RYT 2

Indra memesan paket KFC untuk Dinda. Setelah memesan dia menuju ke lemari untuk memakai pakaian. Di tempat tidur, Dinda bingung harus melakukan apa. Sikap Indra yang berubah membuatnya ragu untuk melakukan sesuatu.

"Kamu tadi darimana Mas?" tanya Dinda memberanikan diri.

Indra diam belum menjawab, dia sibuk memilih pakaian. Setelah memilih, Indra membalikkan badan dan berjalan menghampiri Dinda yang duduk di atas kasur. Lalu, dia duduk di samping istri barunya itu, "Maaf membuatmu kelaparan. Tadi aku menemui seseorang untuk menyelesaikan sebuah pembayaran saja," ucap Indra berbohong.

Dinda tersenyum manis menanggapi jawaban suaminya, "Tidak apa-apa Mas, aku hanya sedikit khawatir saja di malam pertama kita kamu akan pergi ninggalin aku. Maaf dengan pikiran yang jelek ini."

Indra sedikit tersentil dengan kata-kata istrinya. Lalu, dia mencoba untuk mengalihkan pembicaraan dengan mengajak Dinda keluar dari kamar, "Kita keluar yuk, mungkin sebentar lagi makanan yang aku pesan tadi akan tiba."

Dinda mengangguk lalu turun dari kasur mengikuti Indra yang sudah keluar dari dalam kamar. Indra duduk di ruang tamu, sedangkan Dinda pergi ke dapur untuk membuatkan segelas kopi panas. Melihat sikap lembut suaminya membuat perasaan Dinda menjadi lunak kembali. Keraguan di hatinya perlahan pudar.

Selesai membuat, Dinda langsung membawa kopi itu keluar dan dia menaruhnya di atas meja. Tak lama kemudian bel rumah berbunyi. Dinda beranjak untuk membukakan pintu.

Delivery food lah yang datang mengantarkan pesanan. Dinda langsung menerima makanannya dan dia kembali masuk ke dalam rumah.

"Mas, makanannya sudah datang nih! Temani aku makan ya!" seru Dinda pada suaminya.

Indra yang mendengar mau tidak mau harus menuruti permintaan istrinya itu. Dia harus tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang suami. Meski ada niatan terselubung dalam kewajiban itu. Indra beranjak dari sofa, berjalan menuju ke meja makan.

Dinda sibuk menata piring dan membagi dua porsi KFC, satu untuknya dan satu lagi untuk Indra. "Ini Mas!" ucap Dinda sembari meletakkan piring di hadapan suaminya.

Sebenarnya Indra masih kenyang karena tadi dia sudah makan bersama dengan Laura. Jadi ini hanya untuk membuat Dinda tidak berpikiran macam-macam kepadanya.

"Besok Mas sudah berangkat kerja ya?" tanya Dinda memberanikan diri. Dia ingin memecah keheningan di meja makan itu.

Indra menoleh ke arah istrinya dengan mulut masih mengunyah makanan. Lalu, Indra menjawab, "Iya aku besok akan pergi bekerja. Memang kenapa?"

"Emm, bolehkah aku bekerja Mas?"

Indra menganggukkan kepalanya, "Boleh aku tidak melarangmu untuk bekerja. Hanya saja, setelah kamu hamil nanti berhentilah dari pekerjaanmu."

DEG!

Jantung Dinda berdegup kencang ketika Indra membicarakan tentang kehamilan. Ada rasa bahagia tersendiri dalam lubuk hatinya. Dinda hanya tersenyum manis menanggapi ungkapan suaminya itu.

"Din, apa malam ini kamu sudah siap untuk melakukan kewajiban itu?" tanya Indra dengan jelas dan membuat Dinda tersipu malu.

"Apa yang kamu tanyakan Mas? Aku sudah sah menjadi istrimu. Jadi sudah sepatutnya aku melakukan kewajiban itu," sahut Dinda malu-malu.

"Tapi kapan kamu akan ...."

CUP!

Sebuah kecupan mendarat tepat di bibir Dinda. Indra sengaja melakukannya, seakan dia tahu apa yang ingin di katakan oleh istrinya.

"Sudah makannya? Ayo kita melakukan kegiatan wajib kita!" ucap Indra dengan menatap lekat manik mata istrinya yang sedang membulat karena terkejut.

Jantung Dinda berdegup dengan sangat kencang. Ini pertama kalinya dia berciuman dengan seorang lelaki. Indra tersenyum lebar sembari menarik tangan istrinya mengajaknya masuk ke kamar.

Dinda hanya menurut saja ketika Indra menarik tangannya. Dia benar-benar sudah jatuh cinta pada lelaki yang telah berhasil mencuri hatinya itu. Sesampainya di kamar, Indra langsung mendudukkan istrinya di ranjang.

Setelah itu dia mulai membelai wajah cantik Dinda. Indra menatap lembut wajah gadis yang ada di depannya itu, 'Sangat cantik, tapi maaf aku terpaksa melakukan ini padamu,' gumamnya dalam hati.

Indra mulai menidurkan Dinda di atas kasur. Dia menatap dalam lagi wajah polos yang hanya bisa pasrah tanpa melakukan perlawanan apapun itu. Indra mengecup dahi istrinya. Lalu meminta izin sekali lagi, "Apakah kamu sudah benar-benar siap? Ini pertama untukmu, jadi aku tidak ingin membuatmu takut."

Dinda menarik nafas panjang lalu tersenyum simpul. "Aku sudah siap Mas, lakukanlah! Diri ini seutuhnya milikmu," jawab Dinda dengan menangkup wajah tampan Indra.

Setelah itu, Indra melakukan kewajiban suami istri. Indra melakukan aksinya hampir satu jam lamanya. Hingga dirinya lelah dan tertidur di samping istrinya. Dia menatap dalam wajah cantik yang ada di depannya itu. 'Dinda kenapa harus kamu yang mengalami ini? Maafkan aku, karena aku juga sangat mencintai Laura,' gumam Indra dalam hati. Seketika ada rasa menyesal yang muncul.

Akhirnya pasangan pengantin baru itu tertidur dengan lelap. Indra memejamkan mata dengan menarik tubuh Dinda dalam pelukannya.

Keesokan paginya, Dinda terbangun dari mimpinya semalam. Ketika membuka mata, posisi Indra sedang memeluk erat pinggangnya. Perlahan Dinda melepas pelukan itu, kemudian dia turun untuk membersihkan diri. Dinda merasakan sakit di bawah perutnya.

"Sssshh! Kenapa harus sesakit ini!" gumam Dinda pelan. Setelah itu dia berjalan perlahan menuju ke kamar mandi.

Sesampainya di dalam, Dinda langsung mengguyur tubuhnya. Banyak sekali tanda merah di bagian da da. Sekilas dia mengingat adegan semalam. Lalu, Dinda mencoba menyadarkan diri untuk tetap berpikir positif.

"Dinda, sekarang kamu sudah menjadi seorang istri. Jadi tugas dan kewajiban mu adalah melakukan hal itu," gumamnya pelan sembari menggosok badan dengan sabun.

Dua puluh menit kemudian, Dinda keluar dari kamar mandi. Dia keluar hanya dengan lilitan handuk di tubuhnya. Dia berjalan menuju lemari untuk mengambil baju ganti. Indra masih tertidur dan Dinda tak berani membangunkannya.

Dia berinisiatif untuk memasak sarapan pagi. Selesai memakai baju, Dinda langsung keluar dari kamar untuk menuju ke dapur. Sesampainya di dapur, dia ingin membuat nasi goreng.

Dinda menyiapkan semua bahan lalu memasaknya. Dua puluh menit kemudian, nasi gorengnya pun jadi. Dinda menyiapkan semua di atas meja. Tak lama kemudian, Indra keluar dari kamar dengan pakaian yang sudah rapi.

"Sarapan dulu Mas, aku sudah membuat nasi goreng untukmu," seru Dinda dengan wajah ceria.

"Maaf, tapi aku tidak bisa Din. Ada acara mendadak dan aku sudah telat. Lain kali saja," sahut Indra dengan terburu-buru.

Belum sempat menjawab, Indra sudah keluar dari rumah. Dinda menatap dua piring nasi goreng dihadapannya. Ada rasa kecewa dan sedih ketika usahanya tak di hargai.

'Siapa kamu sebenarnya Mas? Kenapa kamu belum menjelaskan apapun denganku?' ucap Dinda dalam hati.

Setelah itu Dinda memakan sendiri nasi goreng yang telah dibuatnya dengan perasaan yang campur aduk.

Terpopuler

Comments

Rice Btamban

Rice Btamban

lanjutkan

2022-12-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!