Bab 2

Si tuan muda lalu berjongkok disamping tubuh Aliya, ia menatap wajah Aliya dengan wajah datar tanpa ekspresi, bahkan menyentuh tubuh Aliya saja ia enggan.

Kemudian si supir memberitahu kepadanya kalau ambulans sedang menuju kesana. Si tuan muda pun langsung bangkit berdiri masuk kembali ke dalam mobil, setelah itu mereka pergi. Tidak menunggu beberapa lama lagi, ambulans tiba disana.

"Tuan, tolong maafkan saya. Saya benar-benar tidak tau..

"Lupakan" ucap si tuan muda memotong perkataannya.

Sedangkan Aliya yang kini sudah tiba dirumah sakit, ia langsung menerima pertolongan pertama, bahkan Aliya mendapatkan beberapa jahitan kecil di bagian kepala. Setelah itu ia dipindahkan kedalam ruang rawatan, tidak menunggu beberapa lama lagi, Aliya pun siuman.

"Aaakkhhh.. Badan ku terasa sakit sekali" Aliya lalu melihat tangan kanannya. "Apa ini? Kenapa tangan ku... Astaga, aku dimana? Kenapa aku" Aliya kemudian menurunkan kedua kakinya dari atas tempat tidur. "Jangan bilang aku ada dirumah sakit".

Ceklek!

"Kamu siapa?" tanya Aliya langsung kepada sang suster yang baru saja membuka pintu ruangan tersebut. "Aku ada dimana?".

"Dirumah sakit" jawabnya.

"Apa? Rumah sakit? Ta-tapi kenapa aku bisa berada dirumah sakit? Apa yang terjadi kepada ku?".

"Mbaknya mengalami kecelakaan sehingga mbaknya dibawa kemari".

Aliya pun mencoba mengingat kejadian tersebut, dan saat itu juga Aliya langsung mengingatnya kalau ia baru saja ditabrak.

"Iya aku baru ingat suster. Terus bagaimana dengan biaya pengobatan ku sus? Apakah aku akan membayarnya? Bagaimana ini? Aku hanya memiliki uang tersisa 450 ribu lagi suster".

"Biaya pengobatannya sudah di bayar. Karna mbaknya sudah siuman, sebaiknya mbaknya keluar sekarang juga".

"Akh iya, aku akan keluar suster" jawab Aliya mencari barang bawaannya. "Lalu bagaimana dengan ini suster".

"Mari, saya akan melepaskan alat itu".

Begitu sang suster melepaskan alat infus tersebut dari tangan Aliya, dengan senang hati Aliya pergi meninggalkan rumah sakit meskipun tidak dengan kondisi baik-baik saja.

Dan sekarang Aliya berada di halte bus, ia melihat pejalan kaki itu berlalu lalang dari hadapannya. Namun saat Aliya sedang asik melihat mereka, tiba-tiba seorang wanita duduk di sebelahnya dengan kondisi tas terbuka. Dan itu membuat kedua mata Aliya tertuju kesana.

"Tidak, aku tidak boleh melakukannya lagi. Aku sudah berjanji kepada diriku sendiri kalau aku tidak akan mencuri lagi" ucap Aliya dalam hati mengalihkan pandangan matanya dari sana. Tetapi pada saat itu juga seorang pria tiba-tiba duduk di sebelas si wanita pemilik tas, melihat itu Aliya pun langsung tau kalau tujuan pria itu ingin mencuri. Dan benar sekali, Aliya melihat tangan si pria tersebut telah berada di dalam tas si wanita. Tidak ingin si wanita itu kehilangan, Aliya segera memberitahunya, tetapi sesuatu yang tidak di inginkan, si pria itu malah memutar balikan fakta menuduh Aliya telah mencuri dompet si wanita.

"Maling-maling maling" ucapnya si pria itu melemparkan dompet.

Kedua mata Aliya pun tertuju kepada dompet yang berada di atas pangkuannya. Tidak lama kemudian, orang-orang itu melihat kepadanya dan berkata kalau ia sudah mencuri dan langsung digebuki oleh mereka sampai Aliya benar-benar tidak berdaya lagi.

"Sakit, tolong lepaskan aku" ucap Aliya.

Tetapi mereka masih tetap memukulinya.

Hingga beberapa menit lamanya mereka berhenti. Luka di kepala Aliya yang belum sembuh, kini luka itu mengeluarkan darah, namun tidak membuat mereka merasa kasihan, mereka malah senang. Setelah itu mereka pergi.

