P. 02

"Mas, mau aku buatkan kopi atau teh?" Xena menghampiri Yogi yang tengah duduk di ruang tamu.

"Boleh Xen, tapi kopi manis ya?" pinya Yogi yang diangguki Xena.

Xena meninggalkan suaminya di ruang tamu sendirian. Tak terlihat batang hidung istri keduanya disana. Padahal biasanya madunya itu tidak pernah perpisahan dari sang suami. Seakan-akan istri keduanya itu ingin memonopoli sang suami seorang diri.

Kopi serta kue kering sudah berada di atas nampak dan tinggal di bawa Xena kepada suaminya. Dari pada hanya minim koli saja Xena berinisiatif untuk membawakan kue kering sebaik tambahan untuk suaminya.

"Kopinya Mas," Xena meletakkan kopi yang masih mengepulkan asap itu di depan suaminya.

Ntah sejak kapan madunya itu berada di ruang tamu. Yang jelas kini madunya sudah duduk tepat di samping suaminya. Tangan lentiknya memegang erat lengan Yogi seakan-akan Xena tak boleh menyentuh suaminya sendiri.

"Terima kasih Xen,"

"Sama-sama Mas," jawab Xena dengan tersenyum manis. Senyuman yang selalu dia tampakkan untuk suaminya.

"Mas, aku mau teh manis," Xena menatap madunya yang merengek di lengan suaminya. Jujur saja, Xena cemburu kepada madunya yang bisa memeluk suaminya setiap hari. Bahkan suaminya itu akan tidur di kamarnya hanya 1kali dalam seminggu. Bahkan juga tidak pernah dalam satu minggu itu. Itinya dalam setiap bulan bisa di bilang 3 kali paling sering.

"Kamu mau teh, Sayang?" Wanita itu hanya menganggukkan kepalanya.

Kata Sayang yang tidak pernah lupa keluar dari mulut Yogi untuk wanita di sampingnya. Wanita yang membuat hati Xena bergemuruh setiap harinya. Wanita yang membuat Xena merasakan luka yang yang tiada hentinya. Begitupun dengan suaminya yang menorehkan luka teramat dalam untuk dirinya.

Xena juga menginginkan suaminya itu memanggil dirinya dengan sebutan Sayang meski hanya sekali namun, sampai detik ini 8 tahun kurang pernikahan mereka, Yogi tak pernah sekalipun menggunakan kata-kata romantis kepada dirinya. Bahkan diatas ranjang pun suaminya itu tidak pernah berkata mesra.

"Xena, tolong buatkan Kanina teh ya," pinta Yogi yang hanya mendapat anggukan pasrah dari Xena. Ingin Xena menolak, namun Xena ingat akan ajaran ibunya. 'Jangan pernah sekalipun menolak perintah suami jika itu masih dalam tahap yang wajar. Namun tolaklah dia dengan cara yang lembut jika itu suatu hal yang salah atau akan mendatangkan modarat' itulah kira-kira ucapan ibunya kala itu.

Xena kembali lagi dengan segelas teh manis di tangannya. Lalu meletakkan didepan madunya yang masih saja bergelayut manja di lengan kekar suaminya.

"Terima kasih Mbak," Seperti biasa madunya itu akan berkata dengan lembutnya. Meski begitu tetap saja rasa iri, cemburu dan sakit hati selalu saja dirakan Xena setiap harinya.

Jika saja Xena bisa memilih dirinya tidak akan pernah mau menikah dengan Yogi jika akhirnya dia akan mendapatkan madu di dalam rumah tangganya. Xena lebih memilih untuk melajang ketimbang menikah. Biarkan orang-orang mengatakan dirinya perawan tua, dari pada seperti ini. Hidup di dalam rumah tangga yang penuh dengan senyum kepalsuan.

"Sama-sama," jawab Xena dan duduk di samping suaminya.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Umma," Gadis kecil berpakaian putih merah itu berlari kencang menuju Xena yang tengah tersenyum manis kearahnya.

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, Nak," Xena memeluk putrinya dengan erat. Permata yang bisa membuat dirinya tetap bertahan di dalam pahitnya rumah tangga yang dia jalani.

"Sama Abi nggak baca salam Sayang? Ini ada Bunda juga loh?" ujar Yogi menatap anak gadisnya yang masih saja memeluk sang ibu.

"Hehehe maaf Abi, Bunda. Assalamu'alaikum Abi, Bunda," Aliya mendekat ke arah Yogi dan Kanina. Menyalami tangan kedua orang itu dengan takzim. Namun tidak dengan pelukan seperti yang dia berikan kepada sang ibu. Bukan Arumi tidak mau memeluk Yogi maupun Kanina, hanya saja dia agak canggung, apalagi ayahnya itu hanya sesekali berada di rumah kala dirinya pulang sekolah begitupun dengan Kanina. Hanya ada ibunya yang selalu menemani dirinya belajar.

