Agora : Love And Hurt
Bab 1
Langit masih terlihat cerah. Gang-gang kecil masih terlihat ramai akan tawa para anak kecil yang bermain. Suasana tenang yang selama ini melingkupi tempat dipinggiran kota ini.
Sampai disebuah rumah dengan dekorasi yang megah. Rumah itu terlihag satu-satunya yang memiliki kemewahan. Meski begitu, tidak berpengaruh pada masyarakat lainya. Sampai mereka mendengar suara baku tembak dari rumah itu.
Mendadak suasana hening mengerikan. Bahkan para orang tua membawa anak-anaknya masuk ke rumah dan mengunci rapat pintu masuk. Tidak tahu apa yang sedang terjadi disana. Hanya saja suara jeritan kesakitan begitu memekakan telinga.
Jam berlalu dengan lambat. Sampai akhirnya banyak polisi yang datang. Mobil ambulance juga datang dengan beberapa kantung mayat. Tidak ada yang tahu siapa yang tinggal disana. Mereka hanya mendengar jika sipemilik rumah adalah orang yang begitu kaya. Memiliki banyak usaha.
"Keluarga Agora yang tinggal disana. Tidak ada yang tahu seperti apa wajah mereka. Kami hanya mendengar nama itu saja," kata seorang wanita yang ditanyai polisi saat itu.
"Berapa anggota keluarga itu?"
Wanita paruh baya itu tidak menjawab. Dia menggeleng lalu kemudian meninggalkan polisi itu dengan diamnya.
Seorang gadis kecil keluar dari rumah itu. Wajah ayunya tidak dapat ditutupi meski tubuhnya berantakan. Badan yang terkena darah juga rambut yang semrawut.
Baju mahal yang dikenakanya sama sekali tidak terlihat mahal lagi. Kalung dan gelang tidak lagi memiliki sinarnya. Dialah Danita Agora. Putri satu-satunya dikeluarga Agora.
Sebelum polisi berhasil mendekat pada Danita. Dua orang berbaju hitam lebih dulu datang dan membawanya pergi. Membuat kasus rumah Agora itu menjadi buntu.
Lima tahun kemudian.
Seorang wanita dengan rambut ikal, matanya berwarna coklat dengan senyuman yang indah. Banyak pria yang menginginkanya. Hanya saja dia tidak dapat dimiliki begitu saja. Bukan karena dia memiliki keuarga yang kaya. Hanya saja dia adalah seorang pelayan disebuah restoran ternama.
Danita Agora. Lima tahun ini dia sudah belajar banyak. Dimana dia bahkan lupa akan masa lalunya. Dia kini diasuh oleh paman yang selalu mengawasinya. Tentu saja ini bukanlah hal baik, karena selama ini Danita hanya menjadi mesin pencari uang.
"Danita."
Baru saja Danita keluar dari rumah kecil itu. Suara pamanya yang lantang sudah berhasil membuatnya berhenti ditempat.
"Mana uangku?" Tanya Paman Mike dengan senyuman mengerikan.
"Paman. Bukankah kemarin sudah aku berikan semuanya. Aku...aku tidak ada lagi."
Paman Mike tidak puas dengan jawaban Danita. Dia langsung mengambil tas Danita dan mengeluarkan semua isinya. Sampai akhirnya beberapa lembar uang berhasil dia dapatkan.
"Jangan pernah membodohiku Danita. Jika kau melakukan ini lagi, aku tidak segan untuk membunuhmu."
Ancaman itu sudah sering Danita dengar. Sampai rasanya tidak ada lagi rasa dihatinya. Ingatan masa lalu yang menghilang membuat Danita tidak bisa melakukan apapun. Dia hanya bisa pasrah sampai ingatan itu datang kembali.
Mau lari, keinginan itu pastilah ada. Hanya saja Danita tidak tahu harus berlari kemana. Tidak ada siapapun yang dekat denganya, kecuali paman Mike.
Langkah Danita akhirnya sampai juga direstoran. Melihat jam tangan membuat Danita buru-buru masuk dan melakukan absen. Dia tidak mau sampai dicap kurang disiplin. Itu akan mempengaruhi gajinya nanti.
"Kamu baru datang?"
"Iya Pak." Danita mengulas senyum.
"Mau sarapan bersama?" Tanya Lucas lagi.
"Tidak, Pak. Sudah waktunya saya bekerja. Permisi."
Lucas adalah pemilik restoran ini. Dia tampan juga memiliki pesona yang tajam. Beberapa kali Lucas mencoba mendekat pada Danita, hanya saja Danita memilih menjaga jarak. Dia tidak mau jika Paman Mike tahu ada yang mendekatinya.
Paman Mike tidak suka Danita didekati pria. Dia takut Danita akan lari dengan pria itu dan tidak akan kembali. Sudah tentu mesin pencari uang itu akan lenyap.
Jika Paman Mike tahu Danita didekati pria. Pukulan yang bertubi-tubi akan menghujani tubuh Danita. Tanpa ampun.
Tepukan tangan dari kepala pelayan menjadi sebuah tanda. Beberapa pelayan diruangan itu langsung mendekat, termasuk Danita.
"Ada pengumuman penting untuk hari ini." Mata kepala pelayan menatap seluruh anak buahnya itu.
Tidak ada yang bersuara.
"Orang terkaya dikota kita akan datang untuk acara malam ini. Malvin Brown. Jadi, saya ingin kalian melakukan hal terbaik yang kalian bisa. Khusu untuk kamu Danita, kamu akan ditugaskan menyuguhkan minuman untuk Tuan Brown nanti." Jelas kepala pelayan.
Danita mengangguk diikuti oleh yang lain. Setelah itu mereka kembali keurusan masing-masing.
Banyak pasang mata yang iri pada Danita. Wanita cantik itu yang akan bertemu dan berdekatan dengan Malvin Brown. Meski hanya untuk menuangkan minuman. Semua pelayan direstoran ini begitu menginginkanya.
Baru saja Danita mengantar makanan pada tamu restoran. Seorang teman dengan sengaja membuat Danita terjatuh. Marah, Danita ingin melakukan itu hanya dia tidak ingin sampai emosinya meluap. Dia mengatur nafas kemudian berdiri.
"Kenapa kamu melakukan itu padaku?" Tanya Danita langsung.
"Apa yang aku lakukan? Kau jatuh sendiri dan sekarang menyalahkan aku?"
Pelayan wanita itu akan pergi. Kemudian Danita melakukan hal yang sama. Sebelum wanita itu berdiri dan mengomel, Danita sudah melangkah pergi lebih dulu.
Dulu, Danita tidak pernah melawan atas tindakan teman-temanya. Apa lagi sampai atasanya yang melakukanya. Sampai akhirnya, Danita merasa tertekan. Membangun diri untuk membuat dirinya lebih dihargai.
Jam istirahat tiba. Danita duduk di kantin khusus karyawan direstoran. Makanan Danita begitu sederhana. Omelet telur dengan saus pedas. Hanya itu.
"Aku lelah mencarimu."
Danita menoleh. Melihat seorang wanita dengan pakaian mewahnya. Dia adalah Laura Kei, model papan atas. Pacar dari Lucas.
"Kenapa kau datang kesini?" Tanya Lucas acuh. Membuat pipi wanita itu memerah.
Mata Lucas tertuju pada Danita yang sedang duduk sendiri. Dia membawa makanananya dan duduk di depan Danita. Kaget, Danita bahkan hampir tersedak makanannya sendiri.
"Dia siapa?" Tanya Laura tidak senang dengan adanya Danita di depan Lucas.
"Aku pelayan. Anak buah dari Pak Lucas. Permisi," Danita berdiri dan akan berpindah tempat.
"Tunggu."
Laura menyekal tangan Danita. Danita berhenti dan menghadap pada Laura. Tidak ada kata, Laura hanya menatap Danita dari atas sampai bawah. Sebelum akhirnya berdecih dan kembali menatap pacar tampanya itu.
"Dia? Kau pikir aku bisa dibandingkan denganya?"
"Laura. Diam."
"Bagaimana aku bisa diam. Kau memutuskan aku karena wanita itu."
Mata Laura berputar. Tidak percaya dengan apa yang baru saja dia lihat. Seorang pelayan biasa bisa membuat Lucas memutuskan dirinya dengan kasar.
***
Acara makan malam Malvin Brown sudah tiba. Banyak tamu yang datang. Mulai dari kalangan pengusaha sampai artis ternama. Tidak ada yang memiliki kesederhanaan. Semuanya hanya tentang kemewahan.
Kali ini Danita tidak lagi memakai baju pelayan biasa. Dia sudah memakai baju pelayan khusus yang disediakan oleh restoran untuk tamu penting.
Sampai saatnya Danita harus maju dan menuangkan minuman untuk Malvin. Tenang, harus sempurna. Mata Malvin yang awalnya serius berbicara dengan tamu sepesialnya terhenti saat Danita membungkuk dihadapanya untuk menuangkan minuman.
Saat itu rambut Danita dikuncir rapi. Membuat bagian belakang telinga sampai leher terlihat jelas. Dibelakang telinga Danita ada sebuah bekas luka yang tidak bisa hilang. Selama ini Danita menyembunyikanya, sampai Malvin melihatnya.
Tangan Malvin tiba-tiba menyentuh leher Danita. Berniat menyentuh bekas luka itu. Kaget, Danita mundur beberapa langkah sampai akhirnya menumpahkan minuman dibaju Malvin.
"Maaf. Maaf Tuan Brown, saya tidak sengaja." Ucap Danita sembari membersihkan baju Malvin dengan tanganya.
"Berhenti." Nada itu begitu tegas.
Danita berhenti dan tertunduk. Saat ini pekerjaanya akan dalam masalah besar. Malvin pasti tidak akan memaafkanya.
"Siapa namamu?" Tanya Malvin.
"Danita." Lirih Danita.
"Nama lengkap yang aku tanyakan."
"Danita Agora."
Agora. Kata itu berhasil membuat Malvin terdiam seribu bahasa. Selama ini dia sudah mencari nama itu. Tidak disangka jika pelayan itu memiliki nama Agora. Nama yang langka dan membuat Malvin berambisi.
"Pergi." Ucap Malvin kemudian.
"Baik, Tuan Brown."
Malvin memberikan isyarat pada asisten pribadi sekaligus pengawalnya. Don mendekat, Malvin membisikan sesuatu dan langsung diangguki oleh Don.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments