Malam kedua di rumah baru masih sama seperti sebelumnya. Usai makan malam, satu persatu beranjak untuk tidur, aku pun begitu. Bukan hanya karena lelah melainkan juga karena besok, aku akan mulai masuk sekolah. Di sekolah yang baru tentunya. Pindah kota, pindah rumah dan tentu dibarengi dengan kepindahan sekolah juga.
...🍁🍁🍁...
SMA Negeri 3 tertulis jelas di samping gerbang sekolah baruku. SMA yang cukup difavoritkan di sini. Kulangkahkan kaki menuju ruang guru. Tidak sulit untuk menemukannya karena seperti kebanyakan sekolah lainnya, ruang guru berada di lantai dasar. Kuketuk pintunya sembari mengucapkan salam.
"Waalaikumsalam!" sebuah jawaban terdengar dari dalam.
..."Kriiett"...
Pintu kubuka lalu masuk ke dalamnya. Seorang guru perempuan membawaku ke kelas yang nantinya akan kutempati. Seperti murid baru pada umumnya. Aku diminta untuk memperkenalkan diri lalu duduk di bangku kosong yang telah disiapkan untukku.
"Baik bu, terima kasih!" ucapku seraya berjalan menuju tempat dudukku.
Setelah itu, pelajaran pun dimulai. Suasana kelas sama seperti pada umumnya. Hanya saja, saat itu kulihat, ada seorang siswi yang terlihat sedikit berbeda dari para murid yang lain. Ia duduk di baris kedua, sejajar dengan deretan tempat dudukku. Meski hanya sekilas, aku tetap tahu. Wajahnya terlihat sedikit pucat. Pikirku, dia sedang tidak enak badan. Ohya, di kelas ini, bangku dibuat sendiri-sendiri. Tidak ada meja panjang yang berisi dua kursi, semuanya sendiri.
Bu guru mengajar dengan sangat baik, terlihat dari cara para murid memperhatikan. Kecuali murid yang terlihat pucat tadi. Sesekali kulirik, gadis itu terlihat sibuk menulis sesuatu di dalam buku tulis. Hal ini tentu saja lumrah terjadi. Bahkan, di sekolah lamaku lebih banyak lagi. Bukan sekedar tidak memperhatikan guru yang sedang menerangkan. Melainkan juga asik berbincang atau malah, makan diam-diam. Begitulah segelintir keisengan di sekolah yang nantinya akan menjadi kenangan. Kuabaikan gadis tersebut seraya kembali memperhatikan bu guru yang tengah menjelaskan pelajaran.
Waktu berlalu dan kemudian, jam istirahat pun dibunyikan. Entah kenapa, mataku lekas tertuju ke arah gadis yang terlihat pucat. Rasanya, ingin sekali menghampirinya lalu mengajaknya untuk berteman. Sayangnya, begitu bunyi bel terdengar, dia lekas berdiri lalu berjalan keluar kelas. Bahkan, ketika bu guru masih belum beranjak, ia telah pergi tanpa permisi. Buku yang sedari tadi tak lepas dari tangannya pun dibiarkan terbuka begitu saja di atas meja membuatku penasaran, ingin melihat. Alhasil, kulongokkan sedikit kepalaku seraya membaca, apa yang telah ia tuliskan.
"Rania.."
Itulah yang tertulis di sana. Segera kumenduga kalau Rania adalah namanya.
"Oh, namanya Rania.." benakku.
Beberapa teman mendekatiku seraya mengajakku berkenalan dan juga mengajakku makan bersama di kantin.
"Baiklah," jawabku menyetujui ajakan.
🍁🍁🍁
Ketika bel masuk berbunyi. Rania telah kembali juga ke dalam kelas. Aku sempat berusaha mendekatinya tapi bu guru keburu datang. Alhasil kuurungkan niatku sembari menunggu jam pulang sekolah. Sayangnya, lagi-lagi Rania keluar lebih dulu dari kelas tanpa berpamitan. Aku heran, kenapa bu guru dan para teman-teman membiarkan. Bahkan, tidak ada satu pun yang memandang ke arahnya, aku mendengus seraya melirik ke bangku Rania. Coba mengintip, apa lagi yang telah ia tulis. Ternyata tidak ada, hanya Rania saja yang ia tuliskan.
"Gadis yang misterius," pikirku.
...🍁🍁🍁...
Ketika hendak keluar kelas, aku baru menyadari satu keganjilan lagi. Selain terlihat pucat, Rania juga berbeda dengan murid pada umumnya. Ia tidak membawa tas seperti yang lain. Satu-satunya buku dan alat tulis, hanyalah yang tergeletak di mejanya. Selain itu, tak ada satu pun catatan pelajaran di sana. Untuk sesaat aku menilai kalau Rania adalah anak yang nakal. Malas belajar dan juga mengerjakan tugas. Ditambah perilakunya yang tidak sopan pada bu guru yang sedang mengajar, memperkuat penilaian negatifku padanya.
...🍁🍁🍁...
Usai makan malam di rumah. Aku berbincang sebentar dengan ibu sebelum kemudian masuk ke dalam kamar. Seperti biasa, aku dan Dita saling bertukar cerita. Terlebih, ini adalah hari pertamaku masuk di sekolah baru. Yang paling membuat Dita penasaran adalah tentang cowok populer di sekolahku. Hemm.. itu selalu menjadi topik yang hangat untuk dibicarakan.
"Aku belum tahu, siapa artis (sebutan untuk cowok terpopuler) di sekolahku. Mungkin, beberapa minggu lagi, aku akan tahu," jawabku.
"Kalau begitu, siapa yang paling tampan di kelasmu?"
"Hemm.. harus kupikirkan dulu!"
"Apakah ada banyak cowok tampan di sana?"
"Em.. ada beberapa lah yang sedap di pandang."
"Siapa?"
"Ada deh.. mau tahu saja kamu."
"Haiss... kenalkan padaku! aku jomblo nih."
"Memangnya aku enggak?"
Kami berdua pun tertawa. Membahas tentang lawan jenis, memang tak ada habisnya hingga tanpa terasa, malam kian larut. Aku pun mengakhiri chat kami kemudian beranjak untuk tidur.
...🍁🍁🍁...
Keesokan harinya, aku melakukan aktivitas yang sama seperti sebelumnya, yakni pergi ke sekolah. Entah kenapa, Rania menjadi perhatianku sekarang. Ketika memasuki kelas, mataku reflek memandang ke arah bangkunya berada. Hanya ingin memastikan, apakah hari ini, dia ada? ternyata iya, Rania telah duduk di kursinya dengan tenang. Bahkan sangat tenang, tanpa bersuara sedikit pun. Sekedar berbincang dengan teman-teman pun, juga tidak.
"Mungkinkah dia murid baru, sama sepertiku? tapi.. rajin juga sih, jam berapa dia datang tadi?" tanyaku di dalam hati.
"Jika benar dia murid baru sepertiku, wajar kalau dia masih canggung untuk berbincang dengan teman yang lain."
Tak lama kemudian, guru datang.
...🍁🍁🍁...
Sepertinya, perhatianku kepada Rania mulai berlebihan hingga mengganggu konsentrasi belajarku. Hal ini bukan tanpa alasan karena memang, sikap Rania begitu tak biasa. Sangat diam dan wajahnya masih terlihat pucat. Tidak menghargai guru dan seolah mengabaikan semua hal yang ada di sekitar. Aku menjadi kian penasaran. Bulat tekadku untuk mengajaknya berbincang pada jam istirahat.
...🍁🍁🍁...
Para murid bersorak ketika bel istirahat dibunyikan. Segera kusimpan buku dan pena milikku lalu bergegas menghampiri Rania. Namun, aku malah tertegun diam. Mematung pada posisiku ketika kulihat beberapa murid yang berjalan menembus tubuh Rania. Rania sendiri tetap melangkah meski tubuhnya ditembus beberapa kali.
...Dem......
Entah bagaimana menjelaskannya, aku terperangah.
"Rania hantu? yang kulihat selama ini.. hantu..?"
Setelah Rania keluar dari kelas, barulah aku tersadar. Terduduk seketika seiring tubuh yang mulai gemetar. Sepersekian detik kemudian, mataku kembali tertuju pada sebuh buku di atas meja Rania. Entah keberanian dari mana, aku malah menghampirinya. Memandanginya sesaat sebelum kemudian kubuka, lembar demi lembar.
...🍁 BERSAMBUNG 🍁...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒂𝒘𝒂𝒍 𝒚𝒈 𝒎𝒆𝒏𝒂𝒓𝒊𝒌
2024-04-12
0
yuli Wiharjo
yg dikamar Rania juga lah thor, aku singgah nih Thor
2023-05-15
0
Oktha Syaputra Perdana
wow hantuhhh
2023-02-02
1