(AWAL MULA IDE GILA bagian 2)
Setelah 2 minggu berlalu, Laura memulai rencananya. Indra menjalani bisnis di Bandung, dan dia mengikuti semua saran dari istrinya. Indra terpaksa menerima ide Laura karena dia sudah tidak bisa berpikir lagi. Indra paling sulit untuk menolak apapun yang dilakukan oleh istrinya.
Indra berangkat ke Bandung bersama dengan Laura. Penginapan, teks drama sudah dipersiapkan secara detail. "Sayang, kamu ingat kan semua yang aku suruh kemarin? Jangan sampai ada yang salah ya! Aku ingin rencana ini berjalan lancar tanpa hambatan," ucap Laura dengan memainkan ponselnya.
"Ya ingat," jawab Indra singkat.
"Bagus. Jadi aku bisa bersantai sambil bekerja nantinya. Ingat loh sayang, jangan sampai kamu jatuh hati padanya. Soalnya dia sangat cantik, mukanya sebelas dua belas denganku." Laura memperingati suaminya dengan tatapan tajam.
Indra menghela nafas panjang. Dia merasa capek, padahal belum memulainya,"Iya cintaku ini hanya untuk kamu. Okey!"
Laura meluruskan pandangannya lagi ke depan. Dia sangat berharap rencananya itu berjalan lancar. Jarak Jakarta Bandung ditempuh hanya dengan waktu kurang lebih 3 jam lewat jalan tol. Sesampainya di sana Indra langsung menuju ke kantor cabang dan Laura menuju ke hotel untuk menginap.
"Aku ke kantor dulu sayang, nanti malam aku ke sini lagi," ucap Indra pada istrinya.
"Baiklah. Aku juga akan sangat sibuk hari ini karena mulai besok kamu akan tinggal di rumah yang aku sewa. Semangat kerjanya Sayang," sahut Laura dengan penuh semangat.
"Ya terserah padamu saja." Indra membalas, setelah itu dia pergi ke kantornya.
Laura langsung check in hotel dan setelah menaruh semua barang-barangnya di kamar, dia pergi untuk mencari rumah yang akan dia sewa untuk suaminya. Laura berkeliling komplek selama dua jam, kemudian dia mendapatkan sebuah rumah minimalis yang cukup bagus. Dia menyewa rumah itu selama setahun. Jadi rumah itu akan dia sewa selama rencananya itu berlangsung.
"Semua sudah beres, kini tinggal kamu yang menjalankan semuanya suamiku Sayang," ucap Laura dengan gelak tawanya.
Setelah itu, Laura mampir di sebuah toko roti dimana kandidatnya berada. Dia berjalan dengan anggun dan masuk dalam toko tersebut. Di dalam toko ada empat karyawan wanita tiga di bagian pelayanan dan satu di bagian kasir. Salah satu pelayan tersebut adalah Dinda gadis polos yang akan menjadi targetnya.
"Selamat sore mbak! Ada yang bisa saya bantu?" ucap Dinda pada Laura yang sedang mengamati deretan kue di balik kaca.
Laura menatap wajah Dinda lalu tersenyum ramah. "Apakah cake ini ada varian rasa yang lain? Atau hanya ini yang tersedia?" tanya Laura sembari menunjuk kue yang dia pilih.
"Kebetulan hanya tinggal varian ini. Jika mbaknya mau besok ada varian yang lebih lengkap. Mbak juga bisa memesan ingin rasa bagaimana? Kebetulan saya sendiri yang membuat kue ini," jawab Dinda sangat ramah.
Laura menganggukkan kepalanya sembari tersenyum tipis. "Tidak, kalau besok bisa kelamaan. Aku pilih yang ini saja tambah juga brownis yang paling ujung itu 2 ya."
"Baik, tunggu sebentar!" Dinda membungkus kue yang telah di pilih oleh Laura. Sedangkan Laura sendiri tak melepaskan pandangannya terhadap Dinda yang sibuk dengan kotak kue.
"Ini pesanan anda telah siap mbak," ucap Dinda sembari menyodorkan kotak kue pada Laura.
Laura menerima kotak tersebut dan menyerahkan dua lembar uang dua ratus ribuan, "Itu uangnya dan kembaliannya buat kamu saja."
Kepala Dinda mendongak mendengar ucapan Laura, "Tapi mbak, kembaliannya masih banyak."
"Tidak apa-apa, anggap saja hadiah dariku karena aku suka denganmu," seru Laura sambil berlalu pergi dari toko itu.
Dinda sedikit tak mengerti dengan maksud Laura. Setelah itu dia bekerja kembali dan menerima tip itu dengan senang hati.
Sesampainya di luar, Laura pergi dengan menaiki taksi. Senyum lebar tersungging di bibirnya. Dia merasa rencananya akan berhasil.
Tiba malam hari, Dinda ingin pulang bekerja. Dia berjalan keluar dari tempatnya bekerja. Hari ini dia pulang terlambat karena menyiapkan adonan kue yang akan dia buat besok. Biasanya dia pulang dengan naik angkot, tapi karena malam sudah larut Dinda terpaksa naik ojek.
Dinda berdiri sembari menunggu ojek online yang telah dipesannya. Namun, setengah jam menunggu ojek itu tak kunjung datang.
"Kemana sih ojek itu, lama banget. Masa iya aku jalan kaki sampai kos," gerutu Dinda cemas.
Akhirnya, dia memutuskan untuk jalan kaki sampai kos. Lima belas menit berjalan, Dinda merasa ada seseorang yang sedang mengikutinya dari belakang. Ada perasaan takut dihatinya. Lalu dia, mencoba berjalan dengan cepat. Namun tiba-tiba ada segerombolan orang yang menghadang dari depan.
"Hai manis, mau kemana malam-malam jalan sendiri hem?" ucap segerombolan orang itu.
Dinda berjalan mundur waspada dengan orang-orang itu, "Siapa kalian dan mau apa?"
"Sudahlah, kamu tidak perlu tau kami siapa? Lebih baik kamu ikuti kami sekarang, kita boleh bersenang-senang," sergah segerombolan orang itu.
"Stop jangan coba-coba mendekat. Kalau kalian berani mendekat maka aku akan teriak sekarang," seru Dinda dengan terus berjalan mundur.
Tanpa menunggu lama para preman itu langsung menarik kedua tangan Dinda dan memaksanya untuk berjalan.
"Lepas, lepaskan tanganku. Kalian mau apa? Pergi, biarkan aku pergi. Tolong, tolong!" Dinda berteriak memberontak berharap ada seseorang yang menolongnya.
"Sudah ayo jalan cepat ikuti kami. Kalau tidak akan ku bu nuh kamu cantik," ucap preman itu dengan tergelak keras.
Dinda terus berteriak meminta tolong. Namun, jalanan yang sepi tak ada satupun orang yang mendengar teriakannya. Lalu dari kejauhan tampak sebuah mobil yang akan melewati dimana Dinda berdiri. Di dalam mobil itu ada Indra yang kebetulan pulang dari kantor.
Indra melihat Dinda yang tengah ditarik paksa oleh seseorang. Lalu dengan cepat Indra segera memberhentikan mobilnya dan dia pun turun dari mobil.
"Hei, berhenti kalian! Lepaskan gadis itu!" Indra berteriak keras pada preman tersebut.
Dinda dan beberapa preman itu pun menoleh, kemudian salah satu preman menghadang dan menantang Indra, "Hei, lebih baik kamu pergi dari sini. Kalau tidak aku akan meng habisimu."
"Coba saja kalau berani," sahut Indra tanpa takut.
Setelah itu Indra berkelahi dengan para preman. Hal itu membuat Dinda takut lalu sembunyi di balik pohon. Indra terus memukuli para preman itu dan berhasil mengusirnya pergi.
"Pergi kalian, jangan pernah menampakkan lagi muka kalian dihadapanku," teriak Indra dengan keras.
Akhirnya Indra berhasil menyelamatkan Dinda dari para preman tersebut. Indra berjalan mendekati gadis itu dan menanyakan keadaannya, "Bagaimana keadaanmu? Apa ada yang terluka?"
Dinda menggelengkan kepalanya, dia masih takut dengan kejadian tadi.
"Bolehkah aku mengantarmu pulang? Aku bukan orang jahat, ini demi keselamatanmu."
Dinda berpikir sejenak. Setelah itu dia memutuskan untuk menerima tawaran Indra, "Baiklah, saya ikut dengan anda. Sebelumnya terima kasih telah menyelamatkan saya."
"Sama-sama. Silahkan masuk ke dalam mobil," sahut Indra sembari membukakan pintu untuk Dinda.
Setelah itu, Indra melajukan mobilnya menuju ke rumah Dinda. Dari kejauhan terlihat seorang wanita tersenyum senang di dalam sebuah taksi. "Semua berjalan seperti yang aku duga. Sebentar lagi kamu akan jatuh ke tanganku gadis yang malang," gumam wanita itu pelan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Rice Btamban
lanjutkan
2022-12-15
0