Setelah selesai mandi dan berganti baju santai, kedua pengantin pun bergegas turun ke restoran yang ada di lantai bawah kamarnya.
"Pegang lenganku, kita harus terlihat seperti pasangan normal yang lain didepan keluarga besar," ucap James pada Jessie yang sedang berjalan di belakangnya.
"Baik kak,"
"Wah liat itu pengantin barunya udah datang, wajahnya berseri-seri sekali!" goda Shafa, kakak ipar Jessie.
Semua pun ikut tersenyum saat memandang ke arah pengantin baru yang terlihat bahagia itu.
"Aunty Jessie cantik sekali," ucap Rey sang keponakan, yang berlari memeluk Jessie.
"Terimakasih kesayangan! Rey juga tampan sekali hari ini!" ucap Jessie menggendong Rey lalu mencium pipi gembulnya.
"Uncle James jangan nakal ya sama Aunty Jessie, nanti Rey pukul uncle!" ucap Rey menjulurkan lidah didepan James.
Sedangkan James dan yang lainnya tersenyum lucu melihat bocah laki-laki itu memperingatinya.
"Tenang saja jagoan, Aunty akan selalu bahagia bersama uncle, lagipula siapa yang berani melawan cucu Kakek Jason yang tampan ini!" James mencubit pipi Rey dengan gemas.
"Dont touch me uncle!" ucap Rey membuang muka.
Entah untuk alasan apa, Rey tidak menyukai James.
"Rey tidak boleh bersikap tidak sopan begitu sama uncle James, apa Rey lupa yang mommy katakan pada Rey?"
Shafa menatap tajam pada putranya dan Rey menunduk takut.
"I'm sorry mom!"
"Bilang minta maafnya sama uncle bukan sama mommy!"
"I'm sorry Uncle James,"
"It's ok baby! Yuk kita sarapan lanjutkan sarapan lagi!" ajak James dan Rey pun mengangguk.
Setelah menyelesaikan sarapan bersama keluarga besar, semua kembali ke mansion masing-masing. Sedangkan James dan Jessie pamit untuk tinggal di apartemen milik James.
Fino mengantarkan James kembali ke apartemen miliknya bersama sang Jessie.
Setelah selesai mengantarkan James, Fino kembali ke perusahaan untuk menghandle semua pekerjaan Bossnya.
"Itu kamarmu, tidurlah disana!" ucap James menunjukkan sebuah kamar pada Jessie.
"Tapi kita kan suami istri, aku ingin tidur satu kamar dengan Kak James," protes Jessie.
"Ck! Aku tidak akan sekamar dengan wanita yang tidak aku cintai!" ucap James dingin.
"Tapi semalam kita.."
"Sudah aku katakan lupakan kejadian tadi malam, aku sendiri tidak begitu ingat apa saja yang aku lakukan ke kamu, jadi jangan berharap lebih!" ucap James lalu masuk ke dalam kamar utamanya.
"Hufftt! Menyebalkan! Aku mau tidur sajalah." gumam Jessica.
**
Sore pun tiba, kini Jessie berada di dapur, dia ingin memasak untuk makan malam mereka. Jessie yang terlahir dari keluarga kaya tentu saja tidak pernah memasak sama sekali, tapi demi James dia bertekad akan belajar memasak.
"Auwh!"
Terlihat Jessie sedang menggoreng telur mata sapi, dan minyak panas yang ada di penggorengan itu terpercik sedikit di kulit mulusnya.
"Ya ampun baru goreng telur aja susah banget, gimana dengan lainnya." keluh Jessie.
Setelah menyelesaikan menggoreng dua telur, kini dia menanak nasi di magic com. Dia membolak-balikkan panci penanak nasi itu, dia binggung harus memberikan berapa banyak air dan beras pada panci itu.
Daripada dia salah dan nasinya menjadi tidak layak dimakan, akhirnya dia browsing bagaimana caranya untuk menanak nasi.
"Goreng telur udah, menanak nasi juga udah beres, terus apa lagi ya?" gumamnya pada dirinya sendiri.
"Ah sepertinya bikin ayam teriyaki mudah ya seperti Kak Shafa biasa buat untukku, coba ah aku telpon kakak minta diajarin caranya."
