Ed sengaja tetap berada di depan pintu. Dia memencet bel apartemen Hanna. Dia hanya sedikit menyingkir agar Hanna tak bisa melihat dia dari dalam.
Hanna mendengar suara belnya. Dia tahu, hanya satu orang yang akan datang ke apartemen dia. Siapa lagi kalau bukan Ed. Hanna juga lapar, dia pikir Ed seperti tadi siang, hanya akan mengantarkan makan malam untuk dia. Hanna membuka pintunya. Dia mau mengambil bingkisan di lantai. Tapi ada tangan yanga menahannya.
"Kak, aku lagi gak mau ngomong sama siapa pun."
"Aku gak minta kamu ngomong, aku temani saja di dalam apartemen kamu."
Ed tak perduli Hanna mengizinkan dia atau tidak. Ed masuk ke apartemen Hanna begitu saja. Hanna pun masuk dan membawa bingkisannya.
"Kak, aku lagi gak mau ketemu atau lihat orang."
"Anggap aku hantu, gak kelihatan."
Hanna tersenyum mendengar itu. Ed senang melihatnya. Hanna menaruh bingkisan yang Ed bawa ke atas meja makannya.
"Ini Tante yang masak?"
Hanna tahu sekali makanan di cafe Ed. Hanna kira Ed akan membelikan makanan cepat saji diluar.
"Iya."
Ed sengaja duduk di depan televisi. Dia menyalakan televisi. Sementara Hanna menata makanannya dan juga menuangkan soda yang Ed bawa.
"Kak Ed sudah makan malam?"
Hanna bertanya kepada Ed. Dia duduk di samping Ed. Ed hanya menggeleng. Hanna memberikan satu bungkus yang sudah dia taruh di piring untuk Ed. Dia memberikan sendoknya.
"Sengaja ya, bawa dua. Supaya ngasih kode ke aku juga kalau kakak belum makan."
"Enggak. Mama yang bikin, gak tahu. Kamu kan makannya banyak, tapi masih kerempeng aja badannya. Kayak lidi."
"Kak!"
Hanna Kesal sekali. Dia memukul lengan Ed. Ed hanya tersenyum, dia puas menggoda Hanna. Ed juga memang belum makan, sengaja, ingin makan malam dengan Hanna, tapi tak menyangka dia bisa menyelinap masuk dan tak diusir oleh Hanna.
Hanna dan Ed makan malam bersama sambil menonton tvnya. Bahkan Hanna sampai tidur di sofa karena menonton film horor. Ed duduk di sofa yang berbeda, dia melihat Hanna. Ed sudah bilang ke mama dan papanya kalau dia akan tinggal di apartemen Hanna malam ini. Mereka mengancam Ed untuk tidak berbuat yang aneh-aneh dengan Hanna. Mereka tak mau Ed kurang ajar kepada Hanna sebelum mereka resmi menikah atau mereka tidak akan merestui hubungan keduanya.
Ed juga tak seburuk itu. Dia malah tak tega melihat Hanna yang sepertinya kurang nyaman tidur di sofa. Ed berinisiatif untuk memindah Hanna ke kamar. Ed menggendong Hanna ke kamar dengan perlahan. Dia juga menurunkan Hanna dengan dangat hati-hati. Tak mau wanita yang tidur nyenyak itu terbangun.
"Kak, kak Agus, kenapa kakak tega sama aku."
Hanna mengigau. Ed kasih sesekali mendengar dan melihat Hanna seperti ini. Tapi dia paham perasaan Hanna. Ed hanya mengusap kepala Hanna dengan lembut.
"Aku janji aku akan membuat kamu bahagia denganku, melupakan kak Agus. Aku yang akan bertanggung jawab untuk hidup kamu, sejak pertama kali kak Agus menitipkan kamu ke aku, Hanna."
Ed diam-diam mencium kening Hanna. Dia membenarkan selimut Hanna dan meninggalkan Hanna di kamar sendirian. Ed memilih untuk tidur di sofa depan tv.
Hanna membuka matanya. Dia merasakan kecupan dikening dia. Dia juga mendengar ucapan Ed. Hanna terdiam dan meneteskan air mata.
"Kenapa bukan kak Ed saja yang pertama aku sayang dan aku cintai. Kenapa harus kak Agus."
***
Agus masih menjaga ayu di rumah sakit. Ayu tak henti menangis di pelukan Agus. Agus tidur di ranjang ayu, dia naik di ranjang dan berbaring di samping ayu.
"Sudah ya, jangan nangis terus. Makan malam, kamu belum makan malam kan?"
Bubur dari rumah sakit masih belum dimakan. Ayu menganggukkan kepala.
"Sayang, tapi nanti aku masih bisa hamil lagi kan? Aku mau punya anak, aku mau kita punya anak, mau main sama anak kita sendiri."
Agus bingung mau menjawab apa. Tapi dia juga harus mengatakan iya. Mereka belum bisa memberitahu keadaan ayu yang sebenarnya kepada ayu sendiri, karena ayu juga butuh waktu untuk pemulihan lebih dulu.
"Iya, pasti kita akan punya anak lagi nanti. Aku suapi buburnya ya, harus banyak makan kata dokter biar cepat sembuh dan kita bisa bikin anak lagi."
Ayu mengangguk. Agus membantu ayu untuk duduk bersandar di ranjang. Dia turun dan mengambilkan buburnya. Agus menyuapi ayu sedikit demi sedikit. Sampai membantu ayu minum susunya dan obat yang masih harus dia konsumsi sampai pulih nantinya.
Setelah selesai makan, mereka nonton televisi bersama dan tidur bersama di atar ranjang rumah sakit. Ayu memeluk Agus. Begitu juga Agus.
***
Tiga hari kemudian.
***
Ayu sudah dibolehkan pulang setelah tiga hari dirawat. Hari ini ayu akan pulang, pagi ini pemeriksaan terakhirnya dia.
"Dokter, saya masih bisa hamil lagi kan nanti?"
Dokter memeriksa ayu. Dokter harusnya tak boleh berbohongkan, tapi dia sudah sepakat dengan Agus, Agus yang memohon, dia akan mencari waktu yang tepat untuk mengatakan semuanya.
"Iya, pasti kalian bisa punya anak lagi."
Mama dan papa ayu juga datang ke klinik untuk menjemput ayu. Ayu masih menggunakannya kursi roda. Agus yang mendorongnya sampai ke luar rumah sakit dan masuk ke dalam mobil.
"Hati-hati gus."
Mamanya ayu khawatir. Agus mengangguk. Dia tahu sekali perasaan mamanya ayu. Agus duduk di belakang, di samping ayu yang duduk di tengah. Papa ayu di depan. Ada supir yang kali ini menyetir mobilnya.
***
Hubungan Hanna dan Ed juga semakin dekat. Hanna belum mau menerima Ed, tapi dia akan mencoba jatuh cinta kepada Ed. Ed yang meminta itu kepada Hanna.
Ed mengantar Hanna ke tempat kerja dan pulang kerja selama tiga hari terakhir. Ini Hanna dan Ed akan ke cafe. Setelah tiga hari Hanna baru mau keluar apartemennya lagi. Itu juga Hanna harus diancam oleh atasannya, wanita seusia Agus yang sudah menganggap Hanna seperti adiknya.
Dia memarahi dan mengomeli Hanna. Katanya jangan menangisi laki-laki seperti itu. Tidak ada gunanya. Dikatain bodoh dan masih banyak lagi.
"Kak, bener ya kata mbak salsa, aku bodoh banget nangisin laki-laki seperti ini."
Hanna duduk di samping Ed yang menyetir. Ed ikut tertawa saja. Dia mengusap kepala Hanna. Mengacak rambut Hanna.
"Emang, bodoh banget. Padahal di samping dia ada laki-laki baik, tampan, yang mau sama dia dan tulus sayang sama dia."
"Kak, jangan mulai deh. Aku gak mau jadiin kakak pelarian aku. Kasih aku waktu."
"Iya. Aku kasih waktu, tapi selama itu aku akan tetap di samping kamu dan selalu ada buat kamu, supaya kamu bisa cinta sama aku juga."
Hanna diam saja menatap laki-laki yang pandangan matanya lurus ke depan melihat jalanan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments