Jantungku berdegup dengan kencang ketika jam masuk kelas kembali dibunyikan. Rasanya, belum siap untuk melihat arwah Rania datang. Alhasil, kulangkahkan kaki menuju ruang kesehatan sekolah, berdalih kalau sedang tidak enak badan. Bu guru memeriksa keadaanku sebentar lalu memberiku obat dan mempersilakan aku untuk beristirahat. Sementara, hanya ini yang bisa kulakukan. Setidaknya, ada jeda waktu untuk mengondisikan mentalku sebelum bertemu lagi dengannya (Rania).
Setelah beberapa saat coba menenangkan diri, batinku tetap tidak bisa tenang. Musabab ini bukanlah penampakan biasa yang sekali muncul lalu menghilang. Melainkan, ia akan selalu datang setiap kali kelas dimulai dan aku, belum siap menghadapinya. Meski hal ini tidak bisa dihindari tapi aku, membutuhkan waktu lebih lama lagi untuk membiasakan diri. Setelah menimbang beberapa kali, kuputuskan untuk izin pulang, lebih awal. Beruntung bu guru langsung mengizinkan.
Di rumah, ibu tentu bertanya perihal aku yang pulang lebih cepat. Kujawab saja kalau para guru sedang rapat. Jawaban klise yang hingga saat ini masih manjur dan berhasil dijadikan alasan. Selepas itu, aku segera masuk ke dalam kamar. Merebahkan diri dan tak lama kemudian, aku pun terlelap.
🍁🍁🍁
Sekitar pukul tiga sore, aku terbangun. Ibu masuk ke dalam kamar guna memeriksa suhu tubuhku yang memang sama sekali tidak demam. Selanjutnya, beliau memintaku untuk mandi sebelum petang datang. Aku mengangguk seraya lekas beranjak dari ranjang. Meraih handuk lalu berjalan ke kamar mandi.
Selepas maghrib, ibu kembali memanggilku untuk makan malam bersama. Tidak ada yang aneh selama agenda makan malam tersebut. Keanehan baru terjadi ketika semua orang telah beranjak dari ruang makan. Mak Tum pun telah membereskan semuanya. Aku yang saat itu hendak buang air kecil, lekas berjalan menuju kamar mandi. Usai buang air kecil inilah, kulihat sesuatu yang mungkin, tak seharusnya kulihat. Ada beberapa orang tengah duduk di meja makan. Bukan hanya duduk tapi juga sedang makan bersama. Beberapa makanan tersaji di atas meja. Seorang laki-laki dewasa, seorang perempuan dewasa dan juga seorang gadis seusiaku sedang makan di sana. Kupikir, ada tamu yang datang dan ibu sedang menjamu mereka di ruang makan. Namun, sepersekian detik kemudian, aku ragu. Tidak biasanya seperti itu. Terlebih, kami masih baru. Belum terlalu akrab dengan para tetangga. Biasanya, ibu hanya akan menjamu tamu di ruang tamu. Jika memang mempersilakan tamu untuk makan, tetap di ruang tamu juga. Tidak sampai masuk ke dalam.
Akhirnya kuputuskan untuk menyapa mereka. Niatku sekedar berjalan sembari tersenyum dan sedikit mengangguk. Sekaligus untuk melihat wajah ketiganya. Namun, yang terjadi malah mengejutkanku. Seorang gadis yang sedang makan bersama dua orang dewasa adalah Rania. Sosok makhluk astral yang juga ada di kelas. Waktu seakan berhenti, aku mematung. Diam, membeku dalam posisiku. Sebelum kemudian terhenyak sadar ketika ketiga orang itu memandang ke arahku.
..."Aaaaaa!!!"...
Reflek, aku berteriak, berteriak sekencang yang kubisa. Sayangnya, kakiku masih kaku, tak bisa digerakkan. Sementara ketiga sosok itu mengulas senyum perlahan. Rasanya, tenagaku terkuras dengan cepat hingga akhirnya, aku pun pingsan. Tergeletak di lantai dapur dan tak tahu, apa lagi yang terjadi berikutnya?
...🍁🍁🍁...
Saat terbangun, aku telah berada di dalam kamar. Ayah, Ibu dan mak Tum juga ada. Ibu yang tak bisa menyembunyikan kekhawatirannya lekas menanyakan keadaanku. Barulah kemudian, ayah bertanya tentang apa yang terjadi hingga membuatku pingsan begini? Kukernyitkan dahi sembari coba mengingat kembali.
"Itu..."
Terbayang jelas dalam ingatan, ketiga sosok yang tadi kulihat di meja makan. Sosok yang salah satunya adalah teman tak kasat mata dalam kelasku. Entah bagaimana, ia bisa datang ke rumahku?
Sebenarnya, aku sudah pernah mendengar kalau makhluk astral seperti itu, bisa saja mengikuti manusia hingga sampai ke rumah. Hanya saja, tak pernah sekali pun kubayangkan kalau aku akan mengalaminya. Terlebih, aku bukanlah gadis yang peka akan hal ghaib sebelumnya. Rasanya benar-benar sulit dijelaskan.
"Tantri, ada apa sebenarnya?" tanya ayahku.
Kupandangi wajah ayahku sesaat sebelum kemudian, mulai bercerita. Cerita yang masih sulit ayahku percayai. Beliau menganggap kalau aku hanya berhalusinasi. Dia memang percaya kalau ada hantu di kelasku. Namun, ia menganggap kalau ketakutanku itu yang terlanjur terukir kuat dalam benakku hingga membuatku berhalusinasi di rumah. Dengan kata lain, ayah meragukan apa yang kulihat di meja makan. Sedangkan ibuku hanya diam. Aku tidak bisa memastikan antara ia percaya atau kah tidak.
Berbeda dengan ayah dan ibuku, ekspresi mak Tum terlihat sangat jelas. Meski tak ada sepatah kata pun yang ia ucapkan. Aku bisa tahu kalau sebenarnya, dia mempercayai kata-kataku. Meski demikian, sengaja kubiarkan. Aku tidak ingin membuat suasana malam kian mencekam. Kutunggu saja dulu hingga tiba waktu yang tepat. Barulah kemudian, akan kucari tahu apa yang mak Tum sembunyikan.
...🍁BERSAMBUNG🍁...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒂𝒑𝒂 𝒎𝒂𝒌 𝑻𝒖𝒎 𝒅𝒂𝒉 𝒑𝒆𝒓𝒏𝒂𝒉 𝒍𝒊𝒂𝒕 𝑹𝒂𝒏𝒊𝒂 𝒋𝒈 𝒚𝒂 🤔🤔
2024-04-12
0
yuli Wiharjo
ha masuk Terus ke Dimensi yg berbeda. bisa pingsan Aku
2023-05-15
1
Fitri wardhana
masih misteri😁
2022-12-12
2