Di kediaman keluarga Adam, mereka sedang makan malam bersama, seperti biasa tanpa adanya perbincangan hanya terdengar dentingan sendok dan garfu.
"Alhamdulillah selesai". Ujar Adinda terlebih dahulu.
"Semua tugas udah dikerjakan?". Tanya Adam pada Adinda.
"Alhamdulillah udah abang". Jawab Adinda pada abangnya.
"Syukurlah kalau begitu". Ujar Adam pada adiknya.
"Ish abang kirain aku mau apa gitu nanyain tugas eh taunya cuman gitu doang". Gerutu Adinda pada abangnya.
"Udah udah jangan bertengkar, habis ini ke ruang keluarga ya Ayah mau ngomong sama kamu Adam". Ujar Ayah Ramli lalu pergi terlebih dahulu.
Adam menyusul ayahnya sedangkan Bunda Halwa dan Adinda membereskan piring bekas makan malam nya, beberapa menit kemudian Adinda dan Bunda Halwa menyusul kedua pria tersebut ke ruang keluarga.
"Ayah mau ngomongin apa?". Tanya Adinda pada ayahnya.
"Adam, ayah ngga akan pernah minta apapun dari kamu, ayah mau kamu menerima perjodohan yang telah ayah siapkan buat kamu". Ujar Ayah Ramli pada anaknya.
"Haaaa? aku ga salah dengarkan bun? bang adam mau dijodohin sama siapa bunda?". Tanya Adinda pada Bunda Halwa.
Adam terdiam sejenak sebelum menjawab pertanyaan Ayahnya, ia merenung sebentar tentang Aisyah adik dari Ilham yang sedang bekerja sama dengan perusahaan nya, jika begini ia harus melupakan nya.
"Bismillahirrahmanirrahim, dengan izin Allah Adam menerima perjodohan yang telah ayah siapkan". Ujar Adam dengan sedikit tersenyum.
"Alhamdulillah, makasih sayang". Ujar Bunda Halwa dengan tersenyum senang.
"Iyaa bunda". Ujar Adam memeluk bundanya.
"Ahh akhirnya dinda akan punya kakak perempuan". Ujar Adinda tersenyum senang sambil memeluk Adam.
"Segera ayah akan melamarnya untuk kamu jika perlu langsung menikah". Ujar Ayah Ramli pada Adam.
"Tapi yah, apa ga terlalu cepat?".Tanya Adam pasa ayahnya.
"Lebih cepat lebih baik Adam". Jawab Ayah Ramli pada putranya.
"Baiklah Ayah". Ujar Adam pada ayahnya.
Setelah membicarakan tentang perjodohan tersebut, Adam pamit untuk ke kamar nya yang disusul oleh Adinda yang pamitan kepada kedua orangtuanya.
"Abangg". Panggil Adinda membuat Adam menghentikan langkahnya.
"Kenapa?". Tanya Adam pada adiknya.
"Cuek amat sih, nanti istri abang kabur". Ujar Adinda kesal padanya.
"Belum aja nikah, udah kabur". Ujar Adam pada adiknya.
"Ihhh abangg ngeselin, tauu ahh". Kesal Adinda padanya.
"Emangnya kamu mau nanya apa sma abang?". Tanya Adam pada adiknya.
"Kok tau aku mau nanya sama abang?". Tanya Adinda balik padanya.
"Karena pasti kamu akan menanyakan soal perjodohan tadi". Jawab Adam pada adiknya.
"100% buat abangg, nah yang jadi pertanyaan aku, abang udah yakin dengan jawaban abang tadi?". Tanya Adinda pada abangnya.
"In syaa Allah abang yakin". Jawab Adam pada adiknya.
"Baiklah, kalau begitu selamat ya buat abang semoga samawa". Ujar Adinda dengan tertawa.
"Belum nikahnya juga Adinda adik abanggg". Gregett Adam pada adiknya.
"Hihii maaf abangg, yaudah dinda masuk yaa, assalamualaikum abang". Ujar adinda pada abangnya.
"Iyaa waalaikumussalam adik abang". Jawab Adam pelan sambil tersenyum.
Adam menghubungi asisten nya untuk berhenti mengawasi Aisyah, karena bagaimana pun ia harus menjaga hati calon istrinya nanti, tetapi infomarsi tentang Devan sudah ia dapatkan.
Disisi lain dikediaman rumah Syafi'i, Aisyah sedang mengerjakan tugas Indonesia yang membuat novel bebas, ia menuliskan novel yang islami namun dipertengahan jalan ia terbesit membuat novel dengan judul 'Assalamu'alaikum Calon Imam'.
