Bab 2. Terlalu singkat

Di perusahaan Damendra.

Pandu merenggangkan otot-ototnya yang kaku karena hampir seharian berkutat dengan pekerjaannya yang menggunung. Bibirnya mengulas senyum tipis saat melihat wallpaper ponselnya yang menampakkan foto Ily yang sedang tersenyum bahagia.

Pandu segera mencari kontak Ily yang dinamai dengan 'Sayang' disana. Setelah menekan tombol hijau, Pandu menempelkan benda pipih itu di daun telinga.

Tut. Tut. Tut. Tut. Tut.

'Nomor yang Anda tuju, sedang berada di luar jangkauan—'

Pandu menghela napasnya kasar saat panggilannya berakhir tidak terjawab. Pandu mencoba memberikan doktrin positif di otaknya. Karena sejak kemarin, kepalanya seakan tiada henti memikirkan ucapan Renita yang mengatakan bahwa orang yang mencintai dengan tulus pasti akan meluangkan waktu di tengah kesibukannya.

"Aku harus percaya jika Ily pasti sedang sibuk," ucap Pandu meyakinkan dirinya sendiri.

Kemudian, Pandu kembali menghubungi Ily, berharap panggilannya kali ini akan terjawab.

Tut. Tut. Tut.

Tepat di dering ketiga, panggilannya dijawab.

"Halo, Ndu?"

"Aku akan da—" ucap Pandu terpotong karena suara Ily kini kembali terdengar dengan disertai tangis pilu seorang wanita dan keadaan sekitar yang terdengar riuh.

"Aku akan telepon kamu nanti ya? Keadaan sedang sangat kacau disini. Banyak korban kecelakaan yang harus ditangani. Nanti aku telepon balik!"

Tut. Tut.

Mulut Pandu sudah terbuka untuk mengungkapkan apa yang ada di kepalanya, yaitu tentang kegundahan hatinya. Dengan menelepon Ily, Pandu berharap rasa khawatirnya berkurang.

Namun, betapa kecewanya Pandu ketika dia belum sempat berbicara, Ily sudah menutup panggilan tersebut secara sepihak.

Pandu yang kesal langsung membanting ponselnya ke lantai.

Prank!

"Aarrgh!!" teriak Pandu meluapkan kekesalannya dengan tangan yang sudah menjambak rambut kasar. Dadanya sudah naik-turun karena amarah yang meluap-luap.

Pandu merasa kesepian. Dia ingin Ily meluangkan waktu sejenak untuk sekedar berbincang dengannya. Namun, Ily tidak pernah memikirkan hubungan yang sudah dijalin. Pandu merasa hanya dirinya yang berjuang dalam hubungan ini.

Pandu tidak bisa seperti ini terus-menerus. Dia merasa lelah.

Pandu melangkah gontai keluar dari ruang kerjanya. Lagi-lagi dia harus menelan rasa kecewa karena diabaikan oleh Ily. Saat baru masuk ke lift, ponselnya berdering membuat wajah murung Pandu berbinar seketika. Berharap bahwa sang Penelepon adalah kekasihnya.

Namun, harapan hanyalah tinggal harapan. Nama Renita-lah yang muncul di layar ponselnya. Setelah menghela napas, Pandu memutuskan untuk menolak panggilan tersebut.

Namun, dering di ponselnya seakan enggan berhenti hingga langkah Pandu sudah sampai di lobi, dia terpaksa menerima panggilan itu.

"Hallo?" sapa Pandu untuk pertama kalinya saat telepon sudah tersambung.

"Halo, Ndu? Bagaimana dengan hari ini?" ucap Renita di seberang sana perhatian.

Pandu tersenyum tipis. Perhatian kecil seperti inilah yang Pandu harapkan dari seorang kekasih. Namun sayang, waktu Ily terlalu berharga hanya untuk menyapa dan menanyakan hal seperti itu.

"Lumayan berat," jawab Pandu santai.

