Bab 4. Lagi

"Baiklah," ucap Renita lesu.

Renita ingin marah. Namun, dia tidak berhak melakukan hal tersebut. Memang sudah konsekuensinya yang berstatus HANYA teman bagi Pandu.

Mobil yang di tumpangi Renita sebenarnya sudah sampai di tempat parkir perusahaan Pandu. Namun, mendengar larangan Pandu untuk tidak datang, Renita bisa apa?

Dari jok belakang tempat Renita duduk, dia bisa melihat sosok Ily yang keluar dari mobil mewahnya. Renita tersenyum kecut melihatnya. "Lucu sekali melihat diriku sendiri yang layaknya pemeran pengganti," monolog Renita terluka.

"Jalan pulang, Pak, seperti alamat awal," ucap Renita pada sopir taksi yang membawanya.

.............

Hari berganti. Ily dan Pandu sudah sepakat untuk pergi berlibur hari ini. Namun, saat mobil yang di tumpangi keduanya akan melaju, Ily tiba-tiba mendapat panggilan dari rumah sakit yang menyuruhnya untuk menangani pasien darurat.

"Halo? Ada apa ya, Sus?" tanya Ily saat telepon telah tersambung sambil melirik Pandu yang berada di sampingnya tepatnya di bangku kemudi.

"Baiklah, Sus. Aku akan segera kesana," ucap Ily lagi setelah mendengar jawaban suster Gaby di seberang sana. Panggilan terputus dan Ily menatap Pandu yang kini sedang menatapnya dengan wajah datar.

"Kenapa?" tanya Pandu dengan wajah yang menahan kesal.

Ily mengusap wajahnya kasar. "Maafkan aku, Ndu. Sepertinya, liburan kita harus ditunda. Ada pasien yang membutuhkanku," jelas Ily dengan penuh kehati-hatian.

Brak.

Pandu sontak memukul gagang setir cukup kasar hingga membuat Ily terkejut sampai memegangi dadanya. Belum pernah Ily melihat Pandu semarah ini.

"N-N-Ndu? Aku mohon m-maafkan aku," ucap Ily terbata-bata, merasa takut.

Huh.

Pandu menghembuskan dan menarik napasnya beberapa kali. Bayangan hari indah bersama Ily sirna sudah ketika Ily lagi-lagi lebih mengutamakan pekerjaannya.

"Pergilah," ucap Pandu singkat tanpa perlu repot-repot menoleh. Tentunya setelah berhasil menekan amarahnya kuat-kuat.

"Maafkan aku, Ndu. Mungkin lain kali kita bisa pergi," ucap Ily lagi sebelum benar-benar keluar dari mobil milik Pandu.

Ekor mata Pandu terus melihat ke arah dimana Ily menghilang setelah menaiki mobilnya. Pandu menatap gedung kantornya yang tampak menjulang tinggi. Sepertinya, dia lebih baik bekerja untuk hari ini.

Ya, di pagi hari Ily dan Pandu sepakat untuk bertemu di tempat parkir perusahaan Damendra. Sesaat, Pandu melamunkan nasib percintaannya yang jauh dari kata sempurna.

Walau banyak yang begitu memuji hubungannya dengan Ily, hal itu nyatanya tidak membuat Ily bisa mengerti keinginannya.

Drrtt ..

Lamunan Pandu tersentak ketika mendengar dering panjang di ponselnya. Saat melihat layar rata itu, nama Renita terpampang disana. Pandu menghela napas pelan, tidak bisa di pungkiri jika sosok Renita berpengaruh dalam hidupnya.

"Halo?" sapa Pandu tak bertenaga.

"Halo, Ndu. Kamu jadi pergi berlibur dengan Ily?" tanya Renita di seberang sana.

Pandu menghela napas kasar. "Lain kali aku akan pergi. Ily ada pekerjaan mendadak," jawab Pandu tidak ingin menutupi.

"Kamu akan ke kantor kan? aku ke kantormu boleh ya? barangkali kamu butuh teman mengobrol," tawar Renita penuh harap, di seberang sana.

Pandu berpikir sejenak. Ada Renita di kantor bukanlah hal yang buruk. "Datanglah," jawab Pandu pasrah.

Renita tersenyum bahagia di seberang sana. Dia yakin, tidak berapa lama Pandu akan luluh padanya.

Sedangkan di tempat lain, Ily sedang berjuang sekuat tenaga menyelamatkan seorang wanita yang menderita kanker otak stadium akhir. Kondisinya sudah sangat lemah dengan banyaknya alat medis yang menempel di tubuhnya.

"Kita coba sekali lagi, Sus," ucap Ily ketika percobaan pertamanya gagal dalam memancing detak jantung pasien agar kembali berdegup.

Namun, setelah Ily menempelkan alat tersebut selama tiga kali, detak jantung pasien sudah tidak terdengar. Hal itu semakin di perkuat dengan bunyi mesin ECG yang berbunyi nyaring, menandakan pasien sudah menyerah.

Ily memejamkan matanya erat-erat. Dia gagal menyelematkan nyawa seseorang. Ily ikut menangis ketika menyaksikan anggota keluarganya memekik histeris.

Ada rasa pedih di hatinya ketika menyaksikan kematian seseorang dan tangis orang-orang yang di sekitarnya.

"Dok. Kita sudah melakukan yang terbaik. Semua sudah sesuai kehendak Tuhan," ucap dokter Bayu yang juga ikut menangani pasien.

"Iya, Dok. Semua memang sudah di gariskan," sahut suster Gaby ikut menenangkan.

Setelah jenazah di tutup dengan kain, Ily dan dokter Bayu pamit lebih dulu. Sedangkan suster Gaby dan suster asisten Bayu, harus menunggu jenazah untuk kemudian di bawa ke kamar mayat.

Ily meminta agar suster Gaby memberikan sedikit waktu pada keluarga jenazah untuk berduka sebelum jenazah dikremasi.

Terpopuler

Comments

Uba Muhammad Al-varo

Uba Muhammad Al-varo

ujian kesetiaan pandu dimulai 🤔🤔🤔

2024-02-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!