"Bagus juga judulnya, bikin ahh bismillah". Ujar Aisyah lalu mengetik berbagai kata si laptop.
Ilham yang melihatnya lalu menghampiri adiknya, sebelum nya ia membaca judul novel tersebut. Adinda yang menyadari adanya yang duduk disamping, lalu menoleh ternyata abangnya.
"Assalamu'alaikum abang". Salam Aisyah pada abangnya.
"Waalaikumussalam adik abang". Jawab Ilham pada adiknya.
"Abang menurut abang, judul novelnya bagus kan?". Tanya Aisyah pada abangnya.
"Bagus kok dek, emang tugas dari siapa?". Tanya Ilham pada adiknya.
"Tugas dari Bu Wida". Jawab Aisyah pada abangnya.
"Ohh, mau abang bantu?". Tanya Ilham padanya.
"Gaperlu abang, Aisyah bisa sendiri kok bang". Jawab Aisyah diangguki oleh Ilham.
"Kalau gitu abang ke kamar dulu yaa, inget jangan tidur terlalu malam". Ujar Ilham pada Aisyah.
"Iyaa siap abang". Ujar Aisyah sambil tersenyum pada abangnya.
Ilham sampai di kamarnya, lalu menghubungi Asistennya untuk berhenti mengawasi Maryam, walau ia jatuh hati pada sahabat adiknya tetapi ia juga masih punya hati untuk menjaga perasaan orang yang nanti akan menjadi istrinya.
"Huft semoga pilihan Abi sama umi yang terbaik buat hamba ya Allah, aamiin yaa rabbal'alamin ". Doa Ilham pada yang maha kuasa.
"Aamiin yaa rabbal'alamin, sayang kamu jangan merasa tersiksa karena Umi yakin dia yang terbaik untuk kamu". Ujar Umi Humairah masuk ke kamar anaknya.
"Ehh umi, assalamualaikum ". Salam Ilham pada Umi Humairah.
"Harusnya Umi yang mengucapkan, assalamualaikum anak umi". Ujar Umi Humairah sambil tersenyum.
"Waalaikumussalam umi nya Ilham". Jawab Ilham juga dengan tersenyum.
"Umi mau ke Aisyah dulu ya, ingat jangan terlalu dibawa pikiran ya". Ujar Umi Humairah diangguki oleh Ilham.
Umi Humairah beserta suaminya menghampiri Aisyah yang berada di ruang keluarga, masih mengerjakan tugas tanpa menyadari datangnya kedua orangtuanya.
"Assalamualaikum sayang". Salam keduanya pada Aisyah.
"Waalaikumussalam Abi Umi, ada apa?". Tanya Aisyah pada mereka berdua.
"Umi cuman mau tanya sama kamu sayang, apakah kamu sudah yakin dengan jawaban kamu perihal perjodohan?". Tanya Umi Humairah pada nya.
"Alhamdulillah sudah yakin Umi Abi, tapi Umi apakah nanti Zahra akan bahagia? Apakah nanti suami Zahra akan baik sama Zahra? Bagaimana kalau terjadi kekerasan dalam rumah tangga Zahra? Apakah dia akan bertanggung jawab atas segalanya? Apakah dia memang imam yang baik untuk Zahra? bagaimana kalau pernikahan Zahra sama dia tidak adanya cinta?". Pertanyaan beruntun Zahra membuat kedua orangtuanya pusing.
"Masya allah anak Abi pertanyaan mu sangat banyak, tetapi hanya satu yang akan Abi jawab. Cinta itu tumbuh karena terbiasa sayang, seperti Abi dan Umi kita berdua juga sama di jodohkan bahkan dulu Umi sangat cuek pada Abi tetapi pada akhirnya kita bahagia sayang, hingga lahir lah kamu sama abang ke dunia". Jawab Abi Ali pada putrinya.
"Wahhh Umi sama Abi juga nikah karena perjodohan?". Tanya Aisyah heboh.
"Iyaa sayang, dulu Umi ingat sekali tidak mau sampai suka ataupun jatuh cinta pada Abi, tetapi tuhan berkehendak lain ternyata Umi sangat sangat menyayangi Abi mu ini". Jawab Umi Humairah sambil tersenyum pada suaminya.
Abi Ali yang ditatap seperti itu membuatnya malu, umur boleh tua muka tetap muda loh, Aisyah tersenyum senang mendengar cerita kedua orangtuanya, andai Ilham juga mendengarnya pasti akan lebih heboh dari Aisyah.
Semoga saja, perjalanan pernikahan ku sama seperti Abi dan Umi. Batin Aisyah sambil tersenyum kepada kedua orangtua nya.
Bagaimana kelanjutannya?
Maaf telat update, tadi sibuk kerja:)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments