Bab 4. Cemburu?

Fino menahan tawanya melihat hati sang Boss kepanasan.

"Katanya tidak mencintai Nyonya muda Boss? Kok malah cemburu?" goda Fino.

"Aku nggak cemburu, aku cuma nggak suka yang masih jadi milikku disentuh orang lain! Bagaimana harga diriku sebagai suami!" ujar James dengan kesal.

"Ya kan mereka cuma akting Boss lagipula itu masih wajar hanya sekedar cium tangan saja, tidak ada adegan yang vulgar maupun pakaian se*si,"

"Diam kau!"

Mendengar ucapan Fino pikiran James jadi kemana-mana, entah kenapa dia sangat kesal membayangkan Jessie dipegang laki-laki lain atau tiba-tiba memakai pakaian se*si didepan banyak orang seperti saat di apartemen bersamanya.

*

*

Hari itu James datang dari kantor lebih cepat dari biasanya, dia melihat Jessie yang sibuk di dapur memakai dress pendek tanpa lengan berwarna maroon dengan apron putih menempel di tubuhnya, terlihat semakin cantik dan manis. James yang melihat tubuh sintal istrinya menjadi berfikir buruk mengingat video iklan yang Jessie bintangi.

"Tumben udah pulang Kak James? Ayo kita makan malam, aku udah buatin makanan kesukaan Kak James. Kata Mama Nadia Kak James suka kare ayam, jadi aku belajar buat kare ayam untuk Kak James, semoga cocok di lidah Kak James." ucap Jessie malu-malu.

"Iya terimakasih, apa masaknya udah selesai? Aku ingin bicara sama kamu,"

"Sudah kak, sebentar aku cuci tangan dulu,"

Jessie bergegas mencuci tangannya dan mengikuti James yang kini tengah duduk di sofa.

Jessie duduk di sofa berhadapan dengan James.

"Sejak kapan kamu jadi model iklan? Siapa yang mengijinkanmu jadi model? Bukan berarti aku membebaskanmu melakukan semua yang kamu mau lalu kamu berbuat sesukanya, jika ada berita miring tentangmu jelas nama baikku juga akan menjadi buruk, kita semua tahu beberapa artis dan model sangat suka terlibat dengan skandal untuk menaikkan popularitas mereka." James mengintimidasi.

"Aduh nih orang dari planet mana sih? Kenapa mikirnya udah kemana-mana? Aku kan nggak ngapa-ngapain, mana ada bikin skandal!" batin Jessie sebal.

"Aku cuma jadi model dadakan aja kak, model yang seharusnya tidak hadir jadi karena waktu syuting udah mepet, atasanku menyuruhku untuk menggantikan model itu. Memangnya aku bisa menolaknya?"

James mendekat pada Jessie dan bicara langsung didepan wajahnya, "Aku nggak suka kamu disentuh laki-laki lain! Selama kamu menjadi istriku, kamu adalah milikku! Jangan berani macam-macam padaku!" James memperingatkan.

Bukannya Jessie takut, dia malah mengalungkan tangannya di leher James.

"Apa Kak James cemburu?" ucap Jessie tersenyum jahil.

Tak bisa dipungkiri dia sangat merindukan sentuhan James walau sentuhan pertama dari James sangat menyakitkan tapi dia sempat menikmatinya.

James salah tingkah dengan perlakuan Jessie padanya, belahan d*** Jessie yang terlihat sekilas membuat g**rahnya tiba-tiba muncul.

"Si.. siapa yang cemburu? Aku tidak mencintaimu jadi buat apa aku cemburu!" ucap James yang gugup.

"Ah benarkah tidak cemburu? Tapi sepertinya dari raut wajah dan bicara Kak James seperti orang yang sedang cemburu!"

"Omong kos.."

"Cupp!"

Jessie semakin mendekati wajah James dan tiba-tiba mencium bibirnya James dengan lembut.

James melebarkan matanya, c**man istrinya membuatnya menjadi menggila. Dia membalas c**man Jessie dengan rakus, dan saat Jessie akan menjauh untuk melepaskan tautan mereka, James malah menariknya dan membawanya semakin dalam.

