Mobil mewah sudah datang ke depan rumah Paman Mike. Kali ini Don sendiri yang membawa mobilnya. Perintah Malvin tidak akan ditolaknya. Sampai dirumah itu Don membawa satu paket baju dengan perhiasanya. Dia juga meminta seseorang untuk menata rambut Danita.
Pamqn Mike duduk dan menyuguhkan beberapa kudapan pada Don. Meski tidak disentuh sama sekali. Don hanya fokus pada tujuanya membawa Danita ke rumah Malvin.
Saat ini Danita menatap dirinya sendiri di depan cermin. Dimana pantulan dirinya begitu indah dengan gaun dan perhiasan. Bahkan sebuah ingatan tiba-tiba muncul begitu Danita menatap dirinya sendiri.
Ingatan dimana dia sedang berada dirumah besar. Saat itu banyak tamu yang datang. Mereka berniat investasi untuk perusahaan Agora. Sampai beberapa orang masuk dengan topeng. Tanpa ampun mereka menembaki orang disana.
"AAAAAAAAAAaaaa."
Saat itu juga Danita berteriak. Membuat Paman Mike dan Don buru-buru masuk. Melihat Danita duduk dengan tatapan ketakutan. Paman Mike langsung merapikan Danita lagi.
"Kamu kenapa?" Tanya Paman Mike dengan tenang.
"Ti...tidak."
"Kau ini."
Don hanya menatap. Dia tidak mengatakan apapun. Ponselnya tiba-tiba berdering. Ternyata Malvin yang memberikan perintah untuk segera membawa Danita kerumah. Malvin sudah sangat menginginkanya.
Setelah dirasa semua persiapan cukup. Danita sudah akan masuk ke dalam mobil. Dia tidak membawa apapun. Hanya sebuah kalung dengan liontin bentuk bunga lily kecil yang dia bawa. Danita tidak tahu kalung itu berasal dari mana. Hanya saja, Danita merasa begitu terikat dengan kalung itu.
"Tuan Don. Apa saya bisa bicara dengan Paman Mike dulu?" Tanya Danita sebelum masuk ke mobil.
"Silahkan, tapi waktu kita hanya sebentar."
Danita mengangguk perlahan. Dia berjalan kearah Paman Mike yang sedang bermain dengan gadgetnya. Terlihat begitu senang dan tanpa beban.
"Paman."
"Ya."
"Apa Paman tidak akan mengantarkan aku?"
"Untuk apa? Jangan pasang wajah sedih itu lagi. Mulai saat ini, kamu akan menjadi wanita yang dikagumi."
"Tapi Paman..."
"Diam. Pergilah."
"Baik."
"Jika ada hal buruk. Cepat hubungi aku," kata Paman Mike saat Danita berbalik.
Mendengar itu Danita sedikit tersenyum. Setidaknya Paman Mike masih mencoba menenangkan dirinya. Dengan perasaan yang tidak tentu. Danita akhirnya masuk ke dalam mobil. Disana hanya ada dia dan Don saja.
***
Mata Mel terus menatap pada foto wanita di depanya. Wanita bernama Danita Agora ini belum pernah dia lihat. Bahkan dilihat dari data dirinya Danita bukanlah orang yang penting. Bukan juga orang kaya dan bermartabat.
"Siapa wanita ini?" Lirih Mel.
Kembali Mel mencoba mencari tahu lebih. Tidak ada data lagi selain ini. Membuat Mel semakin penasaran. Ingin langsung bertanya, tapi sepertinya Malvin tidak akan jujur padanya.
*Aku sudah dapat data diri wanita yang kamu mau.*
Pesan itu dikirim oleh Mel dari ponsel pribadinya. Tidak lewat email seperti yang dikatakaanya saat dengan Malvin.
*Kirim segera.*
Lima menit kemudian. Mel mengirim email yang diinginkan oleh Malvin. Malvin melihat data diri itu dengan lekat. Tidak ada sesuatu yang istimewa. Bahkan pendidikanya juga sederhana, seperti bukan keluarga yang sedang dicarinya.
Sampai saat melihat kalung yang dipakai oleh Danita dalam foto itu. Malvin masih sedikit ingat tentang surat kabar tentang hilangnya Danita. Malvin mencari majalah itu melalui online, disana ada beberapa artikel yang dibutuhkan oleh Malvin.
Benar. Danita Agora yang hilang memiliki kalung ini. Begitu juga dengan Danita Agora yang saat ini dia temukan. Meski begitu Malvin tidak ingin gegabah. Dia akan mencari tahu dengan perlahan. Sampai Danita sendiri yang mengatakan semuanya.
*Kami sudah hampir sampai Tuan.*
Malvin menekan tombol pada telfon kantor. Tidak lama langsung tersambung pada orang yang dituju.
"Siapkan mobil. Aku ingin cepat sampai dirumah."
Setelah itu Malvin mengambil jas dan keluar dari ruanganya. Mel dan Malvin bertemu, bahkan sampai bertatap muka. Hanya saja Malvin memilih tetap berjalan dan tidak menyapa Mel.
"Siapa wanita itu? Kenapa begitu penting bagi Malvin."
***
Rumah besar dengan dekorasi zaman dulu. Terawat, bahkan begitu terlihat elegan dan bergaya. Sebelum masuk kerumah taman depan sudah menyuguhkan keindahan dengan berbagai bunga.
Suasana yang begitu menenangkan. Mobil yang membawa Danita baru saja sampai di depan pintu rumah. Seorang pelayan langsung membukakan pintu mobil tanpa diminta. Senyumannya menyapa Danita, membuatnya sedikit tenang.
"Selamat datang dirumah Brown." Ucap Don saat membuka pintu untuk Danita.
Beberapa pelayan mengangguk dan membungkukan badan tanda hormat. Danita yang tidak pernah mendapatkan hal ini merasa malu. Dia hanya menundukan kepalanya, tidak berani menatap mereka.
"Tuan Malvin sedang menunggu diruang baca," kata seorang kepala pelayan pada Don.
"Terima kasih."
Tanpa diperintah. Danita mengekor pada Don. Sampai disebuah pintu yang berukir. Tidak seperti pintu pada umumnya. Don membuka pintu, mempersilahkan Danita untuk masuk lebih dahulu.
Di dalam ruang baca. Malvin duduk dengan kaki bersilang. Dia sedang fokus pada buku yang dipegang. Sampai saat Danita masuk membuat buku itu langsung tertutup. Mata Malvin menatap wanita cantik itu yang masuk perlahan.
"Ini Nona Danita, Tuan."
"Ya. Kau bisa pergi sekarang."
Don mengangguk. Dia langsung keluar dari ruangan itu meninggalkan Malvin dan Danita.
Tidak ada kata yang diucapkan pada Danita. Malvin hanya berjalan mengelilingi Danita. Membuat wanita itu merasa gelisah karena terus menerus ditatap oleh pria asing. Sampai saat Malvin mendekat dan menyibakan rambut Danita. Bekas itu memang nyata, bukan hanya sebuah halusinasi.
Jantung Danita hampir lompat dari tempatnya atas kelakuan Malvin. Danita yang memang tidak pernah disentuh lelaki merasa aneh dan risih. Apa lagi mata Malvin yang menatap tajam pada dirinya.
"Dimana kau mendapatkan luka ini?" Tanya Malvin.
"Saya tidak ingat. Hanya saja, luka ini sudah lama berada disana."
Jawaban Danita tidak memuaskan bagi Malvin. Dia melihat kearah leher Danita. Disana tidak ada kalung dengan liontin Lily yang dia cari. Ingin bertanya, hanya tidak memungkinkan saat ini.
"Tuan Brown. Apa Tuan tahu tentang luka ini?"
Pertanyaan itu tidak ditanggapi oleh Malvin. Dia memilih untuk duduk dan membuka laptopnya. Mencari tentang kalung itu, kalung yang begitu diinginkan banyak orang. Danita tidak tahu, kalung itu begitu berharga untuk beberapa organisasi gelap.
"Tuan," lirih Danita.
"Apa kau bisa diam!" Suara itu begitu keras. Nyali Danita langsung menciut saat itu juga.
Tubuh wanita itu bergetar ketakutan. Sampai saat Malvin selesai mencari tahu. Dia berbalik pada Danita, menatap wanita yang saat ini begitu terlihat takut. Malvin menyunggingkan senyum. Saat ini, dia memikirkan cara agar Danita mau bicara sejujurnya.
"Keluar. Aku ingin kau besok terlihat cantik. Pernikahan kita, akan menjadi hadiah terbesar dalam hidupmu." Ucap Malvin.
Danita kaget dengan ucapan itu. Dia kira Malvin akan berbual tentang pernikahan. Ternyata tidak, dia benar berniat membuat Danita menjadi miliknya. Sampai tujuanya tercapai, Danita tidak bisa tersentuh siapapun.
BRAK
Pintu ditutup dengan kasar. Saat itu Don masih saja di depan pintu ruang belajar. Dia melihat jelas Malvin yang mengusir Danita dengan kasar.
"Saya akan bawa Anda ke kamar. Mari ikut saya," kata Don.
Tanpa suara, Danita mengekor pada Don. Sampai dilantai dua rumah itu. Don membukakan pintu dengan perlahan.
"Silahkan masuk Nona Danita."
Danita yang melihat ruangan itu terdiam sesaat. Semua yang ada didalam kamar itu adalah kemewahan. Bahkan banyak barang dari merek ternama. Danita tidak bisa memikirkan berapa uang saja yang keluar untuk hal ini.
"Nona."
"Ya."
"Silahkan masuk. Nanti akan ada kepala pelayan yang datang dan menjelaskan semuanya."
"Terima kasih."
Wajah Danita masih tidak bisa berbohong. Dia begitu kagum dengan dekorasi kamar itu. Semua yang dia perlukan juga sudah disiapkan. Hal ini berbanding terbalik saat dia berada dirumah Paman Mike. Dimana Danita harus bersusah payah untuk hal yang dia inginkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments