MENJALIN KONTRAK DENGAN IBLIS
Kota Bangyu.
Kota Bangyu adalah kota metropolitan dan kotanya para bisnisman dan juga para pelajar yang ingin menuntut ilmu.
Di kafe Green.
Revan dan Rara yang sudah pacaran selama tiga tahun selalu menghabiskan waktu mereka untuk menikmati dan mengobrol ria sambil ditemani kopi panas.
"Sayang, aku membawakan hadiah untukmu, tolong terima." ujar Revan sambil memberi sebuah kotak kecil yang terlihat kumal dan acak-acakan.
Rara melihat hadiah dari Revan tersebut dengan jijik, namun Rara tetap menerimanya untuk memuluskan keinginannya hari ini.
"Revan, aku ingin kita putus." pinta Rara langsung pada intinya.
Rara mengajak Revan ketemuan di kafe hari ini hanya untuk satu tujuan, yaitu meminta putus.
"Apa? Kamu ingin apa, sayang?" tanya Revan.
Revan bagai disambar petir siang bolong saat mendengar Rara ingin putus, namun dia berusaha tenang dan berharap dia hanya salah dengar.
"Jangan panggil aku sayang, aku jijik mendengarnya." ucap Rara dengan nada menghina.
"Sayang, apa yang terjadi kepadamu? apakah aku melakukan kesalahan?" tanya Revan memastikan dengan sedikit meninggikan suaranya.
Semua tamu kafe menatap mereka karena penasaran, namun Revan tidak peduli sama sekali.
"Revan, aku sudah muak pacaran denganmu, kamu itu miskin, jelek, dan juga kumal seperti pengemis saja." dengus Rara dengan jijik.
Rara beranjak pergi setelah mengatakan hal itu meninggalkan Revan yang hanya terdiam menundukkan kepala karena hatinya terlalu sakit saat ini.
"Sayang," Revan memanggil.
"Revan, asal kamu tahu aku tidak pernah mencintaimu, bagiku kamu hanyalah kacung yang bisa disuruh-suruh, hanya itu saja, jadi jangan berharap lebih, mengerti!" sela Rara sebelum Revan melanjutkan bicaranya, lalu menghilang dari pandangan dengan tertutup pintu kafe.
Revan hanya bisa meratapi nasibnya yang seorang pecundang miskin dan juga berwajah kusam karena terlalu banyak terpapar sinar matahari.
Revan yang terdiam itu juga memikirkan kata-kata Rara yang menusuk hatinya itu.
"Kalau dipikir-pikir aku memang hanya dianggap kacung olehnya." Gumam Revan meneteskan air mata.
Revan mengingat kembali masa-masa pacaran bersama Rara, dalam ingatannya Revan selalu disuruh-suruh dan bodohnya Revan mau saja.
"Rara, kenapa kamu begitu kejam kepadaku? setelah apa yang kulakukan untukmu selama ini?" Tanya Revan dengan suara pelan sambil menangis sesugukan.
Revan saat ini berada dititik lemahnya, karena Revan sangat mencintai Rara, namun kenyataan ini membuatnya sangat sakit hati.
"Padahal aku melakukan segalanya untukmu, tapi kenapa kamu tidak menganggap ku ada?" tanya Revan menangis dalam diam.
Semua pengunjung kafe hanya menatap Revan dengan sinis, karena menurut mereka Rara melakukan hal yang seharusnya dilakukan wanita cantik, yaitu mencampakkan pacar miskin dan jelek seperti Revan, karena bagi mereka Revan yang miskin dan berwajah masam tidak pantas bersanding dengan Rara yang begitu cantik dan seksi.
Pinggiran kota Bangyu.
Revan yang putus cinta memutuskan kembali kerumah ibunya yang berada dipinggiran kota setelah bergelut dengan dirinya sendiri yang ingin bunuh diri karena putus cinta, beruntung kewarasan Revan menyelamatkan dirinya dari aksi bunuh diri.
