RYT 3

Setelah menolak sarapan dari istrinya, Indra telah masuk ke dalam mobil. Dia segera menghidupkan mobilnya lalu pergi dari rumah. Dia ingin menemui Laura di hotel, karena malam nanti istri sahnya itu akan kembali ke Jakarta.

Dalam perjalanan, Indra masih terbayang-bayang dengan aksinya tadi malam. Terbesit wajah pasrah Dinda dalam pikirannya. Lalu, Indra mencoba menyadarkan dirinya sendiri untuk tidak larut dalam perasaan yang lebih pada Dinda.

"Stop! Memikirkan hal itu Ndra, kamu hanya perlu menjalankan tugasmu saja. Jangan sampai ada perasaan apapun .untuknya," gumam Indra pelan dengan fokus menyetir.

Pagi ini Laura ingin bertemu dengan suaminya, karena malam nanti dia akan kembali ke Jakarta. Butuh waktu kurang lebih lima belas menit untuk sampai di hotel tempat menginap Laura. Sesampainya di sana, Indra langsung turun dan melihat istrinya berjalan keluar dari dalam hotel.

Laura berlari mendekat ke mobil Indra."Sayang," panggil Laura pada suaminya. Setelah itu Laura masuk ke dalam mobil.

"Cepet banget kamu sampainya sayang," seru Laura sembari memasang seatbelt.

Indra memeluk Laura dan mengecup keningnya, "Karena aku kangen sama kamu."

Laura tersenyum senang, "bagaimana kamu sudah melakukannya kan sayang?" tanya Laura penasaran.

Indra mendengus kesal, melihat Laura yang tidak masalah sama sekali. "Apa kamu tidak cemburu dengan ku? Hem?" tanya Indra.

Laura membelai wajah suaminya dengan lembut, "Aku sudah menguatkan hatiku sayang. Ini semua demi karir dan juga keturunan keluargamu juga lho."

Indra merasa cinta Laura tak sebesar rasa cintanya. Merasa terabaikan, Indra langsung menghidupkan mobil dan pergi dari tempat itu. Sepanjang perjalanan, Indra selalu diam. Pikirannya melayang membayangkan malam bersama Dinda.

Melihat itu membuat Laura heran, kemudian dia bertanya pada suaminya, "Sayang, kamu kenapa diam dari tadi?"

"Tidak ada apa-apa, aku hanya lapar saja. Tadi, sempat dibuatkan nasi goreng tapi aku menolaknya demi cepat datang kesini," jawab Indra dengan nada beda.

Laura memalingkan mukanya melihat ke arah depan, "Sepertinya dia gadis yang sangat rajin. Sayang, nasibnya akan menjadi malang," sahut Laura sinis.

Indra hanya mengabaikan jawaban sinis isterinya. Entah kenapa dia sedikit tidak suka dengan apa yang terucap dari mulut Laura. Lalu, dia melajukan kendaraannya menuju ke restoran untuk sarapan pagi bersama sebelum berjalan-jalan nanti.

Di Tempat Lain.

Dinda sedang membersihkan dapur mencuci piring kotor sisa nasi goreng tadi. Dia mulai beraktivitas seperti kebanyakan istri, seperti mencuci baju dan menyapu. Sebenarnya dia ingin masuk kerja, akan tetapi dia merasa tidak nyaman dengan daerah intinya yang masih sakit akibat pertempurannya semalam.

Tepat jam 11 siang seluruh aktivitasnya selesai. Dinda duduk di depan televisi dengan santai. Lalu, dia mencoba menghubungi ponsel Indra, namun tak ada jawaban.

"Mas Indra kenapa ya? Kok nomornya tidak aktif. Apa dia sangat sibuk? Kenapa di saat seperti ini aku meragukan cintanya? Aku merasa ada sesuatu yang disembunyikannya, tapi apa itu?" Dinda terus bergumam pelan dengan menarik nafas panjang.

Setelah itu Dinda mencoba pergi keluar rumah untuk membeli sesuatu untuk mengusir kebosanannya. Dia mengambil tas di kamar lalu segera pergi menuju ke swalayan membeli bahan-bahan membuat kue.

Dinda pergi ke swalayan dengan naik angkot. Jarak rumah dan swalayan cukup jauh. Butuh waktu 20 menit untuk sampai disana. Setelah sampai, Dinda turun dari angkot dan segera masuk ke dalam. Dia berjalan menuju ke salah satu toko yang menyediakan bahan khusus membuat kue.

Setelah mendapatkan semuanya, Dinda segera membayar kemudian keluar menuju ke tempat belanja bahan makanan. Sesampainya disana, Dinda segera memilih sayur, ikan dan juga makanan ringan untuk cemilan. Belanjaan yang banyak membuat Dinda sangat kerepotan sekali.

'Seandainya Mas Indra ada disini dan bisa membantuku pasti hati ini akan senang sekali,' gumam Dinda dalam hati.

Akhirnya, Dinda membawa barang belanjaannya dengan sangat kerepotan. Dia memutuskan untuk pulang karena semua telah dibelinya. Dinda berjalan dan berdiri di eskalator, kemudian matanya melihat sosok seseorang dari kejauhan.

Mata Dinda terus mencari bayangan tersebut, "Seperti Mas Indra, kemana tadi arahnya?" ucapnya penasaran.

Sesampainya di bawah Dinda langsung mencari seseorang yang dilihatnya tadi. Namun, orang itu sudah tidak ada. Pikiran Dinda sedang campur aduk, dia yakin kalau orang itu adalah Indra suaminya.

'Aku yakin itu tadi Mas Indra, tapi dia lagi sama siapa? Bukanya tadi dia sedang bekerja,' ucap Dinda dalam hati. Dia sangat penasaran dengan apa yang dilihatnya.

Setelah itu, Dinda kembali pulang. Sepanjang perjalanan pikirannya terganggu dengan kejadian tadi. Namun, Dinda mencoba untuk menenangkan hatinya agar tidak berpikiran buruk pada suaminya.

Dinda menarik nafas dalam lalu menghembuskan kasar, "Tenang Dinda pasti kamu sudah salah lihat tadi. Aku yakin Mas Indra sedang bekerja."

Di Tempat Lain.

"Sayang, setelah aku kembali ke Jakarta nanti jangan lupain aku loh ya," ucap Laura dengan bergelayut manja di lengan suaminya.

"Apa maksudmu? Hati ini hanya ada untukmu. Bukankah rencana ini kamu sendiri yang mengajukan! Jadi jangan berpikiran macam-macam, okey!"

"Ya aku takut saja kalau kamu ada perasaan sama gadis itu. Aku akui kalau dia cantik, alasan aku memilihnya karena dia hampir mirip denganku. Jadi kalau dia hamil nanti wajah anaknya biar ada kemiripan denganku walaupun sedikit," sahut Laura dengan semua egonya.

Indra hanya bisa menghela nafas dalam. Dia sebenarnya berat dengan ide gila istrinya itu. Tapi dia tak bisa berbuat banyak, karena rasa cintanya yang begitu dalam pada Laura.

"Sudah tidak usah berpikiran yang aneh lagi. Mending kamu cepat belanja sebelum kembali ke Jakarta. Nanti, satu Minggu aku akan kembali juga karena pekerjaanku disini hampir selesai," ujar Indra sembari memeluk Laura dengan mesra.

"Baiklah aku tunggu, tapi sebelum kamu kembali ke Jakarta pastikan dulu kalau gadis itu sudah hamil," seru Laura dengan penuh ambisi. Hal itu membuat Indra semakin bingung. Lalu mereka memasuki salah satu shop untuk berbelanja.

Sesampainya di dalam shop, Laura segera memilih baju untuk dipakainya dalam acara meet and great dalam sebuah acara. Jadi dia ingin tampil maksimal dalam acara tersebut. Melihat istrinya yang sibuk memilih membuat Indra mengaktifkan ponsel yang sengaja dia matikan. Ponsel itu khusus dia gunakan untuk menghubungi Dinda.

Setelah ponsel diaktifkan, ada dua panggilan dan tiga chat WhatsApp dari Dinda. Indra langsung membuka chat tersebut dan membaca isi pesan Dinda.

[Mas, apa kamu tadi pergi di swalayan? Soalnya kalau tidak salah aku tadi melihatmu dengan seorang wanita?]

DEG!

Jantung Indra berdegup kencang, karena Dinda melihatnya sedang bersama Laura. Lalu, Indra membalas pesan tersebut.

[Kamu pasti salah lihat Din, sejak pagi tadi aku berada di kantor. Malam ini aku pulang jam 8 malam. Siapin makan malam untukku ya!]

Indra membohongi istrinya lagi. Dia pun mencoba mengalihkan pembicaraan dengan menyuruh Dinda memasak makan malam untuknya. Setelah membalas pesan Dinda, Indra pun menghampiri Laura untuk membayar tagihan belanja di kasir.

Terpopuler

Comments

Rice Btamban

Rice Btamban

kshn Dinda

2022-12-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!