TAHUN 1989

Suasana tiba-tiba berubah ketika kusentuh buku tulis milik Rania. Kuedarkan pandangan ke segala arah. Memang benar, itu ruang kelasku. Hanya saja, nuansanya jauh berbeda. Butuh beberapa detik untuk mengamati sekitar.

"Kenapa tiba-tiba berubah?" gumamku sembari terus kuedarkan pandangan.

"Benar-benar kelasku kan? atau.. di mana sih ini? bentar.. ini.. kenapa? ada apa?"

Aku mulai sedikit panik tapi, tetap kucoba untuk mengendalikan diri. Beberapa kali kutarik napas lalu kuembuskan kembali.

"Tenang Tantri, tenang!" ucapku pada diriku sendiri.

Beberapa saat kemudian, kembali kuamati.

Meja, kursi dan papan tulis, semua berbeda. Papan tulis yang semula menggunakan spidol ( white board \= papan tulis putih ) berubah menjadi papan tulis hitam khusus untuk kapur. Kulangkahkan kakiku seraya kusentuh papan tulis tersebut.

"Nyata, papan tulis ini bisa kusentuh."

Bagian-bagian lain pun juga kuraba. Solid, semuanya nyata, yang aneh dari itu semua adalah, ada sebuah tulisan di sisi kanan papan tulis hitam. Sebuah tulisan yang lekas membuatku bertanya-tanya.

"Mei 1989, maksudnya bulan mei tahun 1989 kan? tapi kok 1989 sih? harusnya kan.. Apa aku.."

...Deg.....

Mataku membulat ketika sebuah lonceng dibunyikan.

..."Teng.. teng.. teng.. teng.."...

Suara lonceng terdengar dan tak lama kemudian, para murid masuk ke dalam kelas.

"Oh.. ini sama seperti bunyi bel sekolah saat aku masih duduk di bangku Sekolah Dasar dulu," benakku.

Satu persatu murid, masuk lalu duduk di kursi masing-masing. Sementara aku, masih berdiri dalam posisiku. Memandang ke arah para murid yang kini mulai mengambil buku dari dalam tas dan kemudian, Rania masuk ke dalam kelas.

...Deg.....

"Rania.. kenapa dia juga ada?"

"Kenapa ini? kenapa bisa ada Rania dan aku.. aku.."

Aku baru menyadari kalau semua murid di kelas itu, tidak bisa melihat keberadaanku.

"Apa yang terjadi? kenapa mereka tidak bisa melihatku? apa aku.. apa aku sudah mati? enggak-enggak, pikiranku sedang kacau sekarang."

Tak lama kemudian, seorang guru masuk dan dimulailah kegiatan belajar mengajar. Demi meyakinkan diri, kucoba menyentuh lengan Rania, sayangnya sentuhanku malah menembus tangannya.

...Deg.....

Mataku membulat seketika seiring kacaunya pikiran. Tak berhenti di sana. Kembali kulakukan percobaan ke dua, ke tiga, ke empat hingga semua murid, coba kusentuh tapi gagal. Reflek, pikiranku langsung menjurus pada satu kemungkinan yakni, aku sudah meninggal. Untuk sesaat, aku kalud. Nyaris tak bisa mengendalikan diri hingga saat kupandang kembali papan tulis bertuliskan tahun 1989 tadi.

"Ah benar, aku pasti sedang bermimpi kembali ke tahun 1989. Baiklah, tenang Tantri tenang! kamu hanya perlu mencari cara untuk bangun tapi, bagaimana ya?"

Aku benar-benar bingung, mondar mandiri ke sana dan ke mari. Keluar masuk kelas beberapa kali. Terduduk di lorong kelas lalu kembali masuk ke dalam. Aku bingung, benar-benar bingung.

"Bagaimana ini? apa yang harus aku lakukan?"

Sepersekian detik kemudian, aku tersadar. Mataku mengedar ke segala arah lalu terfokus kembali ke buku tulis milik Rania.

...Deg.....

"Aku mengerti," gumamku seraya beringsut mundur.

Waktu seakan kembali berputar. Mengembalikan semuanya pada posisi yang benar. Semua hal kembali seperti semula dan aku pun telah kembali ke kelasku. Kuraih ponsel seraya mengamati seisi kelas. Secepat kilat kuberlari keluar, mengamati semuanya sembari berharap kalau aku benar-benar telah tersadar. Tak henti-hentinya syukur terucap saat kuyakin kalau semuanya, baik-baik saja.

"Syukurlah, alhamdulillah! ini benar, aku sungguh sudah pulang. Jadi, yang tadi itu.. mimpi atau bukan?" tanyaku pada diri sendiri.

Perlahan kulangkahkan kaki lalu duduk di tepi lapangan. Sengaja mencari keramaian sembari mencerna sedikit demi sedikit keanehan yang baru saja terjadi. Butuh lima belas menit lamanya untuk membuat diriku kembali tenang dan yakin kalau Rania memang, bukanlah manusia.

"Rania, arwah penasaran kah?" lantas, bangku siapa yang selama dua hari ini Rania tempati? Itu bukan ilusi, bangku itu sungguh ada. Aku dan murid yang lain bisa menyentuhnya."

Sepersekian detik kemudian, aku teringat.

"Dika, itu pasti bangku Dika. Dua hari ini, dia tidak masuk sekolah. Benar, itu bangku milik Dika sekaligus bangku milik Rania saat Rania masih sekolah di sini pada tahun 1989 dulu."

...Deg.....

"Masuk akal, sudah jelas sekarang," gumamku yang mulai memahami keadaan.

...🍁 BERSAMBUNG 🍁...

Terpopuler

Comments

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

𝒂𝒑𝒂 𝑻𝒂𝒏𝒕𝒓𝒊 𝒂𝒏𝒂𝒌 𝒊𝒏𝒅𝒊𝒈𝒐 𝒚𝒂 🤔🤔

2024-04-12

0

yuli Wiharjo

yuli Wiharjo

Ahh aku masih umur 6 tahun itu Thor,,,ngomong ngomong tantri dikasih penglihatan ya

2023-05-15

0

Sinta anti

Sinta anti

tahun 1989 aq blm lahir itu msih ada di alam lain..

2023-02-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!