Revan berdiri disebuah halaman kecil dengan tatapan kosong, didepannya berdiri sebuah rumah gubug yang sudah hampir roboh.
"Bu, aku pulang!" panggil Revan sambil merangsek masuk.
"Siapa kalian?" Tanya Revan dengan lemas dan seperti tidak memiliki kehidupan.
Revan yang lemas itu akhirnya menyadari bahwa ada dua orang laki-laki berjaket hitam di rumahnya, Revan melihat ibunya yang menangis sesenggukan di sofa.
"Apa yang kalian lakukan kepada ibuku?" Revan naik pitam setelah sadar dua orang itu ternyata orang asing.
Revan yang putus cinta sangat mudah emosi, terlebih ibunya sedang menangis saat itu membuat Revan sangat marah, tanpa basa-basi Revan langsung menerjang salah satu pria berjaket hitam tersebut.
Bang!
Salah satu pria menangkis tendangan Revan dan membalas dengan menendang dada Revan.
Buk!
"Ah." Revan kesakitan.
"Revan, jangan..," ibu Revan ingin menghentikan, namun dihalangi oleh pria yang satunya.
Revan dan pria itu berkelahi dengan ganas, Revan yang putus cinta seperti orang kerasukan iblis.
Bang, buk, buk!
Pria itu menendang Revan, namun ditangkis, pria itu menggunakan lututnya dan mengakhiri dengan tinju.
"Ah, sialan!" Revan sempoyongan.
Revan yang memiliki ilmu beladiri yang sangat tinggi, bahkan menguasai ilmu Kanuragan itu dibuat tak berdaya oleh pria tersebut.
"Hiya..," Revan ingin melawan kembali, namun pria itu sudah menekannya dilantai.
"Lepaskan aku, sialan!" teriak Revan meronta.
"Ibu, siapa bocah kesurupan ini?" tanya pria itu kepada ibu Revan.
Revan kaget mendengarnya, sementara ibu Revan yang menahan tangisnya akhirnya berlari menghampiri Revan dan mendorong pria berjaket hitam itu agar tidak menekan Revan dilantai.
"Nak kamu baik-baik saja? apakah sakit?" tanya ibu Revan sedih bercampur khawatir.
"Reza, kamu kenapa memukul adikmu hingga seperti ini?" tanya ibu Revan dengan marah kepada Pria yang bernama Reza itu.
"Aku tidak tahu itu." jawab Reza acuh.
Reza sebenarnya tahu Revan adiknya, namun karena Revan terlalu bersemangat memukulnya, mana mungkin Reza hanya diam saja?.
"Kamu ini," Ibu mereka tidak bisa berkata-kata.
"Bu, siapa mereka?" tanya Revan akhirnya.
Revan yang babak belur dihajar Reza itu sedari tadi diam mendengar percakapan antara ibu dan Reza, tidak ada kesempatan untuknya menyela.
"Anakku, mereka berdua adalah kakakmu, Reza dan Horus." jelas ibu kepada Revan.
Revan kaget mendengar bahwa dua pria misterius itu adalah kakaknya.
"Apa? aku tidak mengerti?" Revan tidak tahu harus senang, sedih, atau benci saat ini.
"Ceritanya panjang, nanti ibu jelaskan." Jawab ibu dengan sedih.
20 tahun lalu.
Ibu Revan yang sedang mengandung Revan harus berpisah dengan suaminya, akibat bencana alam banjir.
Saat itu terjadi banjir bandang di wilayah tempat tinggal mereka, ibu Revan yang hamil muda terbawa arus air ketika berusaha menyelamatkan putranya, Reza.
Posisi awal mereka ketika diterjang banjir dengan posisi mereka sekarang 2 km, mereka terbawa arus cukup lama hingga ibu Revan berhasil memegang sebuah dahan pohon.
"Ibu!!!" teriak Reza memanggil ibunya.
Reza kecil yang masih berumur 5 tahun harus berjuang memegang tangan ibunya.
"Reza, lepaskan ibu, kamu bisa terbawa arus nanti." ujar ibu sebut saja Nina.
Nina saat itu masih memegang sebuah ranting pohon agar tidak terbawa arus, sementara Reza ada diatas batang pohon.
Jika Nina tidak memegang ranting, sudah dapat dipastikan dia akan hanyut bersamaan dengan Reza yang memegang bajunya.
"Ibu, ibu harus bertahan, ayah akan datang menyelamatkan kita." ujar Reza menangis.
Nina sudah mencapai batasnya, dia segera melepaskan tangan Reza agar tidak ikut tertarik ketika dia hanyut nanti.
"Jaga dirimu dan jangan pernah melepaskan pelukanmu di dahan pohon, Reza." ujar Nina sebelum terseret arus dan tenggelam.
"Ibu!!!" teriak Reza.
Reza hanya menangis sambil memegang dahan pohon dan menatap ibunya yang hanyut terbawa arus.
Reza cukup beruntung karena dahan yang dia pegang ternyata berasal dari pohon nangka yang masih mengakar di tanah.
Saat banjir mulai surut, saat itulah Reza dapat melihat dengan jelas bahwa dahan yang dia pegang berada setinggi 175 meter, artinya banjir kemaren sangat besar sampai 175 meter tingginya.
Reza saat itu berhasil ditemukan warga dalam keadaan kedinginan sambil memeluk dahan nangka, sementara Nina sang ibu menghilang.
Semenjak hari itu Reza dan Horus dibawa oleh ayah mereka yang seorang dokter menuju ibukota untuk melupakan masa kelam yang dia alami akibat banjir yang menghilangkan Nina.
Mengenai Horus yang selamat? itu karena Horus yang berusia 7 tahun saat itu ikut ayah mereka ke kota sebelah untuk mengobati pasien, karena ayah mereka adalah seorang dokter terkenal walau terkenalnya dua bulan sebelum banjir itu terjadi.
Kembali ke masa sekarang.
"Begitulah nak, kenapa kamu dan kedua saudaramu berpisah." tukas Nina menceritakan dengan mata berkaca-kaca.
"Ayah selalu mencari keberadaan ibu dan kamu Revan, namun pencarian kami belum membuahkan hasil." Ujar Reza kemudian dengan datar.
"Entah apa penyebabnya." Reza kesal mengingat kejadian itu.
"Hingga akhirnya kami berdua bertemu ibu di pasar tempat ibu sering berjualan." sambung Horus dengan mata berkaca-kaca.
"Kalian tidak dapat menemukan ibu, karena ibu diselamatkan oleh kakek Cheng yang hidup didalam hutan." Nina menjelaskan.
"Menurut kakek Cheng ibu koma selama 4 bulan semenjak ditemukan dipinggir sungai." jelas Nina.
Baik Horus, Reza, maupun Revan sangat berterima kasih dengan kakek Cheng yang menyelamatkan ibu mereka, bahkan Horus dan Reza berniat bertemu dengan kakek Cheng jika ibu mereka tidak menghalangi.
"Kenapa Bu? kami harus berterima kasih kepada kakek Cheng." tanya Horus heran.
"Baiklah, waktunya makan, tidak baik terus menangis!" ujar Nina sambil mengelap air matanya dan tidak mau menjawab pertanyaan Horus tersebut.
Horus berniat menanyakan kembali alasan ibunya melarang mereka bertemu dengan kakek Cheng, namun dia urungkan ketika Reza menghentikannya, pada akhirnya mereka berempat makan bersama hanya untuk melepas kerinduan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
YT FiksiChannel
y
2023-01-19
0
Kapten Muda
Hmzzzz
2023-01-16
1
Kapten Muda
Ya, ada apa bang?
2023-01-16
1