RAHASIA RANIA [ END ]
..."Ceklek.. Ceklekk.. Kriiieeettt..."...
Bunyi pintu rumah dibuka. Rumah lama yang telah direnovasi sedemikian rupa oleh ayahku. Kesan pertama yang kurasakan adalah senang sebab, rumah baru kami sedikit lebih besar dari pada rumah yang sebelumnya. Belum lagi, halaman depan dan halaman belakang yang menambah kesan luas. Maklum saja, dulu kami tinggal di ibukota dan sekarang, kami tinggal di desa. Tentu harga lahan dan rumah jauh berbeda sehingga kami, dapat memiliki rumah yang lebih luas.
Kepindahan kami kali ini dikarenakan pengangkatan ayah menjadi kepala area baru di kabupaten ini. Pabrik tempatnya bekerja, membuka pabrik baru di sini. Ayah lah yang diberi tanggungjawab untuk mengelolanya. Lebih jelasnya, aku sendiri masih kurang mengerti.
Kami akan tinggal berempat nantinya. Ayahku, ibuku, aku dan juga mak Tum (asisten rumah tangga kami). Mak Tum sudah lama ikut bersama kami. Sejak beliau masih gadis, beliau sudah ikut dengan nenekku. Setelah nenekku meninggal, beliau ikut ibuku. Hubungan kerja yang lama inilah yang membuat keluargaku dan juga keluarga mak Tum begitu dekat. Sudah seperti keluarga sendiri.
"Tantri mau kamar yang mana?" tanya ayahku.
Kumasuki satu persatu kamar yang ada di sana lalu kupilihlah satu kamar yang terletak di sisi kanan. Dengan begitu, ayah dan ibuku menempati kamar di seberang kamarku. Sedangkan letak kamar mak Tum, tidak jauh dari dapur. Selain tiga kamar itu, masih ada satu kamar lagi yang belum diputuskan akan digunakan untuk apa. Yakni kamar yang berada di sebelah kamarku tepat. Sementara ini, sengaja dibiarkan kosong dengan tetap dijaga kebersihannya.
Agenda selanjutnya adalah kegiatan yang sangat melelahkan. Apalagi kalau bukan menurunkan semua barang-barang lalu menatanya sedemikian rupa sekaligus membersihkannya. Aku sendiri, lebih fokus pada kamarku. Setelah ranjang, kasur, lemari dan meja dimasukkan. Selanjutnya, aku berkutat dengan tumpukan barang-barang milikku. Sementara ayah, ibu, mak Tum dan dua orang yang ayah sewa jasanya, sibuk membereskan keseluruhan barang hingga tanpa terasa, sudah pukul satu siang. Ayah menghentikan kegiatan berbenah lalu mengajak semuanya untuk makan siang bersama. Beberapa makanan telah ia pesan melalui jasa pesan makanan online yang kini, telah disajikan oleh mak Tum di ruang tamu.
"Silahkan! silahkan dimakan! jangan sungkan!" ucap ayah mempersilahkan.
"Tantri ke kamar mandi dulu bu!" jawabku ketika ibu memanggilku untuk lekas bergabung.
"Oh ya sudah," jawab ibu.
Aku berjalan menuju kamar mandi lalu masuk ke dalam. Tidak lama kemudian, kembali keluar. Di luar, sudah ada salah seorang pekerja yang ayah sewa untuk membantu proses pindahan. Sedikit terkejut karena ketika kubuka pintu, dia telah berdiri di sana. Yang kulakukan selanjutnya adalah mengulas senyum sembari sedikit menundukkan kepala isyarat mempersilakan ia untuk masuk. Bapak itu mengulas segaris senyum seraya berjalan masuk ke dalam kamar mandi. Sementara aku, kembali ke ruang tamu untuk makan siang.
"Dem.."
Rasanya, dadaku dihantam sesuatu saking terkejutnya ketika kudapati bapak yang beberapa saat lalu masuk ke dalam kamar mandi, ternyata sedang duduk, makan bersama dengan ayah dan ibuku di ruang tamu.
"Loh kok.. itu.. yang di kamar mandi tadi?"
Otakku dipenuhi tanda tanya. Namun, rasa penasaran mengalahkan semuanya. Alhasil, kembali kulangkahkan kaki menuju kamar mandi untuk memeriksa.
"Dag.. dig.. dug.."
Suara detak jantungku, seiring batin yang mulai menebak.
"Kira-kira, beneran ada orang gak ya di kamar mandi?"
Pintu kamar mandi tertutup rapat ketika aku tiba. Seolah mendukung kengerian yang ada. Tak ada pilihan selain mengetuknya lalu sedikit mendorong pintu agar tahu, terkunci ataukah tidak.
..."Tok.. Tok.. Tok.. Dukk."...
Mataku membulat seiring tahu kalau pintu terkunci dari dalam.
..."Tok.. Tok.. Tok.."...
Tidak ada tanggapan dari dalam.
..."Tok.. Tok.. Tok.."...
Masih dalam keheningan yang sama.
..."Tok.. Tok.."...
"Siapa di dalam?"
Kuberanikan diri untuk bertanya. Namun, lagi-lagi tak ada jawaban hingga kemudian, pintu kembali kuketuk dan tanpa kuduga, terbuka dengan sendirinya.
..."Kleekk"...
Kunci seolah terbuka seiring pintu yang bergerak. Tubuhku mematung diam seperti menanti, apakah ada yang akan keluar setelah ini? batinku yang terlanjur penasaran, memilih untuk mengintip yang mana ternyata, tak ada siapa pun di dalam.
...Deg.....
Tubuhku kembali mematung untuk beberapa saat sebelum kemudian bergidik ngeri ketika embusan angin yang entah dari mana datangnya, menerpa kulit tanganku. Dingin, itu yang kurasa sekaligus menyadarkan diri untuk lekas beranjak pergi.
Kulangkahkan kaki yang tadinya pelan menjadi larian kecil. Jantungku berdegup tak beraturan seiring bulir keringat yang berjatuhan. Di ruang tamu, ibu tersenyum padaku seraya mengayunkan tangan agar aku mendekat.
"Ayo makan!" ajaknya.
Aku mengangguk sembari sesekali melirik ke arah pekerja yang tadi kulihat di kamar mandi.
"Ada apa ini? apakah hanya halusinasi?" tanyaku di dalam hati.
"Makan yang banyak Tantri!" pinta ibuku.
"Iya buk," jawabku.
Selesai makan siang, kegiatan berbenah rumah masih dilanjutkan. Baru berhenti ketika sore menjelang. Para pekerja yang bapak sewa, pamit pulang. Tinggallah kami berempat di rumah.
"Ayo! siapa yang mau mandi duluan?" tanya ayah.
Aku lekas berseru sebab tak ingin menjadi urutan terakhir untuk mandi. Terlebih setelah melihat sesuatu yang sulit untuk dinalar. Hingga detik ini pun, separuh hatiku masih ragu. Antara benar ada penampakan ataukah hanya halusinasiku? entah mana yang benar, aku tetap tidak ingin mandi ketika maghrib datang. Selepas isya, kami memilih untuk beristirahat sebab badan yang kelelahan. Memulihkan energi untuk melanjutkan berbenah rumah pada esok hari. Beruntungnya tak terjadi apa pun hingga pagi.
...🍁🍁🍁...
Keesokan harinya, agenda berbenah kembali dilanjutkan. Kegiatan ini masih akan berlanjut di hari-hari berikutnya. Yang terpenting, barang-barang yang berukuran besar telah masuk ke dalam rumah dan telah ditata semuanya. Selebihnya bisa ditata perlahan di setiap harinya. Di tengah kegiatan berbenah, Aku berjalan, menghampiri mak Tum di dapur seraya membantunya untuk membuat camilan dan juga es jeruk nan segar. Setelah itu, aku masuk ke dalam kamar untuk tidur siang. Baru sebentar menutup mata, Dita (sahabatku) menghubungiku. Kuraih ponselku seraya membaca nama yang tertera di layar lalu mengangkatnya.
"Hallo! ada apa Dit?" tanyaku dalam sambungan telepon.
"VC (Video Call) Tan!" pinta Dita seraya lekas merubah sambungan telepon biasa menjadi video call.
"Apa Dit?"
"Pengen tahu rumah barumu kayak apa."
"Hais, ya biasa aja Dita, kayak rumah-rumah lainnya. Dikira rumahku rumah sultan apa? sampai minta room tour segala."
Dita cekikikan.
"Puterin kek kameranya! pengen lihat kamarmu."
Aku menurut seraya lekas kuedarkan kamera ponselku ke sekeliling kamar.
"Puas?"
"Wah lebih nyaman kayaknya Tan."
"Hemm.. iya sih, namanya juga suasana baru, pasti feelnya juga beda."
"Liburan sekolah nanti, aku main ya ke rumahmu?"
"Emang boleh?"
"Boleh, nanti kan bisa VC ibuku pas udah sampai di rumahmu."
"Kita beda kota loh sekarang. Tiga jam perjalanan kereta untuk sampai ke sini."
"Gak masalah, selama sama kamu sih, ortuku aman-aman saja. Ortu kita juga sudah saling kenal."
"Okelah kalau begitu, kangen juga sama kamu."
"Uuuwww... eh.."
Dita terlihat memicingkan pandangannya ketika melihat seorang gadis lain berada di kamarku. Gadis yang semula sekedar lewat di belakangku tiba-tiba mengintip, nongol masuk ke frame kamera ponselku lalu lekas menghindar lagi. Ia lakukan beberapa kali. Seperti orang yang iseng mengajak mainan ciluk bha ketika zaman masih kecil. Setidaknya, itu yang ia katakan. Meski menurutku, dia hanya berhayal karena jelas, aku sendirian di kamar.
"Tan, lagi sama siapa kamu? ada saudara yang lagi menginap kah?" tanya Dita saat itu.
"Ada."
"Cewek?"
"Iya."
"Siapa dia?"
"Mak Tum haha!" jawabku disusul tawa.
"Hemm.. mak Tun sih emang tinggal di situ. Maksudku ada cewek lain gak selain kamu, mak Tum dan ibumu?"
"Kenapa sih Dit? aneh banget kamu."
"Aku lihat ada cewek loh di situ. Masih muda seusia kita, rambutnya sebahu Tan."
...Deg .....
"Mana? halu ya kamu? haha."
Kutanggapi ucapan Dita dengan candaan.
Sementara Dita terlihat masih bertanya-tanya. Berulang kali berusaha meyakinkan kalau benar, ada orang lain di kamarku. Aku yang sudah mengantuk berat memilih untuk tidak menggubris seraya berpamitan untuk mengakhiri sambungan video call kami.
"Ya sudah kalau begitu, dilanjut WA (WhatsApp) saja nanti!"
"Iya Dit, assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam!"
Kuletakkan ponsel di nakas seraya kembali memejamkan mata.
...🍁🍁🍁...
Sekitar pukul tiga siang, aku terbangun. Masih berguling-guling di kasur sembari membuka dan menutup aplikasi dalam ponselku. Barulah setelah itu, kuteringat pada apa yang Dita katakan.
"Seorang gadis? ada gadis lain di kamarku? bentar, kok terdengar janggal ya? apa Dita sengaja mengerjaiku? dari ekspresi wajahnya sih, sepertinya enggak."
Netraku berpendar, memandang ke sekeliling ruanga. Melihat setiap detil barang. Namun, tak ada apa pun yang mencurigakan dan sangatlah jelas kalau hanya ada aku seorang. Tak ingin berpikir macam-macam, aku memilih untuk bangkit lalu berjalan ke kamar mandi guna membersihkan diri.
Ketika hendak masuk ke dalam kamar mandi. Kulihat seklebat sosok yang terlihat persis sama seperti yang Dita gambarkan. Seorang gadis setinggi diriku dan memiliki rambut sepanjang bahu. Kelebatan itu begitu cepat. Berjalan dari arah dapur menuju ruang tengah. Anehnya, aku yang seharusnya takut malah hanya berdiri diam lalu berjalan santai masuk ke dalam. Aku sadar kalau itu tidaklah wajar tapi batinku menganggap, itu sebagai hal yang lumrah dan biasa.
...🍁 BERSAMBUNG🍁...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
yuli Wiharjo
baru bab pertama loh thor gangguannya udh begitu. jd parno lok dikamar sendiri
2023-05-15
1
maharastra
mampir kk,,,lnjt
2022-12-09
1
Mia Roses
tantri keren ga ada takutnya..
2022-12-08
3