Setelah makan bersama dengan lauk seadanya Reza dan Horus mulai membujuk ibu mereka beserta adik bungsu Revan untuk tinggal di ibukota.
"Ibu harus ikut kami ke ibukota dan kamu juga Revan." Pinta Horus sang kakak tertua terus membujuk ibunya yang terus menolak.
"Iya Bu, kak Horus adalah pengusaha muda yang sangat sukses, bahkan perusahaannya yaitu Horus Grup adalah salah satu dari 20 perusahaan raksasa negara Wakanda ini." Bujuk Reza dengan menyebutkan kesuksesan Horus sebagai pengusaha muda.
"Tidak nak, aku sudah menelantarkan kalian selama bertahun-tahun, aku bukan ibu yang baik." Ujar Nina kembali menolak.
Nina merasa sangat bersalah karena telah menelantarkan kedua putranya, hingga dua putranya itu tidak mendapatkan kasih sayang seorang ibu selama bertahun-tahun.
"Ibu, itu musibah dan musibah adalah takdir, jika ibu menyalahkan diri ibu sendiri maka ibu sama saja menyalahkan takdir." ucap Horus dengan bijak.
"Ibu ikutlah dengan kami, biarkan anak durhaka ini membahagiakan ibu selama sisa hidupmu, ibu kumohon." Horus terus membujuk ibunya tersebut.
"Jangan membuat kami menjadi anak durhaka karena menelantarkan seorang ibu yang seharusnya kamu rawat dan jaga dimasa tuanya." Bujuk Horus kembali dengan bijaknya, Nina merasa terharu dengan ucapan putra sulungnya itu dan Nina akhirnya goyah.
"Ibu ikutlah dengan kami." Bujuk Reza dengan lembut memanfaatkan ibunya yang sudah mulai goyah tersebut.
"Hiks..., baiklah ibu akan ikut kalian." ujar Nina akhirnya mengalah dan mau ikut dengan kedua putranya yang selalu dia rindukan di setiap tidurnya tersebut.
Horus, Reza, dan Revan sangat senang ibunya mau ikut untuk menetap di ibukota negara Wakanda setelah melakukan berbagai bujukan.
"Ibu, kakak berdua, aku akan tetap di kota Bangyu untuk menamatkan kuliahku dulu, ketika aku lulus nanti aku akan pergi ke ibukota menemui kalian." ujar Revan memecahkan susana haru tersebut.
Ibu Nina dan kedua kakaknya itu terkejut dengan keputusan Revan yang memilih tetap tinggal di kota Bangyu dengan alasan kuliah.
"Adik Revan, kamu tamatkan saja kuliahmu di ibukota, kota ini terlalu kecil untukmu." ujar Horus membujuk.
Kota Bangyu yang begitu besar dan merupakan kota tingkat kedua di negara Wakanda sangat kecil bagi Horus yang seorang pebisnis ulung.
"Terimakasih atas saranmu kak, tapi aku akan tetap menyelesaikan kuliahku disini." Revan bersikeras untuk tinggal di kota Bangyu.
"Revan...," kali ini Reza membujuk.
Setelah berbagai bujukan dari dua kakaknya maupun ibu mereka, Revan tetap memilih untuk tinggal, hal itu membuat Ibu Nina, Horus, dan Reza mau tidak mau menyetujui keinginan Revan tersebut.
"Terimakasih ibu, dan kedua kakak sekalian, karena mengizinkanku untuk tinggal dan melanjutkan kuliahku di sini." Ujar Revan berterimakasih.
"Sama-sama, karena kamu disini maka aku akan mempercayakan salah satu anak perusahaan Horus Grup untuk kamu kelola." Ujar Horus sambil menepuk bahu Revan.
"Kamu harus menerimanya, jika tidak aku tidak akan pernah menganggap dirimu adikku lagi." Ujar Horus kembali sebelum Revan mengajukan penolakan.
"Ah..., baik kakak." Revan mengulum kembali kata penolakan yang hampir dia ucapkan.
"Bagus, haha." Horus senang.
Horus segera mengajak ibu dan Reza untuk kembali ke ibukota meninggalkan Revan sendirian, karena hari sudah malam.
"Revan besok datanglah ke kantor pusat Bangyu Building grup untuk menerima mandat sebagai pemilik baru perusahaan real estate tersebut dengan saham 90%." ujar Revan sebelum masuk mobil mewahnya.
Revan tertegun mendengarnya, dia mengira kakaknya itu hanya memintanya mengelola salah satu anak perusahaan Horus Grup, namun siapa sangka kakaknya itu memberinya 90% Bangyu Building grup sebagai aset pribadinya.
"Hoi!" tegur Reza dengan kasar.
Revan yang bingung langsung terkejut setengah mati akibat teguran Reza yang begitu kejam dan memekakkan telinga.
"Kak Reza apakah kamu ingin membunuhku." protes Revan sambil memegang dadanya yang naik-turun karena terkejut.
"Siapa suruh melamun, dasar bodoh!" ucap Reza dengan kasar.
Revan terdiam mendapati bahwa kakak Reza sangat berbeda dari kakak Reza siang tadi yang begitu lembut dan kalem.
"Kak Reza, kenapa kamu masih disini, ibu dan kak Horus sudah pergi." Ingat Revan pada akhirnya.
"Itu bukan urusanmu." Dengus Reza.
Reza mengeluarkan sebuah cincin yang berbentuk serigala dari saku celananya, Revan cukup penasaran melihatnya.
"Apa itu kak Reza?" Tanya Revan penasaran.
Crittt!
Sebuah mobil sedan berdecit kencang dan berhenti di depan mereka, lalu keluar empat orang yang berpenampilan layaknya mafia lengkap dengan kacamata hitamnya.
"Siapa mereka?" Pikir Revan heran.