Aliya lalu menyentuh wajahnya, rasa sakit yang masih ia rasakan tadi sekarang bertambah sakit melihat darah itu mengalir begitu saja dari wajahnya.

"Sakit sekali! Kenapa mereka tidak bisa membedakan mana pencuri mana yang tidak pencuri" gumam Aliya.

Setelah itu Aliya menyambar tasnya, ia membuka tas tersebut tidak menemukan dompetnya berada disana lagi.

"Haahh? Dompet ku dimana? Kenapa dompet ku tidak berada disini?".

Aliya khawatir, kalau sampai dompetnya benar-benar hilang, dia tidak akan tau bagaimana nanti nasib kehidupannya. Dan sayang sekali, dompet itu benar-benar hilang dari dalam tas itu. Bahkan Aliya menumpahkan semua isi dalam tasnya.

"Hiks.. hiks.. Dompet ku hiks.. hiks.. Aarrkkhhh.. Apa yang harus aku lakukan hiks.. hiks..".

Lalu seorang pejalan kaki melihat Aliya, "Kamu baik-baik saja" tanyanya di jawab gelengan kepala oleh Aliya

"Tidak, aku tidak baik-baik saja pak hiks.. hiks.. Dompet ku hilang, aku tidak tau siapa yang mengambilnya hiks.. hiks..".

Namun bukannya menolong Aliya, pria paruh baya itu malah pergi begitu saja dari hadapannya. Dan itu membuat Aliya semakin bertambah sedih.

"Apa yang harus aku lakukan? Matahari sebentar lagi akan terbenam. Kemana aku harus pergi?" Aliya melap wajahnya, darah itu masih belum berhenti. Kemudian Aliya mengunakan pakaian yang dari dalam tas untuk menghentikan darahnya. Setelah menunggu beberapa waktu, sedikit demi sedikit akhirnya darah itu berhenti. Tetapi Aliya malah merasa pusing, tubuhnya terasa sangat lemas dan juga penglihatannya Berkunang-kunang.

"Aku merasa pusing, adakah orang berniat membantu ku? Tolong.. Tolong aku.. Siapapun orangnya tolong aku".

Hingga seorang wanita lewat dari hadapannya bersama beberapa pria bertubuh besar. "Bawa dia" ucap wanita itu langsung.

_

Pagi harinya Aliya membuka mata, ia melihat dirinya berada disebuah kamar yang cukup bagus. Lalu wanita yang telah menyelamatkan nyawanya itu memasuki kamar tersebut membuat Aliya segera mengangkat tubuhnya.

"Kamu siapa?" tanya Aliya takut.

"Orang yang sudah menyelamatkan nyawa mu".

"Be-benarkah?".

"Mmmm" si wanita itu mendudukkan diri diatas ranjang yang Aliya pakaian. "Apa kamu sudah merasa baikan? Semalam mereka sudah mengobati luka mu".

"Iya, aku sudah merasa baikan. Terima kasih banyak".

"Sama-sama. Tapi tidak ada yang gratis di dunia ini".

Deng!

Aliya terkejut, "Ma-maksudnya?".

"Benar tidak ada yang gratis. Sebagai gantinya, kamu harus mengikuti semua perintah ku. Bagaimana? Kamu bersedia?".

"Perintah? Maksudnya perintah seperti apa?" tanya Aliya sangat polos.

"Hahahaha" wanita itu tertawa. "Nanti kamu akan tau maksud ku. Sekarang kamu istirahat lah kembali, sebentar lagi mereka akan membawakan sarapan untuk mu".

"Ya".

Begitu ia keluar, Aliya menghela nafas panjang. Ia menyentuh keningnya, sebuah perban ia rasakan disana. Lalu ia menuruni tempat tidur, tidak menunggu beberapa lama lagi sebuah ketukan ia dengar dari pintu.

Ceklek!

"Selamat pagi nona" ucap kedua orang itu menyapa Aliya.

Dengan senyum tipis Aliya segera membalas mereka. "Selamat pagi juga".

"Ayo nona, silahkan sarapan paginya di nikmati".

"Akh tunggu!".

"Iya nona, ada yang bisa kami bantu?".

"Aku mau bertanya, kenapa kalian memanggil ku nona? Dan kalau boleh tau aku sedang tinggal dimana?".

Kedua orang itu tersenyum, "Jangan khawatir, nona berada di tempat yang tepat. Kalau begitu kami permisi dulu".

"Tapi.. Ck, mereka pergi begitu saja hhmmsss" Aliya kemudian melihat sarapan paginya. Terlihat sangat enak, tanpa menunggu lama, Aliya langsung melahapnya dengan sangat lahap.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!