Air mata

Sudah lima hari Revan terbaring lemah di bangsal dengan mata tertutup serta selang oksigen yang menopang nafasnya akibat penganiayaan yang kakaknya lakukan.

Revan yang koma akhirnya membuka matanya setelah beberapa kali berkedip, Revan mendapati dirinya berada di sebuah kamar yang di dominasi warna putih dan bau obat yang menyengat.

"Ah..., aku dimana?" Keluh Revan sambil memegang kepalanya yang sakit.

Dokter masuk setelah mendengar Revan sudah sadar, lalu melakukan berbagai pengecekan terhadap Revan, hingga dia mengangguk puas.

"Bagaimana kondisimu?" Tanya dokter dengan senyum.

"Apakah kamu baik-baik saja? apakah ada yang sakit?" Tanya dokter itu lagi sebelum Revan menjawab pertanyaan pertama.

"Aku baik-baik saja, hanya pusing sedikit, semakin pusing karena melihat wajah jelek kamu." Jawab Revan sambil memijit pelipis matanya.

Dokter itu tersenyum canggung mendengarnya, namun dia tetap ramah kepada Revan hingga semua pemeriksaan lanjutan berakhir.

"Baiklah pak Revan, karena kamu baik-baik saja maka aku akan memeriksa pasien lain dan akan kembali nanti." Ujar dokter pamit dari hadapan Revan.

"Silahkan." Ujar Revan mempersilahkan dokter pergi dengan acuh tak acuh.

Saat dokter pergi Revan mengingat kembali apa yang terjadi kepadanya, semakin diingat Revan semakin kesal.

"Kak Reza ingin membunuhku, sialan!" Rutuk Revan kesal.

Revan mencari cincin tersebut dan menemukannya di laci meja bangsal rumah sakit.

"Gara-gara kamu aku masuk rumah sakit, dasar cincin pembawa petaka." Umpat Revan dan menelan cincin itu sebagai bentuk rasa kekesalannya.

Revan langsung tersedak setelah menelan cincin itu dan kembali jatuh dalam masa kritis, karena luka sebelumnya belum sembuh ditambah menelan sebuah cincin yang berkepala serigala.

Para dokter segera melakukan operasi untuk mengangkat cincin yang Revan telan dan menghabiskan waktu dua jam operasi.

"Anak ini benar-benar gila atau bosan hidup, seharusnya kita membiarkan dia mati saja." Rutuk salah satu perawat.

"Sebagai seorang tenaga medis, keselamatan pasien adalah hal yang utama." respon dokter yang mengoperasi.

"Terlebih saudara bocah ini membayar 10 milyar untuk pengobatannya di rumah sakit ini secara gratis seumur hidupnya, jadi kita harus melakukan tugas kita." Tukas dokter itu dengan senyum senang.

"Haha, dokter benar, bocah ini beruntung memiliki saudara milyarder, aku merasa iri terhadapnya." Respon perawat itu tertawa dan diikuti semua perawat termasuk dokter yang mengoperasi Revan.

10 hari kemudian.

Revan saat ini termenung sedih di bangsal VIP rumah sakit sambil menonton sebuah berita yang menggemparkan masyarakat negara Wakanda.

Berita di televisi itu memberitakan tragedi sadis dan mengerikan yang dialami oleh seorang pengusaha muda negara Wakanda, pengusaha muda itu secara kebetulan adalah Horus kakaknya sendiri.

Berita menyebutkan Horus terbunuh oleh mafia terbesar nomor tiga yang bermarkas di Wakanda, yaitu Mafia Epsona setelah kematian ketua mafia Epsona sebelumnya yang memiliki hubungan baik dengan Horus.

Dimana berita menyebutkan setelah kudeta yang terjadi di kubu Epsona yang menyebabkan Reza Lawang ketua Epsona mati terbunuh oleh wakil ketuanya sendiri, mafia Epsona yang kini di pimpin oleh Gera (wakil Reza yang mengkudeta) langsung menyerbu kediaman pengusaha muda Horus untuk meredam potensi bahaya.

"Baru beberapa hari kita bertemu, kalian berdua malah pergi dan membawa ibu bersama." Ujar Revan dengan meneteskan air mata.

"Kalian berdua terlalu kejam kepadaku, aku tidak menerima ini, hiks." Revan menangis sesugukan sambil memegang erat cincin pemberian Reza yang hampir merenggut nyawanya.

"Kalian berdua sungguh jahat, hiks." Revan semakin menangis dalam kesedihan yang begitu dalam.

Revan tidak pernah menyangka bahwa pertemuan dirinya dengan dua kakaknya akan membawa ibunya pergi untuk selama-lamanya.

Dua hari kemudian.

Revan saat ini sedang berdiri di depan sebuah gubug tua yang reot dan tidak layak huni yang berdiri di tengah hutan.

Gubug itu adalah tempat dia berteduh selama hampir 14 tahun lamanya dengan kakek Cheng sebelum ibunya memutuskan untuk pergi ke kota demi agar dirinya mendapat tempat pendidikan yang layak.

"Kakek Cheng." Panggil Revan ketika melihat kakek tua yang keluar dari gubug sambil membawa parang.

Kakek Cheng terkejut dengan kedatangan Revan dan tanpa sadar dia menjatuhkan parangnya dan berlari memeluk Revan yang sudah dia anggap cucu sendiri tersebut.

"Kakek Cheng, hiks." Revan akhirnya menangis dalam pelukan kakek tua yang bernama Cheng tersebut.

"Apa yang terjadi? dimana ibumu?" Tanya kakek Cheng dengan suara seraknya.

"Hiks, hiks, hiks." Revan memeluk kakek Cheng lebih erat dan menangis sejadi-jadinya.

Kakek Cheng bingung, namun dia sudah cukup berpengalaman dan segera tahu bahwa ada yang tidak beres, oleh karena itu kakek Cheng menghibur Revan.

Revan menceritakan semua yang terjadi kepada dirinya akhir-akhir ini kepada kakek Cheng termasuk pertemuan dirinya dengan kedua kakaknya hingga tragedi yang terjadi kepada ibu dan kedua kakaknya di ibukota.

"Jadi..., hiks..., jadi kakek Cheng bantu aku..., berikan aku kekuatan seperti milikmu..., hiks..., kumohon kakek Cheng." ujar Revan dengan tangis sesugukan.

Kakek Cheng sangat terkejut dengan apa yang terjadi kepada Revan, kakek Cheng semakin terkejut dengan permintaan Revan kepada dirinya.

"Cucuku kamu tahu kekuatanku itu berasal dari pesugihan dengan iblis, itu bukan jalan yang bagus hanya untuk menuntut balas dendam." Ujar kakek Cheng tegas dengan suara seraknya.

"Lagipula ilmu olah tenaga dalam (olah Kanuragan) yang kamu miliki sudah cukup untuk dirimu, yang harus kamu lakukan sekarang adalah memperdalam ilmu Kanuragan dan beladiri, tidak perlu melakukan pesugihan dengan iblis." Nasehat kakek Cheng.

"Kamu seharusnya tahu apa yang menjadi penyebab diriku terluka parah dan mengasingkan diri kehutan ini, itu karena aku kalah oleh seseorang yang memiliki Kanuragan tingkat tinggi."

"Itu sudah menjadi bukti bahwa kamu bisa hebat dan kuat tanpa harus melakukan pesugihan dengan iblis." ujar kakek Cheng dengan bijak.

Kakek Cheng dulunya adalah seorang jawara yang sangat kuat dan ditakuti oleh musuh-musuhnya karena memiliki kekuatan api yang berasal dari perjanjian dengan iblis, kakek Cheng sangat dimusuhi semua orang karena beberapa warga yang harus menjadi tumbal demi kekuatan api tersebut.

Hingga akhirnya kakek Cheng bertemu dengan seorang pemburu iblis yang sangat kuat dan kabarnya pemburu iblis itu adalah pemburu iblis nomor dua dalam organisasi pemburu iblis.

"Siapa kamu? jangan halangi aku atau kamu yang akan menjadi tumbal." Ujar kakek Cheng muda dengan arogan.

Kakek Cheng muda harus memenuhi tumbal bulanan yang dia sepakati dengan iblis api untuk mendapatkan kekuatan. iblis api itu meminta tumbal sebanyak 10 manusia, artinya kakek Cheng harus membunuh 10 manusia sebagai tumbal.

"Manusia yang bersekutu dengan iblis demi kekuatan, hidupmu begitu menyedihkan hanya demi kekuatan." Ujar lawan kakek Cheng itu sebut saja no 2.

"Kami dari pemburu iblis akan membunuhmu." Ujar no 2 dan menyerang.

Kakek Cheng merasa tertantang dan melayani no 2, namun siapa sangka no 2 sangatlah kuat dan begitu sulit diserang.

Hasil pertarungan itu adalah kekalahan kakek Cheng dengan telak dan lengan kanan putus serta mata kirinya hancur ditusuk oleh no 2.

"Aku tidak merasakan adanya kekuatan iblis dari dirimu, uhuk..., tapi kenapa kamu begitu kuat..., uhuk, sialan!" Kakek Cheng tidak terima.

"Kekuatan iblis hanyalah sampah dimata kami." Ujar no 2.

"Bagi kami tenaga dalam lebih baik daripada kekuatan iblis yang membutuhkan tumbal yang kekuatannya tidak sepadan dengan tumbal tersebut." Ujar no 2 sambil mendekat.

"Tenaga dalam?" Kakek Cheng pernah mendengar beberapa kali tentang pendekar yang menggunakan tenaga dalam.

"Itu tidak mungkin, pengguna tenaga dalam sangatlah lemah dan tak berdaya di hadapan kekuatan iblis." Ujar kakek Cheng.

Kakek Cheng beberapa kali melawan pendekar yang mengaku memiliki tenaga dalam, namun mereka semua mati terbakar dengan sekali serang.

"Karena lawanmu sebelumnya hanyalah pendekar tingkat kroco yang lemah dan tak berguna." Ujar no 2.

Crettt!!!

No 2 menebas kakek Cheng dengan niat membunuh hingga kakek Cheng merasakan sakit yang teramat sakit di luka tebasan yang ada di dadanya, namun siapa sangka kakek Cheng mampu bertahan.

"Jika kamu beruntung dan selamat, maka aku akan membunuhmu jika kamu masih bersekutu dengan iblis." Ujar no 2 sambil menjauh dengan langkah santainya.

"Uhuk..., kenapa..., kenapa kamu tidak..., membunuhku..., sekarang saja?" Tanya kakek Cheng sambil beberapa kali muntah darah.

No 2 berhenti dan menoleh untuk melihat kakek Cheng lalu berucap. "Karena aku bukan pengecut yang membunuh lawan yang tak berdaya sepertimu." Ujar no 2 dengan dingin.

"Kamu harusnya bersyukur tebasanku tidak membunuhmu secara instan." Ucapnya dingin dan pergi dari hadapan kakek Cheng.

Kakek Cheng harusnya mati hari itu, namun kakek Cheng diselamatkan oleh gadis muda yang sebenarnya ingin kakek Cheng jadikan tumbal.

Oleh karena tindakan gadis muda itulah yang membuat kakek Cheng sadar dan memutuskan mengasingkan diri untuk menyegel iblis api yang selalu mengamuk minta tumbal setiap akhir bulan.

Terpopuler

Comments

Kapten Muda

Kapten Muda

Aku ingin tumbal :v

2022-12-26

1

Kapten Muda

Kapten Muda

Ergo

2022-12-26

0

Kapten Muda

Kapten Muda

sepuluh

2022-12-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!