Empat orang yang bertampang sangar itu segera berlutut memberi hormat kepada Reza, lalu berucap.
"Salam ketua besar." Ucap mereka bertiga secara bersamaan.
Reza hanya mengangguk sedikit kepada mereka berempat.
"Ketua besar? kak Reza apa maksudnya kamu ketua besar?" Tanya Revan penasaran.
"Mereka berempat adalah anggota kelompok Epsona, yaitu kelompok mafia terbesar ketiga di benua Asia dan aku adalah ketua mereka." Ujar Reza menjelaskan tanpa ekspresi sedikitpun.
Boom!
Revan langsung kaget setengah mati mengetahui kakak keduanya adalah seorang mafia, apalagi ketua kelompok mafia terbesar ketiga benua Asia yang bernama kelompok Epsona yang bermarkas di Provinsi Jawarka, ibukota negara Wakanda.
"Kenapa? kaget?" Tanya Reza sinis.
Revan secara tak sadar mengangguk membenarkan, Reza tersenyum sinis lalu menendang perut Reza tanpa aba-aba sama sekali hingga Revan terhempas.
"Kamu kira mendirikan perusahaan di negara Wakanda yang serba uang ini mudah?" tanya Reza.
"Jika tidak ada aku, mungkin saja bakat kak Horus akan berkembang di dunia novel saja, dasar bodoh!" Dengus Reza.
"Jika tidak ada aku, tidak ada yang namanya Horus Grup, karena negara ini lebih mementingkan uang daripada potensi, mengerti?" tukas Reza.
Revan yang kesakitan mengerti apa yang kak Reza maksud, karena negara ini memiliki begitu banyak orang bodoh dan serakah yang mendapatkan posisi penting di pemerintahan.
"Mengerti, kak." Jawab Revan menahan sakit di bagian perutnya.
"Bagus." Reza senang mendengarnya.
Reza kemudian melempar cincin serigala yang dia pegang sedari tadi kepada Revan, dengan sigap Revan menangkap cincin tersebut.
"Kak apa ini?" Tanya Revan dengan bingung dan bertanya-tanya.
Revan seketika merasa tidak enak ketika melihat senyum psikopat kak Reza.
"Cincin ini akan memberimu warisan dari seseorang leluhur pengobatan tradisional Tiongkok, jadi kamu harusnya bersyukur akan mendapat warisan tersebut." Ujar Reza dengan senyum psikopat.
"Tapi sebelum itu kami harus membuatmu sekarat dulu." Tambah Reza kemudian, Revan yang santai langsung kaget mendengarnya.
"Kakak jangan lakukan itu, itu hanya dongeng bodoh, kakak terlalu banyak membaca novel cina." Revan langsung menolak mentah-mentah rencana Reza tersebut.
Revan yang suka membaca novel cina di aplikasi baca novel online tentu tahu arah pikiran kakak keduanya tersebut, namun siapa yang menduga kakaknya itu bahkan ingin membuatnya sekarat dulu seperti apa yang terjadi kepada tokoh utama novel yang sering dia baca.
"Kamu tidak perlu khawatir adikku tersayang, cincin ini akan menyelematkan sekaligus memberimu kekuatan warisan." Ujar Reza dengan senyum kecil.
"Kakak terlalu banyak membaca novel, itu hanya fiksi bukan kenyataan." Revan berusaha menyadarkan Reza.
"Pukul!" Perintah Reza dengan melambaikan tangannya kepada empat orang tinggi besar yang merupakan anggota Mafia Epsona.
"Kak...," Revan cemas.
Bugh!
"Kwek, uhuk, uhuk." Revan termuntah darah dan terbatuk-batuk.
"Kakak...," Revan berusaha membujuk Reza agar mengehentikan kegilaannya.
Bugh!
Bugh!
Bugh!
Empat orang itu memukul Revan hingga babak belur dan pingsan, darah dari pukulan itu mengalir ke cincin bentuk serigala itu secara alami.
"Bos, dia...," salah satu dari mafia itu berkata, namun Reza menembak.
Dor!
Dor!
Dor!
Dor!
Reza menembak mereka berempat tepat di kepala hingga empat orang mafia itu langsung jatuh dan terbujur kaku bersimbah darah setelah kejang-kejang.
"Kenapa..., bos?" Tanya salah satu mafia dengan lirih sebelum menyusul ketiga rekannya yang mati terlebih dulu.
"Karena kalian memukul adikku." Ucap Reza dingin.
Reza segera menelpon ambulance dan juga kepolisian, butuh waktu 1 jam baru ambulance datang.
"Memang negara Wakanda." Dengus Reza.
10 menit kemudian kepolisian datang, Reza berucap. "Benar-benar negara Wakanda."
Kepolisian meminta berbagai keterangan dari Reza mengenai apa yang terjadi, namun karena malas Reza memberi mereka sejumlah uang untuk menetapkan empat orang itu memukul seorang mahasiswa hingga babak belur dan mereka berempat bunuh diri setelahnya.
"Bisa diatur, tuan tenang saja, haha." Ucap kapten tim dengan senyum dan tawa kebahagiaan.
"Haha, memang kepolisian yang baik dan mengayomi masyarakat." Ujar Reza memuji kinerja polisi tersebut dengan nada menghina.
"Ya jelas, kami kepolisian selalu mengutamakan dan mengayomi rakyat." Tanggap kapten polisi senang.
Reza langsung pergi Kembali ke ibukota setelah berbasa-basi sedikit dengan PakPol yang Budiman tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Kapten Muda
Lah?
Kan lu yang nyuruh mereka mukul Revan?
2022-12-26
1
Kapten Muda
cepat kali muntah darahnya
2022-12-26
0
Kapten Muda
wkwkwkwk
2022-12-26
0