkan kepingangnya.
Dan menyalakan rokok yang diambil dari atas meja kayu.
Bersandar Kedinding dengan pandangan menerawang jauh. Dengan kening berkerut Barra menoleh kesamping.
Dia melihat sapu tangan yang biasa dibawanya bekerja sebagai pengelap keringat nya saat berolah raga itu terlihat penuh bercak darah melebar hampir merata dicarik kain tersebut."Ternyata Gadis cerewet ini masih Virgin,":Desahnya pelan. Tanpa perasaan bersalah.
"Pantas saja dia sedemikian marahnya tiap kali aku mengatakan dia P*****r." Bathinnya. Sambil beranjak pergi keluar kamar dan kebelakang hendak membersihkan diri. Sekali lagi menoleh kebelakang kearah gadis itu. Menatap wajah Cherly yang nampak pucat didalam tidurnya.
Baginya , Gadis ini sangat hebat dengan tubuh kecilnya mampu mengimbangi permainannya yang panas walau penuh keringat dan airmata. Namun gadis yang berstatus sebagai istrinya itu tetap bertahan sampai dia menemukan pelepasannya yang hebat berkali kali.
Barra adalah Bara yang paling panas, Teman teman dikampusnya dulu memberi julukan"Baja besar dan keras"
Bahkan Zheba cewek penggoda yang panas itu tak dapat mengimbangi permainannya yang lihay dan klasik.
Barra tersenyum samar diwajah tampannya yang sangar.
Namun saat ini dia gelisah. Para siswa siswa baru di sekolahnya yang baru itu pasti sedang menunggu kedatangannya.
Saat dia hendak pergi suara lemah itu terdengar.
"Neo! Jangan tinggalkan aku sendiri disini, " Bisiknya lemah . Dengan Airmata yang menetes dari sudut matanya yang terpejam
Tetesan air matanya bagai percikan api didada Barra yang merentak bangkit meninggalkan Chers sendiri dikamarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Kezia Almaira
makanya! kena hukuman panas siii
2022-12-20
3
Riahta Malen
emang ceritanya bagus!
2022-12-16
4
Seniwati Spdi
jujur ..Baru kali ini aku mengulang ngulang membaca tulisanku sendiri.
I like this Story
2022-12-11
5