•Jangan pernah lelah menjadi orang yang pemaaf karena, memaafkan adalah kemenangan terbaik• {Ali bin Abi Thalib}
Yogi membawa satu mangkuk rujak untuk sang istri yang tengah menunggu dirinya di ruang tamu.
Prang!!!!
"Maaf Abi, Arum tidak sengaja," Arumi yang berlari menuju dapur untuk mengambil air putih tidak sengaja menabrak Yogi yang tengah membawa rujak untuk sang istri yang tengah mengandung anaknya.
Yogi yang melihat rujak keinginan sang istri yang tengah mengenaskan di lantai dengan berceceran menatap nyalang putrinya. "Kenapa jalannya tidak lihat-lihat? Kamu tahu betapa perjuangan Abi untuk membuat rujak itu untuk Bunda, hmm?" Rasanya Yogi ingin menampar putrinya itu karena, keinginan istri keduanya sudah tak bisa lagi di makan. Apalagi dia membuat dengan penuh cinta.
"Maaf Abi, Arum benar-benar tidak sengaja." ujar Arumi menunduk takut. Apalagi ucapan ayahnya baru saja membuatnya takut.
"Sudah pergi sana!! Bikin orang jengkel saja!? " bentaknya.
"Mas, kenapa kamu sampai bentak Arumi begitu? Lagian Arumi juga tidak sengaja. Kamu bisa ngomong baik-baik sama Arumi, Mas," Xena yang menyaksikan bagaimana suaminya itu tega membentak sang putri menjadi sedih. Bagaimana bisa suaminya itu berkata seperti itu kepada anaknya yang masih kecil. Padahal putrinya sudah jelas-jelas meminta maaf, namun apa yang didapatkan putrinya malah sebuah bentakan.
"Kamu pikir membuat rujak itu aku tak butuh tenaga? Tak butuh waktu? Bahkan dengan susah payah aku membuatnya tapi lihatlah sekarang karana anak ini rujak yang sudah aku buat malah mengenaskan di lantai!" ujarnya menatap nyalang istri tuanya.
"Astagfirullah Mas, hanya gara-gara itu kamu sampai membentak darah daging kamu sendiri? Lalu bagaimana jika Arumi melakukan kesalahan besar? Apakah tangan besar kamu itu akan memukulnya Mas? Apakah kamu juga akan menendangnya sekuat tenaga kamu, mas?" Dengan mata berkaca-kaca Xena menatap suaminya. Tak menyangka jika imam yang selama ini dia hormati tega menyakiti putrinya, tega membuat putri yang dia sayangi di bentak.
"Mas tidak apa-apa, kita bisa beli saja di luar rujaknya," Xena menatap istri muda suaminya yang tiba-tiba saja sudah mendekati Yogi. Bergelayut manja di lengan kekar laki-laki yang juga berstatus suaminya.
"Maaf Sayang, Mas sudah gagal membuat rujak untuk dedek bayi," Yogi berjongkok di depan perut sang istri, sambil mengelus perut yang sedikit buncit itu dengan lembut. "Maafkan Ayah, ya Nak? Maafkan Ayah yang sudah gagal memenuhi keinginan kamu," Berulang kali Yogi mendaratkan ciuman pada perut itu.
Xena yang menyaksikan kelembutan suaminya kepada sang madu hanya bisa menatap sedih dengan rasa sakit dan rasa pilu yang menyayat hati. Bahkan pasal kehamilan sang madu baru di ketahui Xena saat ini juga. Pantas saja suaminya itu membentak putrinya karena rujak yang dia buat nyatanya untuk memenuhi rasa ngidam yang dirasakan madunya. Tapi jikapun begitu, seharusnya Yogi yang sebagai seorang Ayah tak sepatutnya memarahi sang putri. Apalagi itu juga dapat merusak mental anaknya.
'Ya Allah, begitu sakit ujian yang engkau hadirkan untuk hambaMu yang lemah ini. Begitu sakit yang hamba rasakan ya Allah. Buatlah hati hamba tetap tegar untuk setiap ujian yang Engkau berikan ya Allah. Hamba yakin jika suatu saat Engkau pasti akan menghadirkan bahagia untuk hamba,' batin Xena yang masih menyaksikan suami serta madunya.
"Tidak apa-apa Mas. Yasudah yuk kita beli rujaknya di luar Mas, sepertinya dedek bayi sudah tidak tahan untuk memakan rujak," ajak Kanina sambil mengusap lembut kepala suaminya.
"Yuk Sayang," Tanpa menghiraukan Xena maupun anaknya, ke-duaorang itu langsung saja meninggalkan dapur.
Xena dan putrinya hanya bisa menatap kepergian sang madu dan juga suaminya. Bahkan suaminya tak berbicara apa-apa kepada mereka. Seakan mereka memang tidak ada artinya di dalam hidup laki-laki itu.
"Umma," Xena menatap sang putri yang tengah memanggilnya.
"Apa Sagang?" Xena berjongkok di depan Arumi yang menatap dirinya dengan pandangan lembut.
"Kenapa Abi berubah Umma? Kenapa Abi berani membentak Arumi? Bukankah selama ini Abi tidak pernah seperti itu?" Dengan tatapan sendu Arumi menatap Xena.
"Sayang dengerin Umma, Abi tidak bermaksud membentak Arumi kok. Abi tadi hanya khilaf Sayang," Air mata Arumi sudah mengalir dengan sendirinya.
"Abi jahat Umma, Abi sudah 2 kali membentak Arum," Jujur saja Xena terkejut mendengar ucapan putrinya. Bagaimana bisa anaknya itu menyimpan sendiri jika sang ayah juga pernah membentak dirinya sebelum ini.
"Kapan Sayang? Kapan Abi membentak Arumi? Kenapa Arumi tidak ngomong sama Umma, Nak?" Xena mengusap air mata putrinya yang lagi-lagi keluar dengan sendirinya.
"Satu minggu yang lalu Umma, Arum juga tidak sengaja membuat minuman Bunda terjatuh. Dan Abi membentak Arumi,"
Hati Xena mencelos mendengar pengakuan putrinya. Hatinya sakit kala anak yang dia jaga dengan seenaknya suaminya itu malah membentak hanya karena sebuah ketidak senggajaan.
"Sayang, besok-besok kalau terjadi sesuatu sama kamu jangan di tutupi lagi ya? Bilang sama Umma, Umma tidak mau hal ini terjadi lagi untuk kedepannya," pinta Xena kepada sang putri.
"Iya Umma, Arumi akan mengatakan apapun kepada Umma untuk kedepannya," ujar gadis kecil itu dengan tersenyum. "Umma,"
"Apa Sayang?"
"Abi jahat 'kan Umma, Abi tidak benar-benar sayang sama Arum kan Umma?"
"Tidak Sayang, Abi baik kok. Maafkan Abi yang sudah membentak Arumi ya? Karena jika kita memaafkan seseorang yang melakukan kesalahan sama kita, maka kita akan mendapatkan pahala dan Allah akan menyayangi kita. Allah saja bisa memaafkan hambanya yang berbuat jahat, jadi Arumi juga harus bisa memaafkan Abi ya?"
"Baiklah Umma, Arum akan memaafkan Abi," Arumi menampilkan senyum manisnya kepada sang ibu.
"Ya sudah, Arumi mau makan apa biar Umma buatkan," ujar Xena kepada putri kecilnya.
Arumi menggeleng. "Tidak ada Umma, Arumi ingin tidur siang rasanya mata Arumi sudah mengantuk," jawab Arumi yang diangguki Xena.
Xena membawa putrinya ke dalam kamar yang memang khusus untuk putrinya itu. Kamar yang dihias dengan warna pink fanta dipadukan dengan warma biru muda.
Xena menemani sang putri hingga putrinya itu benar-benar terlelap. Tak lupa Xena membacakan sholawat sepanjang menemani sang putri untuk tidur. Mungkin kebanyakan anak-anak akan suka dibacakan dongeng atau lagu-lagu anak kecil, namun tidak untuk Arumi. Gadis kecil itu lebih suka di becakan sholawat untuk dirinya tidur, ataupun dibacakan surah-surah pendek.
"Sayang maafkan Umma yang belum bisa membuat kamu bahagia Nak. Maafkan Bunda atas apa yang terjadi di dalam hidup kamu Sayang. Yakinlah Nak, jika suatu saat akan ada bagai yang akan menghampiri kita," Xena mengecup pucuk kepala putrinya sebelum dirinya keluar dari kamar itu.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Pak Karno
kesabaran Zena teruji ...
2023-08-30
0
lilis indri hastuti
jgn putus asa xena... Allah bersamamu
2023-08-26
0
Sunarmi Narmi
Umma sadarlah bahwa kau terdholimi..bangun dn persiapkan drimu untk menjdi wanita mandiri..kasihan putrimu hidup dlm klrg yg tdk sehat kasihan dgn pertumbuhan mentalnya..jika tak sanggup keluar dri rumah hidup mandiri...Ajarkan Arumi dgn Aklak yg kuat dn baik hati serta tanamkan kasih sayang sehingga Rumi tdk kekurangan kasih sayang Ayahnya..bagaimanapun kalian istri" tdk baik jg bersaing sesama istri..cari suami yg sayang dn setia..harta bukan segalanya.💪💪💪💪👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍
2023-07-30
0