"Bagaimana tadi di sekolah Sayang?" Arumi kini sudah kembali lagi kepangkuan Xena. Memeluk erat leher sang ibu dan menatap wajah ayu Xena dengan senyum mengembang di bibirnya.

"Emm, bagus Umma. Tadi Ibu guru kasih nilai di tugas sekolahnya Arumi angka 9. Bagus kan Umma?" Gadis kecil itu tersenyum cerah kepada sang ibu. Sungguh ibunya yang bisa pengertian kepada dirinya, namun tidak bagi ayahnya. Jangankan untuk menanyakan soal di sekolah, bahkan apa kegiatan yang dia lakukan di rumah saja ayahnya tidak pernah bertanya.

"Wahhh nilai kamu bagun banget Sayang. Arumi harus pertahanin nilai itu ya? Buat nanti saat menerima lapor Arumi dapat juara dan dapat hadiah,"

"Hadiah Umma?" ulang gadis kecil itu antusias.

Xena mengangguk. "Iya Nak, nanti kalau Arumi dapat juara pasti Ibu guru ngasih Arumi hadiah. Dulu Umma juga gitu saat di sekolah. Siapa yang juara 1, 2 atau 3 pasti di kasih Ibu guru hadiah. Jadi Arumi mau dapat hadiah kan?"

"Mau-mau Umma, Aru mah hadiah," jawabnya antusias.

"Kalau Arumi mau dapat hadiah maka nilainya jangan sampai turun ya? Arumi harus mempertahakan nilai di angka yang tadi Arumi dapat. Dan Arumi nggak boleh malas untuk belajar jika ingin dapat nilai tinggi. Arumi harus semangat dan rajin belajar,"

"Baik Umma, Aru akan belajar dengan rajin biar dapat hadiah dari Ibu guru." ujarnya dengan bersemangat. Bahkan gadis kecil itu sampai mengepalkan telapak tangannya.

Xena tersenyum menatap nestapa bahagianya sang putri bkalan menginginkan hadiah dari Ibu guru. Sungguh dulu waktu dirinya kecil juga melakukan hak yang sama seperti Arumi.

Sedangkan Yogi dan Kanina hanya menatap Ibu dan anak itu dengan pandangan berbeda. Ada rasa haru dan iri yang dirasakan Yogi namun tidak bagi Kanina. Ntah kenapa Kanina kurang suka dengan putri madunya itu. Padahal putri madunya itu tidak pernah berbuat salah kepada dirinya. Kanina juga tidak tahu apa penyebab dirinya membenci putri madunya. Ini terjadi sejak dua bulan yang lalu.

"Mas, Kan, aku pamit dulu ke kamar buat bantu Arumi ganti baju," pamit Xena kepada sepasang suami istri itu.

"Ya," jawab Yogi sambil mengangguk.

Sepeninggal Xena dan Arumi, Kanina mengendus bau tubuh suaminya yang sangat menenangkan.

"Kenapa Sayang?" tanya Yogi sambil mengelus lembut rambut sang istri.

Istri keduanya ini memang tidak memakai hijab, berbeda dengan Xena yang selalu menggunakan gamis serta hijab panjang.

"Mau rujak Mas, mungkin dedek bayi lagi pengen makan itu Mas," ujarnya manja.

"Ya sudah, biar Mas suruh Bibi yang beli ya?" Kanina langsung menggeleng keras tanda tak setuju.

"Nggak mau Mas, aku maunya Mas yang buat sendiri. Kemaren Bibi sudah membeli bahan-bahannya. Jadi Mas hanya tinggal membuat saja," ujarnya merengek.

"Baiklah, kamu tunggu di sini biar Mas buat dulu sebentar,"

"Jangan lama-lama ya Mas," pintanya dengan suara mesra.

"Iya Sayang, demi dedek bayi Mas pasti akan lakukan secepat mungkin. Agar nanti saat lahir dedek bayi tidak ileran,"

"Ok Mas," Setelahnya Yogi meninggalkan Kanina seorang diri di ruang tamu sambil menyesapi teh manis yang tadi di buat Xena. Tak lupa juga memakan kue kering yang sudah terbuka tutupnya.

TBC

Terpopuler

Comments

Pak Karno

Pak Karno

ongin lanjut aja

2023-08-30

0

Emi Nasmi Emi nasmi

Emi Nasmi Emi nasmi

xena memang wanita hebat selama 5 thn seruma dgan madu nya, walau luka dn pendritaan yg ia dpatkan atas klakuan suaminya yg tidak bersiksp adil

2023-08-11

0

Nurr Amirr🥰💞

Nurr Amirr🥰💞

Lanjut thor...

2022-12-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!