P. 05

Poligami

05

•``𝗝𝗮𝗱𝗶𝗹𝗮𝗵 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝘀𝗲𝗹𝗮𝗹𝘂 𝘁𝗲𝗿𝗹𝗶𝗵𝗮𝘁 𝗯𝗮𝗵𝗮𝗴𝗶𝗮 𝗱𝗶𝗵𝗮𝗱𝗮𝗽𝗮𝗻 𝗺𝗮𝗻𝘂𝘀𝗶𝗮, 𝘄𝗮𝗹𝗮𝘂𝗽𝘂𝗻 𝗵𝗮𝘁𝗶𝗺𝘂 𝗺𝗲𝗻𝘆𝗶𝗺𝗽𝗮𝗻 𝗯𝗲𝗿𝗯𝗮𝗴𝗮𝗶 𝘀𝗲𝗱𝗶𝗵 𝗱𝗮𝗻 𝗹𝘂𝗸𝗮``•.

_𝗛𝗮𝗯𝗶𝗯 𝗔𝗹𝗶 𝗭𝗮𝗲𝗻𝗮𝗹 𝗔𝗯𝗶𝗱𝗶𝗻 𝗔𝗹𝗸𝗮𝗳𝗳_

Xena masuk ke dalam kamar dimana putri kecilnya tengah tertidur pulas. Melihat wajah mungil putrinya membuat hati Xena sedikit lebih tenang.

"Sayang, kamu alasan Umma untuk tetap bertahan di sisi Abi, Sayang. Maafkan Umma, jika sampai sekarang belum bisa membuat kamu bahagia. Umma janji Nak, jika suatu saat Umma pasti akan membuat kamu lebih bahagia dari sekarang," Xena mengecup kening putrinya lama.

Xena meninggalkan kamar putrinya menuju kamarnya. Xena memasuki kamar mandi untuk menganti bajunya dengan piyama tidur karena sebelumnya Xena menggunakan gamis serta hijab panjang instan.

Mata yang tadinya ingin tidur kini kembali terbuka sempurna. "Ya Allah sesakit inikah rasanya di poligami? Haruskan sesakit ingin mengharapkan kehadiran suami meskin hanya semalam penuh? Ya Allah tetapkanlah hati ini sekuat baja meski tidak di belakang emua orang. Tetapkanlah hati ini tak mudah rapuh di hadapan mereka ya Allah. Hanya itu ingin hamba," Air mata Xena mengalir dengan sendirinya. Dadanya kembali merasakan sesak yang menyakitkan.

Ingin rasanya Xena menyerah dengan rumah tangga poligami ini, namun dirinya masih mengingat sang putri yang amat butuh akan sosok seorang Ayah meskipun, ayahnya tak pernah mengajaknya bermain. Setidaknya putrinya masih bisa merasakan kehadiran seorang ayah disisinya.

****

Xena sudah selesai memasak sarapan pagi untuk keluarga kecil itu. Meski suaminya orang berada tapi jika itu urusan perut Xena melarang suaminya untuk memcari seorang pembantu lantaran dirinya masih bisa untuk membuat makanan yang akan di santap suaminya.

Selama pernikahan poligami yang dijalani Xena tak pernah sekalipun madunya memegang alat-alat dapur demi membuatkan makanan untuk suami mereka. Tapi itu tak membuat Xena berkecil hati karena, Xena memang hoby dalam hal masak-memasak.

"Selamat pagi Mas, mau teh apa kopi Mas?" tanya Xena saat melihat suaminya yang sudah rapi dengan setelan jasnya. Karena suaminya itu tak pernah menentu untuk minuman paginya. Jadi setiap pagi Xena akan menanyakan itu kepada suaminya.

"Teh pahit saja Xen," Xena menganggukkan kepalanya dan dengan senang hati Xena membuatkam teh untuk sang suami.

"Silahkan Mas," Xena meletakkan secangkir teh di depan suaminya.

Xena melirik madunya yang kini berjalan menuju meja makan. Tak lupa dengan pakaian seksi yang sudah menjadi ciri khas istri kedua suaminya. Di tangannya terdapat tas kecil yang biasa dia bawa kemanapun pergi.

"Sayang, aku ikut kekantor ya? Sudah beberapa hari ini aku merasa bosan jika di rumah terus," ujarnya sambil mengamit tangan kekar Yogi yang berada di atas meja.

"Apa tidak bisa di undur dulu Sayang? Bukankah kata dokter kamu harus banyak istirahat agar tidak terlalu kecapekan," ujar Yogi dengan lembutnya.