"Baiklah. Sebaiknya kamu segera menemuiku di kafe biasa. Aku menunggumu disini," ucap Renita lagi yang membuat hati Pandu seketika menghangat.

"Baiklah, aku akan datang," jawab Pandu yang kini kakinya melangkah ringan menuju tempat parkir.

Setelah mobil melaju, Pandu akhirnya tiba di kafe dimana dia selalu bertemu dengan Renita, seorang gadis yang mengisi waktu luangnya untuk menemani Pandu yang kesepian.

Hanya Renita yang tahu bagaimana perjuangan Pandu selama menjalin hubungan dengan Ily. Setelah masuk, Pandu celingukan mencari keberadaan Renita.

Dari arah kanannya, tepatnya di kursi yang terletak di samping dinding kaca, Renita melambaikan tangan padanya. Pandu tersenyum tipis lalu berjalan mendekat.

"Kamu sudah lama menunggu?" tanya Pandu sambil mendudukkan diri di kursi.

Renita bergumam cukup panjang dengan dua bola matanya tertarik ke atas sebelum menjawab. "Mmm ... Sudah sekitar satu jam-lah," jawabnya yang kini sudah kembali mengalihkan pandangan untuk menatap Pandu.

"Caramel machiato kan?" tanya Renita sambil mengangsurkan secangkir kopi yang sudah di pesankan.

Pandu tersenyum lalu mengangguk membenarkan. "Terimakasih, Ren," jawab Pandu kemudian segera menyeruput kopinya.

Gerak-gerik Pandu tidak luput dari perhatian Renita. setelah laki-laki tersebut meletakkan cangkirnya, Renita kembali bersuara.

"Ndu?" panggil Renita lembut namun menyiratkan akan keseriusan yang dalam.

"Ya?" tanya Pandu dengan satu alisnya terangkat.

"Apakah kamu bersedia menjadi kekasihku? Aku rela menjadi yang kedua asalkan itu denganmu? Bagaimana?" ucap Renita mengungkapkan isi hatinya.

Pandu terhenyak di kursinya. Apakah ini merupakan sebuah bentuk pernyataan cinta?

"Kamu jangan bercanda deh, Ren. Tidak lucu sama sekali," ucap Pandu kemudian terkekeh pelan.

Namun, melihat raut wajah Renita yang masih serius, membuat kekehan Pandu meredup dan berganti dengan wajah serius juga.

"Aku tidak main-main, Ndu. Kamu pasti sadar jika selama ini aku sudah memendam perasaanku padamu. Tetapi, mungkin kali ini adalah waktu yang tepat untukku mengungkapkan perasaan. Karena kita tidak bisa hanya selalu menunjukkan dengan tindakan. Sesekali kita juga perlu untuk mengutarakannya dengan sebuah kalimat," jelas Renita panjang lebar.

Melihat Pandu yang masih terdiam membuat Renita kembali bersuara. "Jika kamu menjadikanku kekasihmu, aku akan selalu ada untukmu. Aku akan menemanimu disaat sudah maupun senang," sambung Renita mencoba meyakinkan Pandu bahwa cinta yang dia punya adalah cinta terbaik.

Pandu mencoba mencerna setiap kalimat yang keluar dari bibir Renita. Apakah jika Pandu menerima cinta Renita, dia telah mengkhianati Ily?

"Ayolah, Ndu. Jangan terlalu banyak berpikir. Kamu tidak akan tahu bagaimana bahagianya saat menjalin kasih bersamaku. Hidup terlalu singkat untuk kamu lewatkan, tanpa mencoba cintaku," ucap Renita tersenyum manis dan hal tersebut mampu menghipnotis Pandu.

Pandu menggeleng. "Tidak, Ren. Ily tetap menjadi sumber bahagia," jawab Pandu tetap pada pendiriannya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...Jangan lupa untuk kasih like, Komen, Vote, dan hadiah semampu kalian ya....

...dukungan sekecil apapun akan sangat berarti untuk novel ini😍😍...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!