Lalu Jessie menelpon kakak iparnya untuk diajari membuat ayam teriyaki kesukaannya, dan Shafa juga memberikan resep yang paling mudah untuk Jessie. Dia salut pada Jessie karena mau belajar masak untuk sang suami.
"Semangat ya belajar masaknya putri manjaku! Aku yakin kamu pasti bisa. Kalau kamu mau coba resep lain, kamu bisa nelpon kakak lagi!" ucap Shafa menyemangati adik iparnya.
"Iya kak, makasih banyak kakakku sayang!"
"Sok-sokan mau belajar masak! Bedain garam sama gula aja nggak bisa!" goda Barrack, sang kakak.
"Udah bisa kak! Apaan sih Kak Barrack ngeselin aja! Udah aku mau lanjut masak! Assalamualaikum.."
"Wa'alaikumsalam.. Warahmatullahi.. Wabarakatuh.."
Jessie mulai melanjutkan masaknya, dia mengambil stok ayam di lemari es milik James, memotong dan memberi bumbu pada ayam itu. Jessie berkali-kali me!mencicipi masakannya dan berhati-hati memberikan garam, dia takut masakannya terlalu keasinan. Dia sadar dia baru belajar memasak jadi walaupun rasanya tidak seenak buatan orang lain, setidaknya masakan buatannya tidak keasinan maupun hambar.
Dua Jam Jessie berada di dapur dan akhirnya menu masakan pertamanya telah selesai, ada nasi hangat, telur mata sapi dan ayam teriyaki untuk sang suami.
"Tok.. Tok!"
"Kak James!" panggil Jessie.
"Ada apa!" jawab James dari dalam kamar.
"Ayo kita makan! Aku udah masak makan malam untuk kita," teriak Jessie dari balik pintu.
"Iya! Tunggu aku di meja!"
"Oke!"
Setelah itu Jessie duduk menunggu James.
James keluar dengan celana pendek dan kaos oblongnya, dan rambutnya dia biarkan berantakan seperti biasanya.
Entah kenapa Jessie malah terpana melihatnya seperti itu, dia menatap James tanpa berkedip.
"Apa ini?" tanya James yang memandang Jessie yang masih terbengong.
"Hei Jess!" panggil James lagi.
"Ah maaf aku nggak fokus Kak," Jessie tersenyum malu.
"Nggak usah terlalu kagum padaku! Aku memang udah biasa diperhatikan seperti itu!" ucap James dengan angkuh.
"Ehemm!" Jessie hanya berdehem untuk membalas ucapan James.
Dia berfikir apa James benar-benar tidak menyadari jika dirinya juga dambaan semua pria, jika dia mau, dia bisa mendapatkan yang lebih baik dari James. Tapi James pahlawan di masa kecilnya, cinta monyetnya dan laki-laki yang selalu Jessie kagumi.
"Maaf aku hanya bisa masak ini Kak, karena ini pertama kalinya aku masak, entah enak atau tidak. Ini ada telor mata sapi dan ayam teriyaki, semoga kakak suka!"
Jessie meminta piring James untuk mengambilkan nasi untuknya.
"Eh tunggu! Aku ingin memastikan makanan ini layak dimakan manusia apa tidak!"
"Hah!" Jessie terkejut dengan ucapan James tapi berikutnya dia hanya bisa menghela nafasnya panjang.
Dia pasrah jika James tak ingin makan masakannya, karena dia sendiri pesimis dengan rasa masakan itu.
James mengambil satu kotak kecil ayam yang dibumbui saus berwarna coklat itu lalu memasukkan ke mulutnya.
"Bagaimana rasanya Kak? Apa tidak enak?" tanya Jessie dengan was-was.
"Lumayanlah untuk pemula!" ucap James datar lalu menyodorkan piringnya pada Jessie.
Bagi James masakan Jessie lumayan enak walau dengan menu sederhana seperti itu, apalagi Jessie tidak pernah masak sama sekali. Setidaknya dia mau berusaha untuk menjadi istri yang baik untuknya.
Jessie bernafas lega, setidaknya James tidak menolak masakannya. Dan akhirnya mereka makan malam bersama tanpa berbicara lagi dan kembali ke kamar mereka masing-masing saat selesai menyelesaikan makan mereka.
Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, tapi Jessie belum bisa tidur, lalu dia memutuskan untuk pergi ke dapur membuat susu hangat.
