Chapter 5

Dering ponsel mengalihkan tatapan gadis berparas cantik itu dari mesin fotocopy dan lembaran-lembaran di hadapannya. Adella mengernyit manakala melihat nomor tidak dikenal yang menghubunginya. Setelah mempertimbangkan sejenak Adella akhirnya menerima panggilan tersebut.

“Halo”

“Apakah kau masih ingat dengan hutang mu tempo hari?” Deg! Adella memaku di tempat,pasalnya sudah empat hari pria ini tidak menghubunginya atau mendatanginya semenjak kejadian di depan kantor polisi lalu.

“I-iya!” Ucap Adella terbata-bata

“Bagus. Saya sudah menghitung semua hutangmu”

Kaki Adella lemas seketika, bahkan kertas-kertas yang baru keluar dari mesin fotocopy tak dihiraukannya, sampai kertas kertas tersebut berhamburan keluar dan berceceran di lantai.

“Buka pesan di ponselmu, sudah saya kirimkan invoice jumlah hutang yang harus kau bayar.”

Tut!! Revan mengakhiri panggilannya sepihak. Adella mematung, pikirannya melayang kemana-mana. Dengan tangan gemetar dan bibirnya yang tak henti hentinya merapalkan doa, Adella akhirnya membuka pesan tersebut.

+6285761******

DAFTAR HUTANG

Harga Hndphone X keluaran terbaru dan limited edition, hanya ada dua di dunia \= Rp 38.999.999.

Harga satu setelan tuxedo dengan merek terkenal \= Rp 12.499.000

Karena kau merusak tuxedo ku sebanyak 2x maka harga tersebut di kalikan 2 \= Rp 12.499.000 x 2 \= Rp 24.9980.000.

Jadi total keseluruhan hutang \= Rp 63.997.999.Di tambah bunga sebesar 2%.

Seketika tubuh Adella berasa tak bertulang. Ia terduduk lemas bersandarkan mesin fotocopy. Adella meratapi nasibnya, ia harus mencari kemana uang sebanyak itu? Meminta ke orang tua nya? Jelas tidak mungkin, orang tua Adella sudah menanggung banyak beban untuk membiayai kuliahnya.

Kerja part time? Mau kerja seumur hidup pun, tidak akan cukup untuk membayar hutangnya. Lagipula selama ini uang dari hasil kerja part timenya ia gunakan untuk membayar kursus, kalau uangnya di gunakan untuk membayar hutang, lantas bagaimana dengan nasib kursusnya?

Sungguh Adella tak habis pikir, Apa mata pria itu buta? Bisa-bisanya ia memeras mahasiswa sepertinya. Bukankah ia orang kaya? Kenapa pula ia mempermasalahkan handphone dan tuxedonya yang rusak.

Adella sudah tidak tahan lagi, pria itu sudah keterlaluan memerasnya seperti ini. Adella menelponnya, tapi hingga suara operator berbunyi, panggilannya tak kunjung di jawab.

Panggilan kedua, ketiga juga bernasib sama. Tiba tiba terlintas ide cemerlang di kepalanya, senyumnya merekah mengingat rencananya ini akan berhasil.

***********

Revan melihat kepulauan yang di kelilingi lautan yang membentang luas dari jendela pesawat.

Ia mendadak mendapat telvon dari General Manager perusahaannya yang di China. Ia kira masalahnya ringan dan bisa di selesaikan melalui email, tetapi baru saja General Managernyamemberikan kabar bahwa masalah terhadap para karyawan yang menuntut untuk peningkatan upah kerja, tidak dapat di selesaikan sendiri olehnya dan akhirnya Revan memilih untuk turun tangan.

“Permisi tuan, apa anda membutuhkan sesuatu? Apa tingkat suhu udara di pesawat ini sudah sesuai dengan tuan?” Tanya salah satu pramugari di pesawat itu, karena ini adalah pesawat pribadi Revan, maka para pramugari hanya akan melayani Revan.

“Aku ingin satu Americano,bawakan ke ruang kerjaku.”

“Baik,tuan”

Pramugari tersebut tersenyum kemudian menundukkan kepalanya hormat.

Revan bergegas ke ruang kerjanya, karena ada beberapa berkas yang perlu ia pelajari untuk menyelesaikan permasalahan dikantor cabangnya nanti.

Ruangan yang ada di kabin Pesawat Embraer Legacy 600 miliknya ini memang sengaja ia rancang sendiri, ia mendesign sesuai keinginan dan kenyamanannya.

Mulai dari Kamar tidur yang berisikan tempat tidur ukuran king size, juga perabotan perabotan mewah khas hotel berbintang, Ruang kerja yang di lengkapi pernak pernik khas ruang kerja kantor pada umumnya, juga ada ruang bersantai yang terdapat sofa empuk dan televisi 32 inc yang menambah kesan mewah pada ruang santai tersebut.

Revan hanya menyediakan satu kamar tidur, karena hanya ia yang memakai pesawat ini, orang tuanya memiliki pesawat pribadi masing-masing meski Mama nya lebih sering ikut bersama Papanya di pesawat pribadi milik Papanya.

Revan bahagia memiliki orang tua yang lengkap dan harmonis, Mama nya selalu menatap Papanya dengan tatapan penuh cinta dan memuja, begitupun dengan Papa nya.

Akan tetapi keharmonisan dan keromantisan Orang tuanya tidak membuat Revan ingin segera menikah dan hidup dengan satu wanita seumur hidupnya.

Bagi Revan,ia tidak bisa hanya stuck pada satu wanita, memiliki hubungan serius dengan wanita pun sampai sekarang tidak pernah sama sekali, dan itu tidak ada dalam list hidup Revan, yang terpenting adalah setiap malam ia tidak pernah kekurangan wanita.

Sudah tiga hari sejak Revan mengirimi list hutangnya, Adella sudah tidak di pusingkan dengan pria gila itu, hal ini membuat Adella lega dan mengabaikan perihal hutangnya.

Adella memang sengaja menonaktifkan handpone nya untuk menghindari pria itu dan besok ia berencana untuk mengganti nomor ponselnya. Dengan ini pria gila itu tidak bisa menghubungi atau berkomunikasi dengannya, dengan kata lain, Adella memutus komunikasi diantara mereka, karena antara keduanya hanya akan bisa berhubungan melalui telepon.

Pria itu pun tidak tahu tentang Adella, alamat rumah, kampusnya, bahkan namanya pun tidak tahu. Sehingga Adella mengira ia akan bebas dari jeratan pria gila dan hutang sialan itu.

Namun, ketenangan Adella tidak berlangsung lama, pasalnya sepasang matanya melihat sosok yang di hindarinya selama ini.

Setiap Adella akan terlelap, maka bayangan akan hutangnya dan pria kaya gila itu akan selalu muncul dan mengacaukan rencana tidurnya.

Selama itu pula jam tidurnya berkurang dan mengakibatkan lingkaran hitam di bawah matanya membesar.

Adella tampak menakutkan kalau saja tidak ia lapisi mata pandanya itu dengan conselear yang sangat tebal.

Dan kini pria yang menghancurkan tidurnya itu berjalan memasuki lobi dengan santainya, wajahnya yang tampan dan tubuhnya yang atletis di selimuti dengan setelan tuxedo, membuatnya menjadi sesuatu yang tak bisa di lewatkan begitu saja. Adella menelan ludahnya gugup.

Tapi dengan cepat ia mengenyahkan pikiran kotornya, Adella tercengang ketika sadar bahwa pria itu kemari untuk menagih hutang kepadanya, mungkin karena beberapa hari ini Adella tidak bisa di hubungi dan mengira Adella akan lari dari hutangnya, tapi memang seperti itu faktanya. Buru buru Adella menarik lengan pria itu sebelum berhasil memasuki lift dan membawanya ke gudang tempat peralatan kebersihan yang biasa di pakai para OB.

“Kau?” Revan membulatkan matanya terkejut.

“Apa yang kau lakukan disini? Aku tahu aku punya hutang denganmu, tapi tidak kau tagih begini juga. Aku disini hanya mahasiswa magang, apa kata orang kalau ada rentenir menagih hutang kepadaku?”

Adella mendesis sambil mencengkram lengan tuxedo Revan. Tidak ada bahasa formal, Adella malas menanggapi pria seperti ini dengan sopan, lagipula mereka sudah sepakat untuk tidak menyelesaikannya di jalur hukum, dengan kosekuensi Adella harus membayar hutangnya.

“Kau? Mahasiswa magang? Disini?”

“Iya. Maka dari itu kau jangan kesini lagi. Aku akan bayar hutangku, tapi jangan kau datangi aku di kantor seperti ini, apalagi di rumah. Astaga, orang tuaku bisa mati mendadak kalau tahu ini.”

Revan menarik kedua sudut bibirnya, bukan untuk tersenyum, tapi lebih tepatnya menyeringai, seringaian yang Adella lihat dulu waktu Revan menariknya ke kantor polisi.

“Bagaimana kalau aku tidak setuju dengan tawaranmu itu?”

Sial! Adella mendesis.

“Aku tidak sedang berkompromi, tuan muda yang terhormat. Sekarang cepat kau keluar dari sini. Jangan pernah temui aku lagi. Nanti kalau aku sudah ada uangnya, aku akan menghubungimu”

Adella menyeret keluar Revan, tanpa menghiraukan tatapan seluruh penghuni lobby yang membulatkan mata melihat mereka, atau lebih tepatnya melihat Adella yang menyeret-nyeret bos besarnya.

Terlihat reseptionist yang sedang duduk manis memoles bedak ke wajahnya, spontan berdiri melihat boss nya melewati depan meja informasi yang di seret-seret oleh wanita. Dia seperti ingin mengucapkan sesuatu, tapi di urungkannya.

Setelah memastikan bahwa pria itu keluar dari kantornya, Adella bergegas kembali masuk. Di sepanjang perjalanannya menuju meja kerjanya, seluruh karyawan menatapnya dengan tatapan heran, menganga dan marah. Adella mengumpat dalam hati, ia malu, gara gara pria gila itu yang seenaknya datang ke kantornya untuk menagih hutang dan menyebabkan ia jadi bahan perhatian seperti ini.

Adella baru ingat kalau ia tadi turun karena di suruh menemui bagian resepsionist, untuk menanyakan perihal kedatangan CEO dari kantor pusat yang akan melakukan rapat bersama dengan dewan direksi dan kepala bagian. Mbak mbak resepsionis mengatakan dengan acuh bahwa meetingnya akan di mulai 30 menit lagi. Adella menggeleng melihat kelakuan karyawan-karyawan disini.

Terpopuler

Comments

Laura

Laura

Ngakak bgt CEO nya di seret2😭

2022-12-29

0

Laura

Laura

Ada ajaaa idenya

2022-12-29

0

Laura

Laura

Pesawat pribadi dong

2022-12-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!