"Tapi aku bosan di rumah terus Sayang. Bukankah nanti jika di kantor aku juga bisa istirahat selama kamu bekerja? Setidaknya ada kamu di sisi aku Mas, dan kamu tahu sendiri jika dedek bayi selalu rewel jika jauh dari Ayahnya," Kanina menarik tangan besar Yogi untuk di bawa ke perutnya yang sudah menampakkan tonjolan meski tidak terlalu besar. Apalagi sekarang usia kandungan Kanina baru menginjak 3 bulan.

Xena? Wanita itu hanya menatap nanar sepasang suami istri yang tampak harmonis itu. Hatinha bergetar dengan kencangnya. Batinnya menangisi takdir yang digariskan Allah untuknya. Betapa menyayat hati kisah poligami ini bagi Xena.

"Ya sudah kamu boleh ikut Sayang. Nak jangan nakal ya di dalam sana. Jangan bikin Bunda kesakitan lagi ya Nak. Ayah mencintai kamu Sayang," Yogi mendekatkan mulutnya pada perut istri mudanya dan mencium beberapa kali perut yang belum terlau besar itu.

'Ya Allah, sakit sekali rasanya seperti ini. Rasanya hamba hanya patung yang diberi nyawa namun tak terlihat. Kuatkanlah hamba menyaksikan setiap takdir yang Engkau gariskan. Kuatkan lah hamba dalam segala ujian yang datang silih berganti,' batin Xena yang berusaha untuk kuat meski air mata sudah menganak sungai di pelupuk matanya.

Sedangkan putri kecil Xena yang tengah menyuap nasi di depannya hanya bisa terdiam menyaksikan sikap ayahnya yang begitu perhatian kepada perut yang kini Arumi ketahui keberadaan adiknya. Adik yang lahir dari rahim ibu yang berbeda dengan dirinya. Gadis kecil itu iri, iri karena tidak pernah merasakan diperhatikan sedemikian rupa oleh ayahnya. Namun, Arumi hanya bisa terdiam tanpa bisa berbuat banyak. Takut akan kemarahan yang dilakukan Yogi kepada dirinya. Arumi tidak kuat jika di marahi oleh Yogi.

Xena mengusap lembut kepala putrinya yang yang di tutupi hijab. Xena memang membiasakan putrinya untuk menggunakan hijab agar anaknya itu tidak merasakan risih jika memakai hijab dikala dirinya sudah besar atau baligh. Maka dari itu sedari kecil Xena sudah membiasakan putrinya menggunakan hijab. Xena menampilkan senyum manisnya kepada putrinya untuk memberikan kekuatan supaya mereka terlihat baik-baik saja.

"Lanjutkan makannya Sayang, bukankah sebentar lagi Arumi akan berangkat sekolah?"

"Baik Umma," jawab Arumi yang kembali menyuap nasi ke dalam mulut mungilnya.

"Kamu tidak sarapan Sayang?" Yogi menatap istri mudanya yang hanya menyesap teh pahit yang dibuat Xena untuk dirinya.

"Tidak Sayang, aku belum lapar. Nanti saja kita beli saat jalan ke kantor kamu," jawab Kanina yang kembali menyesap teh pahit itu.

"Baiklah," Yogi kembali meneruskan sarapan paginya. Masakan Xena memang tidak pernah mengecewakan namun selalu memanjakan mulut Yogi.

"Mas, aku pamit dulu mau ngantar Arumi ke sekolah," ujar Xena kepada Yogi yang masih asik dengan nasinya.

"Ahh iya baiklah Xen. Maaf tangan Mas kotor jadi kamu tidak perlu salim begitupun dengan Arumi," Xena mengangguk mengerti.

"Abi, Arumi berangkat dulu ya,"

"Iya hati-hati," Jawaban itu yang selalu Arumi dengar dari mulut Yogi. Selama dirinya pamit tak pernah kata lain yang keluar selain itu. Bahkan untuk memberinya kata semangat saja bisa di hitung dengan jari.

TBC

Terpopuler

Comments

Buana Buana

Buana Buana

poligami biasanya tak akan pernah bersikap adil, xena sdh mengalaminya

2023-08-23

0

TRIDIAH SETIOWATI

TRIDIAH SETIOWATI

xena gak usah sakit hati...kan kamu sendiri yg mau diperlakukan tdk adil...ya udah terima aja.

2023-08-12

0

Sunarmi Narmi

Sunarmi Narmi

Kenapa Arumi jdi Alasan Umma....Rumi sja merasa ter abaikan dgn Abinya..kenapa Bertahan klo suara bentakan Abi membuat Rumi takut...bukankan Cinta Ayah adlah cinta pertama bagi Putrinya ????? Sadar Umma...Bangkitlah...keluar dri rumah itu dn hidup mandiri.

2023-07-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!