Tadinya Hanna ingin menghabiskan waktunya disana. Sampai selesai Desian. Tapi ternyata jauh lebih menyakitkan disana. Hanna memilih menghabiskan kopinya. Meninggalkan uang disana untuk membayar kopi dan roti yang dia pesan. Setelahnya Hanna pergi.
Ed masih melayani pelanggan. Dia tak sengaja melihat Hanna yang keluar dari cafenya. Ed mencoba mengejar dia. Tapi Hanna sudah masuk ke dalam mobil, mobilnya sudah jalan dan pergi dari sana.
"Hanna. Kamu pasti sangat sedih dan merasa sakit mendengar ini semua. Maafkan saya."
Ed hanya bisa melihat dari jauh mobil Hanna yang jalan meninggalkan area cafenya.
Hanna menangis di dalam mobil sambil menyetir. Pikirannya dan konsentrasinya buyar. Dia tak bisa menyelesaikan desainnya. Dia memilih ke apartemennya, kali ini Hanna sudah tinggal di apartemen, karena atasannya yang baik, atasannya sepasang suami istri, dia seusia Agus dan mereka juga baru memiliki anak yang masih berusia satu tahun. Mereka dangat dekat dengan Hanna dan menganggap Hanna seperti adik mereka sendiri.
Hanna masuk ke apartemennya, dia hanya duduk di depan pintu, memeluk lututnya dan menangis sejadi-jadinya.
Bagiamana bisa, Ed bilang Agus akan keluar negeri untuk pekerjaan karena diminta papanya membantu perusahaan keluarga. Setelah itu dia tahu dia mau punya anak. Tega sekali.
Hanna tak bisa berhenti menangis karena ini. Ed masih ada di cafe. Dia khawatir Hanna kenapa-napa.
"Kenapa Ed?"
Mamanya Ed tak sengaja melihat sang anak melamun. Ed menceritakan semuanya kepada sang mama.
"Kasihan Hanna. Tapi mama tahu, melupakan itu lebih sudah dari pada mencintai seseorang."
"Iya. Aku juga tahu, karena sudah jatuh lebih dalam, untuk bangun susah kan. Tapi Ed benar-benar menyayangi Hanna ma. Ed tidak tega Hanna seperti ini."
"Luluhkan hati dia perlahan Ed."
"Iya ma."
Ed mencoba menelpon Hanna dan mengirimkan pesan untuk Hanna. Tapi tak ada balasan dari Hanna.
"Ma, aku ke apartemen dia atau tidak ya? Aku khawatir dengan Hanna."
"Coba saja, jenguk sebentar. Tapi jangan dipaksa kalau tidak mau bertemu dulu sama kamu."
"Iya ma."
Ed pamit dari cafe. Dia ke apartemen Hanna. Dia membeli coklat dan ice cream di tengah jalan. Ingat kalau Hanna suka itu. Martabak dan kebab, juga burger yang dia tahu Hanna suka itu.
"Aku harap kamu bisa lebih baik setelah makan semua ini."
Ed ada di tengah perjalanan menuju ke apartment hanna. Tak lama dia sampai di sana. Dia segera naik ke lantai apartemen tempat Hanna tinggal. Beberapa kali memencet bel tapi Hanna tak juga keluar.
"Hanna, aku bawa banyak makanan. Aku taruh di depan, di makan ya. Sayang kalau tidak dimakan karena sudah dibeli. Jangan aneh-aneh, kamu bilang kamu masih mau membahagiakan anak-anak dan menghias kamar mereka dengan indah."
Dia meninggalkan pesan di ponsel dan juga di pesan suara yang ada di pintu apartemen. Ed pergi dari sana. Sebenarnya dia tak pergi, die bersembunyi.
Hanna paling tidak bisa menyia-nyiakan makan. Ed tahu itu. Hanna yang mendapatkan pesan dari Ed pun akhirnya keluar. Dia mengambil makanannya. Ed senang sekali melihat itu. Baru dia pulang.
Setidaknya sudah melihat Hanna keluar dan tak apa-apa. Dia kembali menyetir mobilnya menuju cafe untuk membantu mamanya lagi di sana.
***
Agus selesai mengirimkan filenya. Dia kembali ke ruang tengah untuk menemui istrinya.
"Gus, sudah selesai?"
Mama mertuanya yang bertanya. Agus mengangguk. Dia ikut duduk dan bergabung dengan keduanya. Ayu sibuk nonton kartun anak-anak sambil makan apel.
"Sini ma. Biar aku yang kupasin untuk ayu."
Agus mengambil apel dan pisau dari mamanya. Dia mengupasnya. Sang mama pun pamit kembali ke dapur. Dia harus menyiapkan makan siang untuk papa ayu yang sebentar lagi pulang.
"Sudah kerjaannya?"
"Iya. Sudah."
Ayu bertanya kepada Agus. Tak lama papanya ayu datang. Dia selalu makan siang di rumah sejak ayu hamil.
"Hai sayang. Papa bawa makanan."
Dia juga selalu membawa makanan yang ayu suka. Papanya mengusap kepala ayu dan juga perut besar ayu.
"Wah, ice cream. Makasih kakek."
Ayu senang sekali melihat bungkus yang dibawa papanya. Dia langsung memakan ice creamnya. Papa ayu melirik Agus.
"Gimana kantor papa kamu Gus? Gak ada masalah kan?"
"Gak ada pa."
"Bagus kalau begitu. Kalau ada masalah, bilang ke papa saja."
Agus mengangguk. Ini gunanya dia menikah. Agus hanya mengangguk. Papa ayu pamit kepada ayu, dia mau cuci tangan dan makan, juga mau menyapa istri tercintanya.
"Istri tercintanya di dapur pa. Peluk gitu loh pa dari belakang."
"Ok. Siapa takut."
Papanya ayu ke dapur. Dapur bisa dilihat dari ruang tv. Ayu memperhatikannya. Papa ayu tiba-tiba memeluk mamanya ayu dari belakang.
"Ada apa ini?"
Mamanya ayu kaget. Dia melihat ayu yang dia ruang tv setelah diberitahu oleh suaminya. Ayu yang menantang.
"Ini kamu nih ya yang kasih ide. Gak mau lepas ini papa kamu, gimana ini ayu?"
"Hehe."
Ayu hanya tertawa. Dia menatap Agus. Agus juga ikut melihat orang tua ayu yang manis dan harmonis. Berbeda dengan mama Agus yang sudah tiada dan papanya menikah lagi.
"Sayang."
Ayu memanggil Agus. Mukanya terlihat sedih. Agus menoleh.
"Iya sayang. Ada apa? Perlu sesuatu?"
Agus langsung pindah ke samping ayu. Ayu menggeleng, dia langsung memeluk Agus begitu saja.
"Gak apa-apa. Cuma mau peluk kamu aja, kayak mama dan papa. Jangan pernah tinggalin aku ya. Sama kayak mama dan papa aku, kita harus tetap romantis. Walau nanti sudah punya anak."
"Iya."
Agus mengangguk saja. Dia memeluk ayu, merangkulnya dan mencium kening ayu. Setelahnya makan siang sudah siap. Mereka makan siang bersama.
Bagaimana keadaan Hanna setelah dia tinggal. Dia tak pernah bertanya kepada Ed, karena dia tak mau mengkhianati ayu yang baik dan manis juga romantis kepada dia.
Mereka makan bersama di meja makan. Tiba-tiba ayu ingin ke kamar mandi.
"Aku ke kamar mandi dulu ya."
"Aku antar."
"Gak usah. Cuma bentar sayang, aku bisa. Kamu makan siang dulu saja."
Agus ingin mengantar. Tapi ayu melayang. Dia jalan ke kamar mandi. Ketika ayu akan keluar dia jatuh.
"MAMA."
Ayu berteriak memanggil mamanya. Semua yang di ruang makan langsung lari ke kamar mandi. Agus membuka kamar mandinya dengan cepat. Mereka melihat ayu yang sudah jatuh, terduduk di kamar mandi dan dengan darah yang sudah mengalir di kakinya.
"Ayu, ya ampun. Sayang, bawa ayu ke rumah sakit Gus."
Agus mengangkat ayu. Papanya menyiapkan mobil. Mereka membawa ayu langsung ke klinik. Papanya yang menyetir dengan sigap. Ayu tak henti menangis karena ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments