SUAMI KAKAK PART 2

Agus terpaksa menerima perjodohan ini, demi seluruh kelurganya.  Ada papanya, ada mama tiri dan juga adik tirinya.  Kalau tidak mereka akan jatuh miskin. 

"Saya meminta engkau, ayu, untuk menjadi istri saya, dalam susah mau pun senang, dalam sehat mau pun sakit, sampai maut memisahkan."

"Saya ayu, menerima engkau, Agus, untuk menjadi suami saya, dalam susah mau pun senang, dalam sehat mau pun sakit sampai maut memisahkan."

Keduanya resmi menikah.  Mereka tinggal di rumah keluarga ayu, ayu anak tunggal jadi mereka sangat sayang dan tak mau berpisah dengan ayu. 

***

5 tahun kemudian.

***

Setelah dua tahun menikah, Agus juga mulai mencintai ayu.  Dia mencoba menyayangi ayu sepenuh hati.  Sampai akhirnya ayu hamil.  Kandungan ayu kini sudah berusia delapan bulan. Tinggal menunggu satu bulan lagi Agus dan ayu sangat menanti kelahiran anaknya.   Mereka sudah melakukan USG, dokter bilang anak mereka laki-laki.

"Sayang, ini bagus tidak? Yang biru saja, kan cowok biasanya biru?"

Mereka sedang sibuk memilih dekorasi untuk kamar bayinya.  Keduanya ada di ruang tv.  Mereka sedang duduk di sofa, berdampingan.   Ayu yang memilih semua perabotan kamarnya.  Dari mulai keranjang bayi, pakaian, dan juga dekorasi yang lainnya, termasuk mainan bayinya.

Mereka memutuskan untuk membeli online dari kenalan mamanya ayu juga teman-teman ayu yang sudah dipercaya.  Awal kandungan ayu itu lemah, aktifitasnya dibatasi.  Jadi Agus dan kedua orang tuanya sangat menjaga ayu dan kandungannya. Mereka tak mau ayu capek dan banyak gerak.

"Terserah kamu sayang, yang menurut kamu bagus dan yang kamu suka saja."

Agus duduk di samping ayu.  Tangannya merangkul bahu ayu dan satunya mengusap perut ayu.  Sesekali juga Agus membantu memijat pinggang ayu.

"Ok.  Ini ya, aku beli yang banyak gak apa-apa ya?"

Agung mengangguk.  Mereka banyak uang, dua perusahaan yang disatukan jadinya berkembang pesat.  Tak ada masalah soal uang.   Ponsel agung yang ada di meja berdering.

"Halo, ada apa?"

Ada telelpon dari kantor.  Dia mengangkatnya di samping ayu. Agus harus ke ruang kerjanya untuk mengirim file.

"Sayang, aku mau kirim file di email.  Aku ke ruang kerja Ya. Gak apa-apa kan aku tinggal sebentar sayang?"

"Iya sayang."

Agus mengusap kepala ayu.  Ayu mengangguk.  Tak lama mamanya datang, dia membawakan susu hamil ayu dan juga cemilan. Agus mengecup puncak kepala ayu. 

"Kenapa ayu?"

"Gak apa-apa ma.  Cuma mau ke ruang kerja bentar, mau kirim file katanya."

"Oh. Ini susu hamil kamu. Mama gak sabar nunggu kelahiran cucu pertama mama ini."

Mama ayu memberikan gelas susunya kepada sang anak.  Dia duduk di sampingnya dan menemani sang anak sampai ayu menghabiskan susunya.

"Mau makan buah tidak?"

"Boleh ma."

Mama ayu juga memotongkan buah untuk ayu.  Sementara di ruang kerja, Agus sibuk melihat laptop.  Dia mencari file yang harus dia periksa dan dikirim ulang. 

Agus teringat Hanna. Nama yang gak pernah dia lupakan sejak lima tahun ini. Dia gak sengaja membaca beberapa email yang ada nama Hannanya. Bagaimana bisa? Tapi nama itu bukan hanya milik satu orang.

"Hanna. Agus, sudah lupakan dia. Kamu sudah punya ayu dan sebentar lagi kamu akan punya ank."

Agus segera menepis pikirannya. Dia meninggalkan Hanna begitu saja. Tanpa pamit setelah lulus kuliah. Setelah itu dia menikah dengan ayu dan pindah keluar kota. Ke rumah ayu. Agus menitipkan Hanna kepada Edward. Ed tahu semuanya. Tapi dia diminta Agus untuk tidak memberitahunya.

***

"Hanna. Ini ada pekerjaan untuk kamu. Ada yang minta di dekor untuk anak-anak."

"Iya mbak, saya baca dulu semuanya."

Hanna sudah lulus kuliah. Baru saja lulus satu tahun lalu. Dia bekerja di salah satu perusahaan design interior. Hanna sedang duduk di mejanya. Atasannya memberikan sebuah file. Hanna membacanya dengan seksama. Apa yang diinginkan kliennya.

"Mbak, ini aku langsung ke tempatnya ya. Aku mau cek tempatnya dulu, nanti beli material yang dibutuhkan dan dekornya."

"Iya na. Hati-hati ya. Butuh supir atau mau nyetir sendiri?"

"Sendiri aja mbak."

"Ok."

Hanna menggunakan mobil dari kantor. Fasilitasi kantor. Dia menyetir sendiri ke tempat kliennya. Ada di sebuah komplek elit.

"Halo, saya Hanna, yang akan mendekor kamarnya."

"Halo, silakan masuk."

Hanna bertemu dengan seorang wanita paruh baya, sepertinya mamanya sang anak yang kamarnya akan di dekor. Anaknya berusia delapan tahun.

Hanna masuk dan melihat-lihat kamarnya. Dia bahkan berbicara langsung dengan anaknya, dia mau minta kamar yang seperti apa.

"Ok, kalau begitu saya permisi. Saya akan membuatkan desainnya dan menunjukkannya nanti supaya bisa direvisi anak anda sendiri."

"Ok."

Hanna pamit. Dia tidak kembali ke kantor. Dia pergi ke cafe untuk mengerjakan desainnya disana. Cafe yang sama yang selalu dia datangi, berharap dia bisa melihat laki-laki yang dia cintai itu di sana. Tapi dia tak pernah kembali. Cafe milik orang tua Ed yang kini dikelola Ed.

Hanna memarkirkan mobilnya di depan cafe. Dia masuk dengan membawa laptopnya. Duduk di tempat yang sama lima tahun yang lalu.

"Hai, sedang mengerjakan proyek lagi?"

Ed datang dan membawakan pesanan Hanna sendiri. Hanna mendongak menatap laki-laki itu. Dia mengangguk.

"Iya kak."

"Duduk ganggu gak nih?"

Hanna mengangguk. Dia tak masalah. Justru nanti kalau Ed menemani dia, dia menghambat pekerjaan Ed atau tidak.

"Boleh lihat?"

"Boleh."

Hanna menunjukannya. Hanna menjelaskan, untuk anak delapan tahu, laki-laki.

"Bagus gak kak? Kira-kira dia suka gak ya?"

"Bagus. Pasti suka, apa yang tidak disuka dari desain kamu. Mereka selalu puas bukan?"

"Iya kak."

Ed menemani Hanna disana. Cukup lama. Sampai Ed rasa hari ini adalah waktu yang tepat untuk memberitahu semuanya. Ed pernah menyatakan cinta kepada Hanna. Tapi Hanna tak mau menjadikan Ed hanya pelampiasan dan tempat dia membuang sepi.

"Kamu masih mau tahu kabar?"

Hanna terdiam. Tanpa Ed menyebut namanya dia juga tahu apa maksud kakak seniornya di kampus dulu. Hanna berhenti mendesain. Dia mengangguk menatap ed.

"Lupakan dia. Dia akan menjadi seorang ayah."

"Hemm, ok. Aku akan melupakannya kak. Tapi aku butuh waktu untuk orang baru kak, plis. Jangan dulu."

"Ok."

Ed juga paham maksud Hanna. Ed mengangguk. Dia pamit untuk kembali ke dapur cafenya. Membantu anak-anak cafe karena banyak pelanggan.

Hanna terdiam. Dia mengambil kopinya dan berdiri di dekat pagar pembatas, melihat ke alam dan tanpa sadar air matanya menetes. Dia menunduk menangis menahan suara Isak tangisannya. Hanna meminum kopinya sambil diam-diam menangis.

Apa ini akhir dari kisahnya. Tapi dia berharap lebih dari ini. Bisa bersatu.

Terpopuler

Comments

Yuli Eka Puji R

Yuli Eka Puji R

non muslim berarti ya mereka

2023-07-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!