Dia benar-benar tidak bisa menahan lagi, tak bisa dipungkiri juga James juga merindukan untuk menyentuh istrinya. Rasa nikmat yang dulu pernah dia rasakan sungguh membuatnya ingin mengulanginya lagi, sudah terlalu lama dia menahan tapi saat ini dia tahu jika Jessie memberinya kesempatan agar menyentuhnya lagi.

Semakin lama sentuhan itu semakin menuntut, James tak melewatkan setiap senti permukaan t***h istrinya. Dan Jessie pun mulai mengeluarkan suara-suara indah dari bibir merahnya, hingga tanpa sadar keduanya pun tak memakai apapun.

James menggendong tubuh sang istri menuju kamarnya, dan melanjutkan sentuhan lembutnya.

Walau mereka sama-sama suka rela melakukan itu, tapi James tetap meminta ijin untuk meminta haknya kepada Jessie. Dan Jessie hanya mengangguk tanda setuju, dia berharap setelah ini, suaminya akan benar-benar mencintainya.

Kini keduanya melakukan ritual kenikmatan duniawi mereka dengan keadaan sadar dan bahagia, sampai berkali-kali, sampai Jessie benar-benar menyerah dan meminta James untuk berhenti. Seolah pria itu tak pernah bosan dan tak memiliki rasa lelah.

Entah sampai berapa kali mereka telah melakukannya, kini keduanya pun tertidur dalam satu ranjang dan satu selimut bersama dengan posisi berpelukan.

**

Saat pagi menjelang, James bangun lebih dulu dan segera ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Saat James keluar dari kamar mandi, Jessie menyandarkan kepalanya di headboard dan menatap James dengan senyuman manisnya.

"Pagi Kak James, kenapa tidak membangunkanku?" tanya Jessie.

"Hmm, tadinya aku mau membangunkanmu setelah aku menyelesaikan mandiku, tapi kamu udah terbangun dulu, jadi aku nggak perlu repot-repot bangunin kamu!" ucap James dengan mode dinginnya lagi, lalu masuk ke dalam walk in closet miliknya.

"Kenapa sih sikapnya masih dingin aja? Apa dia lupa, aku udah bekerja keras membahagiakannya semalaman!" gerutu Jessie dalam hati.

James telah rapi dan membetulkan dasinya di depan kaca besarnya.

"Kak James mau berangkat sekarang? Apa mau aku buatkan sarapan dulu? Kemarin kita jadi gagal makan malam gara-gara kakak nggak mau berhenti," ucap Jessie dengan wajah memerah dan telah memakai bathrobe-nya.

"Ah iya maaf aku sudah membuatmu melewatkan makan malammu, kamu nggak perlu repot-repot masak. Aku pesenin sarapan buat kamu lewat online aja, aku mau berangkat sekarang." ucap James sembari menyambar tas kerja dan ponselnya.

"Kak James nggak sarapan?" tanya Jessie menghentikan aktivitasnya.

"Nanti aja di kantor," jawab James singkat dan melanjutkan langkahnya.

Tapi Jessie menahan langkah James dengan menarik tangannya.

"Kak, apa artinya semalam buat kakak? Apa kita sudah bisa menjalani rumah tangga yang sebenarnya?" tanya Jessie memberanikan diri.

Dia hanya ingin tahu jelas bagaimana perasaan suaminya terhadapnya.

"Semalam itu tidak ada artinya bagiku, sudah aku katakan aku tidak mencintaimu dan jangan berharap rumah tangga kita seperti pasangan lainnya! Dan asal kamu tahu jika beberapa laki-laki bisa melakukan seperti yang semalam tanpa ada rasa cinta sama sekali,"

"Degg!"

Jessie terdiam menahan rasa sakit hatinya, lagi-lagi James menghancurkan hatinya sampai ke dalam, terasa sangat sakit seperti ditusuk ribuan pisau.

Lalu James berangkat ke kantornya, meninggalkan Jessie yang sangat terluka untuk kesekian kalinya.

Selama perjalanan menuju kantornya, James tiba-tiba merasa bersalah telah mengatakan hal yang menyakitkan pada istrinya, entah kenapa dia jadi terbayang melihat wajah kecewa Jessie.

"Apa aku kata-kataku keterlaluan tadi? Kenapa aku menjadi laki-laki bre***sek, aku memeluknya di malam hari tapi menyakitinya di pagi hari! Begitu pengecutnya aku! Seharusnya aku tidak menyentuhnya jika hatiku masih untuk orang lain! Arrrrghhh.. S14l!" gumam James ngumpati dirinya sendiri.

Seharian ini hati James dirundung kegelisahan, hatinya mulai goyah. Semakin lama bayangan Renata semakin memudar dalam benaknya karena kehadiran Jessie, tapi dia belum bisa memastikan perasaannya, sebelum bertemu dengan Renata.

"Boss kenapa mukanya ditekuk begitu? Apa tidak dapat jatah dari nyonya muda?" goda Fino.

"Jatah palamu! Pagi-pagi otakmu sudah mesum aja!" jawab James sewot.

"Jatah sarapan Boss, bukan yang lain! Ini sebenarnya siapa sih yang mesum Boss?" goda Fino lagi.

"Tutup mulutmu! Pergi sana kau!" wajah James memerah karena malu.

"Oke! Saya permisi Boss!" Fino tersenyum jahil pada Bossnya.

James membalas senyuman jahil Fino dengan tatapan tajamnya.

Mulutnya memang mengatakan jika tidak mencintai Jessie, tidak peduli pada istri cantiknya itu, tapi hati dan pikirannya sering tertuju pada wanitanya itu.

Apakah dia mulai mencintai Jessie? Atau karena semua yang ada didiri Jessie membuatnya begitu candu? Dia sendiri belum tahu jawabannya. Tiba-tiba dia menjadi bimbang, hanya karena menyentuh istrinya sendiri, perasaannya pada Renata menjadi abu-abu, padahal hubungannya dengan Renata sudah berlangsung sangat lama.

Lalu dimana Renata? Kenapa dia tiba-tiba menghilang? Apa Renata sudah menyerah? Berbagai pertanyaan terngiang-ngiang dibenaknya, dia memang merindukan wanita itu tapi tidak seperti saat awal wanita itu meninggalkannya.

**

Sementara di tempat Jessie bekerja, dia tidak begitu fokus dengan pekerjaannya, sudah dua kali Mike menyuruh Jessie merevisi laporannya hari ini.

"Apa-apaan sih Jess, tumben pekerjaanmu tidak sempurna seperti biasa? Kamu kenapa? Apa kamu sakit?" tanya Mike sembari menatap wajah mendung Jessie.

"Ah maaf Kak Mike, aku memang sedang tidak enak badan. Aku akan memperbaikinya lebih teliti lagi," ucap Jessie sembari meminta laporan yang ada ditangan Mike.

"Tidak usah direvisi lagi, ini sudah benar. Kalau kamu sakit, kamu kan bisa minta ijin Jess. Jangan memaksakan diri untuk bekerja, bukannya suamimu salah satu orang kaya di negara ini?"

"Hah! Kak Mike tahu aku sudah bersuami? Padahal disini tidak ada yang tahu lho aku sudah menikah,"

"Jessica, apa kau lupa aku asisten Boss? Jangankan status kamu, hal paling rahasia di perusahaan ini saja aku tahu," ucap Mike sombong.

"Ah iya kenapa aku lupa ya!" Jessie menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Makanya kalau lagi banyak masalah diselesaikan dulu, jangan dibawa ke tempat kerja," tembak Mike.

"Hehehe, iya kak!"

"Ya sudah ayo kita makan siang, udah jam istirahat ini!" Mike melirik jam yang ada ditangannya.

Jessie mengangguk mengikuti Mike dan berjalan beriringan dengan pria berwajah blasteran itu ke arah kantin.

Baik karyawan wanita maupun laki-laki selalu iri melihat Jessie dan Mike yang terlihat dekat dan sangat serasi, mereka malah mengira keduanya memiliki suatu hubungan, padahal kedekatan mereka murni karena pekerjaan mereka yang selalu berkaitan, dan keduanya juga sama-sama dekat dengan sang Boss.

**

Malam pun tiba, James masih berada di kantor bersama Fino, menyelesaikan pekerjaannya yang harus segera selesai untuk bahan meeting dengan klien penting besok pagi.

Tapi beberapa saat kemudian, terlihat Fino menerima telpon dari salah satu anak buahnya dan mengabarinya tentang suatu hal, Fino pun tersenyum bangga dengan hasil kerja keras anak buahnya.

"Ada apa Fin?" tanya James.

"Nona Renata sudah terlihat Boss!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!