Saat dia berjalan ke arah dapur, dia melihat James yang membuka lemari untuk mencari sesuatu.
"Apa yang Kak James cari?" tanyanya.
"Aku ingin buat Kopi,"
"Sini aku buatkan! Kak James duduk aja ya!"
James mengangguk dan duduk di meja makannya.
Beberapa saat kemudian, Jessie membawa dua cangkir kopi dan susu mereka, lalu Jessie duduk tepat di depan James.
"Terimakasih!"
James menerima kopinya dan akan beranjak dari tempat duduknya, tapi dengan cepat Jessie menahannya.
"Kak James kita harus bicara,"
"Hm, bicaralah!"
James duduk kembali di kursinya.
"Besok aku akan mulai bekerja di sebuah perusahaan periklanan tapi bukan milik kakak. Apa Kak James mengijinkanku bekerja?" tanya Jessie.
"Lakukan apapun yang kamu mau! Aku tidak peduli, kamu mau kerja, kamu mau jalan-jalan atau kemanapun terserah kamu! Dan kamu juga jangan pernah mencampuri urusanku!"
"Tapi Kak, diakui atau tidak aku tetap istri kakak. Aku wajib memberi tahu apapun yang aku lakukan kepada kakak, walau kakak juga tidak mau tahu."
"Ya udahlah terserah kamu." ucap James cuek sedangkan Jessie hanya terdiam menahan rasa kecewanya.
"Eh aku penasaran kenapa wanita sepertimu terlalu terobsesi padaku dan ingin menjadikanku suamimu! Sebenarnya apa tujuanmu?" tanya James.
"Kak James tahu, kita mengenal sejak kita kecil, dan kakak menyelamatkanku dari anak-anak yang membullyku. Aku sangat mengagumi kakak sejak lama, tapi waktu itu aku belum mencintai kakak. Setelah Kak James membelaku didepan David, aku mulai mencintai kakak. Aku yakin kakak adalah orang yang tepat menjadi suamiku, karena kakak sangat baik dan dewasa." ucapnya dengan jujur.
"Omong kosong apa itu Jessie! Aku menganggapmu sebagai adik, makanya aku membelamu jika ada yang menyakitimu. Tolong buang khayalanmu jauh-jauh karena sampai kapanpun aku hanya akan menganggapmu adik tidak lebih!" ucap James kesal.
"Aku akan tetap mencintai kakak walau aku hanya dianggap adik."
"Terserah kamu!"
James meninggalkan Jessie dan masuk kedalam kamarnya lagi.
"Aku nggak akan menyerah Kak James! Aku yakin bisa membuat kakak mencintaiku!" gumam Jessie.
**
Pagi pun tiba, Jessie membuatkan sandwich dan susu hangat untuk sarapan mereka berdua. Jessie selalu terlihat cantik dan se*si dengan setelan kerjanya dan James sangat tampan dengan setelan jasnya.
"Kak bareng boleh ya?"
"Nggak bisa Jessie!"
"Sekali aja kak!"
"Tapi kita kan nggak searah, masa aku ke tempat kamu dulu lalu ke kantorku. Aku males harus kejebak macet lama!" keluh James.
"Ya udah aku naik taksi online aja,"
"Bagus! Begitu kan lebih cepat, kalau kamu mau mobil, nanti aku ambilkan mobilku yang dulu di mansion mama,"
"Nggak usah deh kak! Biar nanti supir yang antarkan mobilku," ucap Jessie dengan perasaan kecewa.
Dan setelah menyelesaikan sarapan mereka, keduanya pun berangkat bekerja.
Jessie menuju ke kantor Robert, karena beberapa waktu lalu dia melamar disana tanpa embel-embel nama besar keluarganya. Jessie adalah wanita yang cerdas jadi Robert memberikan Jessie kesempatan untuk belajar bersamanya. Jessie juga sempat meminta Robert agar menyembunyikan identitasnya sebagian salah satu pewaris Hansel Grup. Karena selama ini Jessie juga tidak begitu menyukai publikasi.
"Tok.. Tok!"
Jessie mengetuk ruangan Robert.
"Masuk!"
"Ceklek!"
"Morning Jessie! Selamat bekerja di perusahaanku, semoga kinerjamu tidak akan mengecewakanku!" sambut Robert.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments