Bab 5. Gadis Penyelamat

"Wah benarkah?" James berbinar bahagia dan seolah tak percaya.

"Benar Boss!"

"Baiklah, antar aku ke tempat Renata sekarang!"

"Baik Boss,"

James menyambar ponsel dan tas kerja lalu berjalan tergesa-gesa menuju basement dan Fino mengikuti Bossnya dari belakang.

"Bagaimana Fin? Apa orang kita sudah mengirimkan titik lokasi Renata berada?" tanya James dengan tidak sabar.

Hatinya begitu bahagia akan bertemu wanita yang selalu dia rindukan itu.

"Sudah Boss, Nona sedang berada di sebuah restoran mewah,"

"Bagus, ayo jalankan mobilku dengan kecepatan maksimal! Aku udah nggak sabar ingin bertemu dengannya Fin!"

"Baik Boss!"

Setelah 30 menit berkendara, akhirnya James dan Fino telah sampai di sebuah restoran mewah, saat keduanya akan turun dari mobil. Fino menghentikan Bossnya, karena melihat Renata yang sudah keluar dari restoran mewah itu dengan menggandeng tangan seorang pria tampan bertubuh tinggi besar dan berusia setara dengan ayahnya.

"Kenapa Fin?"

"Lihatlah Boss! Nona Renata sudah keluar, dari restoran sepertinya dia akan pergi." ucap Fino menunjuk ke arah Renata dan pria paruh baya itu.

James mengernyitkan dahinya hatinya mendadak menjadi panas, melihat pemandangan aneh di depannya, dia melihat Renata menggandeng pria itu begitu manja dan sesekali melemparkan senyuman tak biasa pada sang pria.

"Apakah pria itu ayah Nona Renata Boss?" tanya Fino.

"Bukan, aku tidak tau siapa pria itu. Ayo kita ikuti saja mereka!" ucap James saat melihat mobil yang Renata tumpangi sudah mulai berjalan.

"Baik Boss!"

Fino pun mengikuti mobil itu dari belakang.

Saat kaca belakang mobil itu terkena sinar lampu jalanan, terlihat jelas oleh Fino maupun James, bayangan Renata sedang berc**man mesra dengan pria itu, bahkan dia naik ke pangkuan sang pria lalu membalas c**man sang pria dengan tak kalah panas.

Sedangkan James yang melihat itu semakin terbakar cemburu, dia mengepalkan tangannya dengan kuat menahan amarahnya.

"Fin, hentikan mobil itu dari depan!" perintah James.

"Baik Boss!"

Fino menambah kecepatannya dan menyalip mobil yang Renata tumpangi lalu menghadang mobil itu ditengah jalan.

Dan benar saja mobil yang Renata tumpangi berhenti mendadak.

"Ckitttt!"

Renata dan Pria itu mendadak sangat kesal karena aktivitas mereka terhenti dan mobil mereka diberhentikan mendadak.

Saat James dan Fino keluar dari mobil yang mereka tumpangi, alangkah terkejutnya Renata. Dia tidak bisa menghindar lagi dan akan menghadapi pria yang masih menjadi kekasihnya itu.

"Tok.. Tok.. Tok!"

"Rena! Keluarlah, aku ingin bicara!" teriak James sembari mengetuk pintu mobil yang Renata tumpangi.

Pria paruh baya yang bersama Renata tau raut wajah gelisah kekasihnya, dia menggenggam tangan Renata dengan lembut.

"Tidak apa-apa, kita akan hadapi dia! Daripada kita harus bersembunyi seperti ini," ucap Pria paruh baya itu dan Renata pun mengangguk.

"Ceklek!"

Renata keluar dari mobil dan memasang wajah tak biasa di depan James, Renata yang dulu ramah dan mudah tersenyum kini menjadi dingin tanpa ekspresi di depan James.

"Ada apa mencariku?" tanya Renata.

James yang tadinya sangat ingin marah tiba-tiba hanya terdiam melihat perubahan sikap Renata padanya.

"Renata kamu kemana aja? Aku mencarimu selama ini? Kenapa kamu meninggalkanku begitu saja?" tanya James tanpa jeda untuk mengobati rasa penasarannya.

"Aku pergi bersama calon suamiku. Oh iya kenalkan ini Thomas kekasihku, kami akan menikah dalam waktu dekat." ucap Renata menunjukkan calon suaminya pada James.

"Apa calon suami? ini tidak mungkin!" James tersenyum masam seolah tak percaya, "Kamu bohong kan Rena? Kamu sudah berjanji untuk menungguku, tapi kamu malah menghianatiku! Aku sangat mencintaimu Rena, kurang apa aku! Sampai kamu berpaling dariku! Hah!" James berteriak tak terima.

"James! Aku lelah terus menunggumu! Orangtua kita tidak pernah setuju hubungan kita, lagipula kamu sudah menikah dengan wanita lain, lalu apa yang bisa aku harapkan lagi! Jadi aku mohon jangan mengejarku lagi dan lupakan aku James!" pinta Renata.

"Kamu kira bisa semudah itu melupakan kebersamaan kita yang sudah bertahun-tahun! Semudah itu kamu mengatakan itu, sementara aku selalu menunggu untuk bertemu denganmu!"

"Sudahlah aku lelah berdebat terus denganmu, maafkan aku sudah mengecewakanmu! Aku harus pergi," ucap Renata tak peduli dan akan pergi meninggalkan James lagi.

Tapi dengan cepat James meraih tangan Renata dan menarik wanita itu.

"Kamu nggak boleh pergi lagi Rena! Ayo ikut aku! Kamu harus jelaskan semua padaku!"

"Aku nggak mau James! Semua penjelasanku udah cukup, semua udah selesai! Lepaskan!"

Renata menghempaskan tangan James, tapi pegangan tangan James terlalu kuat

"Kau harus ikut denganku Rena! Aku tidak bisa dibantah!" James bersikeras.

"Aarrgghh.. sakit James!"

"Hei pria bre***sek, apa kau tuli! Lepaskan calon istriku!"

Thomas pun menarik salah satu tangan Renata juga.

Fino hanya bisa melihat perdebatan tiga orang didepannya dengan perasaan ketar-ketir, tanpa berani bertindak apapun.

Mendengar hinaan calon suami Renata, James semakin tersulut emosi. Dengan gerakan cepat dia memukul wajah Thomas.

"Bugghhh!"

"Astaga, Thomas!" teriak Renata

Dia berlari mendekati Thomas yang jatuh tersungkur ke aspal.

"James hentikan! Dasar pria bre***sek!" umpat Renata pada James dengan kemarahan luar biasa.

Sedangkan James yang tidak pernah mendengar kata-kata kasar dari mulut Renata, sontak melotot kaget mendengar umpatan wanita yang dicintainya itu.

"Boss, ayo kita pulang! Jangan berkelahi disini!" ucap Fino mengingat James sembari memegang bahunya.

Thomas mengusap darah disudut bibirnya dan berdiri kembali di hadapan James.

"Jadi segitu saja kemampuanmu! Bisanya menyerah seseorang disaat lengah saja! Dasar pengecut!" ejek Thomas.

"Dasar Baji**n!"

James terbakar amarahnya dan akan melayangkan pukulannya lagi pada pria bernama Thomas itu, tapi dengan cepat Renata mendorong tubuh James dengan kencang dan tiba-tiba...

"Ckiiiiittttt!

"Braaaaakkkkk!!"

Tubuh James yang terhuyung ke jalanan tiba-tiba tertabrak sebuah mobil, dari arah berlawanan.

"JAMES!!!"

"BOSS!!!"

teriak Renata dan Fino bersamaan lalu berlari ke arah James yang sudah berlumuran darah.

Saat Fino akan mengangkat tubuh James, dia malah merintih kesakitan menahan sakit di kakinya sehingga membuat Fino semakin panik.

"CEPAT PANGGIL AMBULANS!" teriak Fino pada pemilik mobil yang telah keluar melihat keadaan James.

"Bertahanlah Boss! Sebentar lagi ambulans akan datang," Fino menjaga agar James tetap sadar.

Sedangkan Renata hanya menangis melihat James berdarah dan terkapar tak berdaya.

"James maafkan aku!" ucap Renata disela tangisnya dengan suara bergetar.

James yang masih bisa mendengarnya tidak peduli, sakit fisik yang dia rasakan saat itu tidak sebanding dengan rasa sakit karena penghianatan Renata padanya.

Selang beberapa menit berlalu akhirnya ambulans telah datang dan membawa James ke rumah sakit dengan ditemani oleh Fino. Tadinya Renata juga ingin ikut di mobil ambulans itu, tapi Fino mencegahnya, dia merasa ikut sakit hati melihat Renata yang tega membuat James menjadi seperti itu walaupun tidak sengaja.

"Boss bertahanlah! Sedikit lagi kita sampai!" ucap Fino dengan perasaan khawatir.

Lalu dia mengambil ponselnya dan menghubungi Jessie mengenai kecelakaan yang terjadi pada suaminya.

Awalnya Jessie sangat histeris dan terkejut, tapi dia mencoba menguasai dirinya dan menyusul ke rumah sakit yang telah diberitahukan oleh Fino.

Saat ambulans yang ditumpangi James telah sampai, tim medis segera membawa James dan memeriksanya.

Beberapa saat kemudian Dokter berdiri ditengah pintu, Fino segera menghampirinya, lalu dokter itu mengatakan jika ada keretakan di kaki James sehingga dia harus segera dioperasi.

"Tuan James banyak kehilangan darah, sedangkan golongan darah Tuan James sangat langka dan di rumah sakit kami tidak ada stok darah yang dibutuhkan Tuan James, jadi kami perlu satu kantong darah yang sama dengan golongan darah Tuan James untuk operasi Tuan James beberapa jam lagi," ucap Sang Dokter.

Fino panik dan bingung, kemana dia harus mencari pendonor darah yang cepat untuk Bossnya.

Saat dia akan menghubungi keluarga James, tiba-tiba Jessie muncul dari luar dan masuk ke dalam ruangan James di periksa dan melihat sekilas tubuh suaminya yang tidak berdaya.

"Saya dok! Biar saya saja yang menjadi pendonor suami saya, kebetulan golongan darah kami sama!" ucap Jessie dengan perasaan khawatir.

James sudah setengah sadar karena

pengaruh obat yang disuntikkan dokter padanya, tapi dia sempat mendengar Jessie datang dan menawarkan untuk menjadi pendonor darah untuknya.

Hatinya menghangat, tiba-tiba suara Jessie terdengar tak asing di telinganya, suara yang selama ini dia cari-cari selama bertahun-tahun. Dia mengingat masa lalunya lagi sekilas, hingga dia pun terlelap dalam tidurnya dengan senyuman kelegaannya.

*Flashback On

James sangat hobi mengoleksi motor besar, dia lebih suka menaiki motor-motor kesayangannya daripada mobil sport miliknya.

Pagi itu, dia pergi ke kampusnya dengan terburu-buru karena dia bangun kesiangan. Semenjak kuliah dia memilih tinggal di apartemen sendirian.

Jam kuliah tinggal 5 menit lagi, dia melajukan motornya dengan kencang tanpa memperhatikan lampu merah telah menyala, dan naasnya sebuah mobil menabraknya dari arah samping dengan kencang. Hingga dia terpental ke aspal dan motornya terseret jauh darinya.

Lukanya cukup serius, dia banyak kehilangan darah dan warga menbawanya ke rumah sakit dengan cepat.

Hari itu di depan rumah sakit sedang mengadakan acara donor darah untuk kalangan umum, Jessie menjadi salah satu pendonor darah disana. Ini kali pertamanya dia mendonorkan darahnya bersama teman-teman satu sekolahnya.

Banyak orang yang datang untuk mendonorkan darah, Jessie sangat bosan dan ngantuk menunggu gilirannya. Sehingga dia berjalan-jalan mengitari luar rumah sakit.

Tak sengaja dia melihat seorang pria yang di bawa turun dari ambulans dengan wajah dan tubuh yang berdarah-darah lalu masuk ke dalam UGD.

Saat salah satu dokter keluar setelah memeriksa pasien korban kecelakaan itu, dia mengatakan jika golongan darah si pria adalah golongan darah langka, jadi secepatnya dokter menyuruh siapapun untuk menghubungi keluarganya.

Jessie sempat mendengar jenis golongan darah pria itu, yang ternyata sama dengan golongan darahnya. Dia mendekati ruangan UGD itu dan mengatakan pada dokter, bersedia untuk mendonorkan darahnya untuk si pria.

Jessie tidak menyadari jika pria itu adalah James dan James yang hampir hilang kesadaran juga tidak menyadari jika pendonor untuknya adalah Jessie, teman masa kecilnya sekaligus adik sahabatnya. Dia hanya mendengar samar-samar dari dalam ruangan sampai suara Jessie menghilang karena Jessie telah pergi dibawa oleh seorang perawat ke ruangan Laboratorium yang ada di rumah sakit itu.

Setelah usai mendonorkan darahnya, Jessie segera pulang karena teman-temannya telah menunggunya.

Dan setelah satu minggu James berada di rumah sakit, dia terus bertanya-tanya pada beberapa tim medis yang menanganinya, siapa gadis yang bersedia mendonorkan darah untuknya itu. Dia hanya ingin berterimakasih pada gadis itu karena telah menyelamatkan dirinya, tapi sayangnya pada saat James terluka semua panik dan tidak sempat meminta biodata gadis pendonor itu.

*Flashback Off

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!