Hari beranjak sore ketika Adellah selesai dengan kelas kursus terakhirnya, ia bergegas menuju cafetaria di gedung ini untuk membeli secangkir kopi, hari ini ia sungguh lelah dan membutuhkan kafein untuk tetap membuatnya terjaga.
Setelah mendapatkan secangkir kopi, Adella mengedarkan pandangan ke penjuru kantin untuk mencari tempat duduk, Adella melihat meja kosong di tepi kaca, segera saja Adella mengahampiri meja tersebut. Dari arah yang berlawanan terlihat seorang pria sedang sibuk berbicara dengan sesorang melalui handphone nya, ia berjalan dengan tergesa gesa, sampai Adella merasa tubuhnya di tabrak oleh seseorang dan cangkir kopinya menabrak dada orang tersebut.
Satu detik,
Dua detik,
Tiga detk,
Sepuluh detik,
Keduanya masih sibuk mencerna apa yang terjadi .Hingga akhirnya suara khas barithon memecahkan keheningan.
“Kamu?”. Adella seketika mendongak,merasa familiar dengan suara barithon tersebut. Detik itu juga ia membulatkan matanya terkejut.
“Kita bertemu lagi ya, Nona?” Ucap pria tersebut sambil menampilkan seringaian di bibirnya.
Merasa sirine tanda bahaya, Adella buru-buru melangkah pergi meninggalkan pria tersebut, ia tak mau harinya semakin terasa melelahkan dan menyebalkan karena kehadiran pria tersebut.Tapi belum dua langkah ia beranjak, lengan kekar sesorang menariknya kembali.
“Setelah kamu mencuri handphone saya, menyiram muka saya dengan secangkir coklat panas, dan kini menyiram bajuku dengan secangkir kopi, kamu mau pergi begitu saja?” Seringaian memuakkan tadi berganti dengan rahang yang mengetat dan tatapannya yang tajam.Adella menyiut takut,tapi cepat cepat di ubahnya ekspresi nya menjadi menantang dan tatapan yang tajam pula,ia tak mau terlihat takut,meski sekarang kakinya terasa lemas.
“Jaga bicara anda ya, saya tidak pernah mencuri handphone anda, harus berapa kali saya katakan?”
“Lalu saya harus percaya begitu saja dengan pencuri sepertimu, begitu?”
“Terserah,maaf saya sibuk” Adella menghentakkan tangan nya, tapi sia sia, tangan kekar Revan mencengkeram erat pergelangan tangganya.
“Ikut saya” Revan menarik Adella menuju sebuah lift dan membawanya turun, melewati lobby, lalu menuju parkiran. Adella meronta ronta meminta untuk di lepaskan, tapi apalah daya, kekuatan gadis mungil sepertinya tidak sebanding dengan Revan yang jika dilihat sekali saja sudah terlihat lengan kekarnya yang berotot, di tambah perut sixpacknya terlihat dibalik kemejanya yang menutupi tubuh berototnya dengan sempurna.
Adella hanya diam sambil mengikuti langkah Revan, karena percuma saja ia meronta untuk di lepaskan, yang ada hanya akan menambah sakit pada pergelangan tangannya. Sampai langkah nya berhenti di depan mobil AUDI hitam, Revan membuka pintu penumpang dan mendorong Adella masuk. Ia menutup pintu dan menguncinya agar Adella tak bisa kabur lagi. Setelahnya ia memutari mobil menuju ke kursi kemudi.
“Apa yang kau lakukan?” Adella berteriak ke Revan setelah Revan menduduki kursi kemudi dan mengunci pintu kembali.
“Kesabaran ku sudah habis,nona”
“Sudah aku bilang, aku tidak mengambil handphone mu. Cepat keluarkan aku”
“Tidak semudah itu, nona” Sebuah seringaian kembali terbit, entah kenapa Adella merasa muak dengan seringaian itu.
“Sudah cukup. Kamu pikir aku apa, bisa seenaknya kau perlakukan sesuka hatimu. Aku juga punya kepentingan lain. Sudah cukup main-mainmu. Cepat turunkan aku. Heh apa kau tuli? Cepat turunkan aku.”
Revan sama sekali tak menggubris teriakan teriakan Adella. Baginya ada hal penting yang harus ia lakukan terhadap pencuri seperti wanita yang ada di sampingnya ini. Revan melajukan mobilnya keluar dari pelataran gedung, dan membelah jalanan kota Surabaya.
Teriakan Adella semakin menjadi saat Revan melajukan mobilnya, membawanya entah kemana. Sungguh Adella tak habis pikir, ada apa dengan hidupnya hari ini. Bagaimana bisa ia bertemu dengan pria gila dan menculiknya seperti ini. Adella sudah pasrah terhadap nasibnya setelah ini, teriakannya pun percuma, bahkan Revan tak menanggapinya sedikitpun, meliriknya saja pun tidak. Dia tetap diam, pandangannya tajam kedepan, sembari terus melajukan kemudinya entah kemana.
Setelah beberapa menit, Revan pun tiba di tempat yang dia maksud.Telinganya terasa berdengung, karena sepanjang perjalanan, gadis di sampingnya ini tidak hentinya berteriak teriak.
Ia kemudian turun dan membuka pintu Adella,menariknya secara kasar untuk turun. Tapi tiba-tiba sebuah tamparan mendarat di pipinya. Wanita ini sungguh bar-bar.
“Apa sebenarnya yang kamu inginkan? Apa kau gila?” Ucap Adella bersungut sungut, ia tidak bisa mengontrol emosinya lagi.
“Sudah selesai mengocehnya? Sekarang ikut saya” Revan menyambar tangan Adella dan menariknya paksa.
“Lepaskan. Kau mau membawaku kemana, pria gila?”
Revan menunjuk papan yang tertempel di depan sebuah gedung. Adella mengikuti telunjuk Revan dan tersentak ketika mengetahui dimana dirinya berada sekarang.
Ia baru tersadar karena sepanjang perjalanan tadi ia tidak sempat memperhatikan sekitar, karena pikiran dan hatinya nya terfokus untuk mengumpati pria di hadapannya ini.
Hingga ia tidak sadar jika ia sekarang berada tepat di Kantor Polisi. Hatinya meradang,akankah nasibnya berakhir di kantor polisi?
“A-apa apaan ini?” Ucap Adella terbata-bata.
“Ini memang tempat pencuri sepertimu bukan?” Revan mengeluarkan seringainya. Entah kenapa ia ingin bermain main dengan gadis ini. Melihatnya marah-marah,sambil memelototkan matanya dan bibirnya terus mengoceh, melemparkan segala sumpah serapah kepadanya terlihat mengasikkan. Revan seperti menemukan mainan kecil yang menggemaskan.
“Apa kau gila? Dengar ya tuan muda yang terhormat. Sudah ku katakan berkali kali kalau aku tidak mengambil handphone mu.Terserah kalau kau mau melaporkan aku ke polisi dan menjebloskan aku ke penjara. Silahkan, aku tidak perduli” Adella terus menatap tajam ke arah Revan.
“Begitu kah? Baiklah,kalau begitu siapkan pengacaramu untuk besok” Revan tersenyum kecil, kemudian mengeluarkan handphone nya untuk menghubungi seseorang.
“Halo”
“-“
“Iya, Saya Revan Aldiano Wicaksana. Saya mau Anda membantu saya dalam kasus pencurian handphone saya. Tolong besok buatkan laporan ke kantor polisi, saya akan menggugat pencurinya. Kebetulan saya tahu siapa pencuriny-“
“Tunggu” Ucapan Revan terhenti karena Adella tiba-tiba memotongnya. Adella akan berpikir seribu kali untuk melawan pria ini di pengadilan, untuk menyewa pengacara saja Adella tidak mampu. Ia merutuki mulutnya yang asal bicara tadi.
“Emm, begini pak. Apa tidak bisa di bicarakan secara baik baik? Maksud saya, setiap masalah tidak harus di bawa ke jalur hukum bukan?” Adella menundukkan kepalanya dalam,ia setengah mati merendahkan egonya. Apa boleh buat? Ia tidak mungkin mempertaruhkan masa depannya untuk melawan pria di depannya ini. Belum melawan saja, Adella sudah kalah terlebih dulu.
Revan melebarkan senyumnya. Ia tak menyangka bahwa semudah ini meluluhkan wanita harimau yang selama perjalanan tadi terus mengoceh dan menyumpahi nya.
“Baiklah, saya tidak akan membawa masalah ini ke jalur hukum”
Revan menutup telvonnya, dan menaruhnya di kantong kembali.
“Benarkah? Terima kasih,pak.”
“Tapi..”
“Tapi-? Tapi apa pak?” Adella menatap was was pria di hadapannya ini, ia sudah berani menyeretnya paksa ke kantor polisi, bukan tidak mungkin ia akan melakukan hal gila lagi.
“Kamu harus mengganti handphone saya, beserta dua setelan jas saya yang kamu siram pakai coklat panas, dan secangkir kopi tadi.”
Adella membeo, ini namanya keluar kandang macan,masuk kandang gorilla.
“Memangnya berapa harga handpone dan jas bapak?”
Tanya Adella sepelan mungkin,ia sudah komat kamit dalam hati, berharap pria ini tidak memakai handphone canggih dan jas bermerk yang harganya selangit.
“Nanti akan saya konfirmasikan kepadamu. Sekarang berikan nomor ponselmu”
Seperti anjing pudel, Adella melakukan segala perintah Revan.
Adella sampai di kamar kosnya hampir tengah malam. Ia terus meratapi nasibnya dan tak henti hentinya mengumpati pria yang di temuinya tadi. Adella tak habis pikir, bagaimana mungkin pria kaya sepertinya tega memeras mahasiswa dengan ekonomi pas pasan sepertinya?
Adella baru tersadar setelah menatap nanar mobil pria tadi yang melaju meninggalkannya, mobil yang ia naiki tadi merupakan mobil mewah, bahkan membayangkan harganya saja Adella tak sanggup. Adella memang tidak mengerti tentang mobil-mobil mewah, namun ia paham, mobil yang di kendarai pria tadi bukan mobil sembarangan, mobil yang hanya dimiliki oleh orang-orang dari kalangan atas saja. Bahkan banyak orang kaya yang pikir-pikir ulang untuk membeli mobil tersebut.
Kesimpulannya, pria tadi termasuk dalam jajajaran orang-orang kaya kelas atas, bukan? Lantas, untuk apa dia repot-repot meminta ganti rugi untuk hal remeh temeh seperti itu? Dilihat dari kasat mata pun, orang sudah tahu dimana kelas Adella, setelan baju dan celana yang dia belinya dari online shop saat ada promo, tas yang sudah butut, dan penampilan yang ala kadarnya. Adella termasuk dalam jajaran mahasiswa dengan ekonomi pas-pasan alias mahasiswa kere, untuk bisa makan tiga kali sehari saja sudah bagus.
Adella semakin pening memikirkannya, ia merebahkan dirinya di atas tempat tidur dan menenggelamkan wajahnya di bantal untuk meredam suara isakannya. Adella tidak tahu harus bagaimana dan membayar ganti rugi dengan apa? Untuk kebutuhan sehari-hari saja uangnya pas pasan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Laura
Anjirr
2022-12-29
0
Laura
Dih. nih mas mas gajelas masih aja ngotot kalo adella yg nyuri handpon nya
2022-12-29
0
Laura
Hahah ketemu lagi ya
2022-12-29
0