Dua

Jalanan mulai sepi. Tentu saja, ini sudah lebih dari jam enam sore. Anak-anak yang baru saja bermain sudah kembali kerumah masing-masing. Gang sempit dengan sampah yang berserakan dimana-mana. Danita sudah biasa melihat pemandangan itu.

Langkah Danita tenang. Dia merasa tenang karena Tuan Brown melepaskanya. Danita tidak perlu repot lagi mencari pekerjaan. Dia melihat makanan yang baru saja dia beli. Berharap jika Paman Mike akan lebih baik memperlakukanya. Meski harapan itu adalah harapan kosong.

Mata Danita terhenti saat melihat sebuah mobil mewah berhenti di depan rumah kecilnya. Danita merasa aneh saat itu, baru kali ini ada seseorang yang datang kerumah. Bahkan Paman Mike juga tidak pernah membawa orang lain ke rumah.

Perlahan Danita membuka pintu. Di dalam sudah ada beberapa orang berpakaian hitam. Paman Mike duduk dengan beberapa tumpuk uang ditanganya. Hal ini semakin membuat Danita bertanya-tanya.

"Nona Danita Agora."

Danita menoleh. Pria tegap dengan setelan jas hitam. Kumis tipis menghiasi wajahnya. Wajah itu terlihat tenang dan tidak mengerikan.

"Namaku Don. Orang dari Tuan Brown."

Saat itu Danita terdiam. Dia menatap pria itu dengan lekat. Tidak tahu apa yang akan dilakukan pria itu selanjutnya pada Danita.

Tangan Don terulur. Gemetar, Danita akhirnya menanggapi uluran tangan itu. Mereka berjabat tangan sebentar. Lalu Don tersenyum, dia melangkah pergi. Diikuti oleh dua pengawalnya.

"Paman. Kenapa dia datang kesini?" Tanya Danita pada Paman Mike.

Paman Mike tidak terlihat marah. Dia begitu serius menghitung uang di depanya itu sampai tidak mempedulikan Danita.

"Paman. Uang dari siapa itu?" Tanya Danita dengan marah.

Brak. Tangan pria itu menggebrak meja dengan kasar. Saat itu juga dia menarik Danita ke dalam kamar. Mendorong sampai Danita menabrak dinding. Danita yang memang kalah akan kekuatan hanya meringis kesakitan.

"Besok. Kamu pergi ketempat Tuan Brown. Dia baik padamu, kamu akan dijadikan istri."

"I...istri?"

"Ya."

Paman Mike menutup pintu. Bahkan kali ini dia mengunci dengan rapat. Tentu saja, Paman Mike takut jika Danita akan lari. Peluang emas itu akan hilang jika Danita pergi.

Ada alasan sendiri kenapa Paman Mike memberikan Danita pada Malvin. Malvin mengatakan jika dia akan memberikan uang sepuluh juta per bulan pada Paman Mike. Uang sejumlah itu sangat banyak bagi Paman Mike yang hanya duduk dan bersenang-senang.

***

Malvin duduk dengan sebuah laptop di depanya. Disana dia melihat jika Paman Mike sangat setuju. Apa lagi uang dua milyar sudah dia berikan.

Samar-samar terlihat senyum mengerikan dari sudut bibir Malvin. Setelah itu Don menutup laptop itu. Mengatakan jika besok Danita sudah bisa dia bawa untuk kerumah besar ini. Hal yang sangat menyenangkan bagi Malvin.

Kembali Malvin teringat akan luka itu. Dengan jelas Malvin tahu luka itu disebabkan oleh apa. Hal yang selama ini Danita ingin tahu.

"Apa kau sudah menyelidiki wanita ini?" Tanya Malvin.

"Saya hanya menemukan dia diumur tiga belas tahun. Setelah itu buntu."

"Maksudmu?"

"Pamanya menemukan Danita sendiri di jalan. Saat itu, pamannya yang kasihan membawa dia pulang. Awalnya sikap paman Mike begitu baik. Sampai dia kehilangan pekerjaan. Membuat Danita harus pergi bekerja."

"Jadi dia bukan paman kandung wanita itu?"

"Benar Tuan."

Mendengar hal ini membuat Malvin semakin menginginkan Danita. Dia ingin tahu, siapa wanita ini dan kenapa bisa menyandang nama Danita Agora.

Setelah meminta Don untuk tahu lebih lanjut. Malvin kembali ke kantornya. Di dalam ruangan kerjanya ada sebuah foto keluarga yang cukup besar. Keluarga utuh Brown, hanya saja saat ini tidak lagi. Malvin berdiri sendiri.

Flashback Malvin.

"Kamu yakin mau bergabung dengan keluarga Agora?" Tanya Mama Malvin yang tidak percaya akan keputusan Papa Malvin.

Sekali lagi Papa Malvin mengangguk. Bahkan saat ini tumpukan uang sudah berada di koper. Siap untuk dibawa kerumah Agora. Mereka akan menjalankan sebuah bisnis bersama.

Entah apa yang terjadi. Mama Malvin begitu tidak setuju dengan hal ini. Mungkin karena dulu pernah jatuh bersama dengan keluarga Agora. Membuatnya takut kembali kejalan itu.

"Pa." Ucap Mama Malvin.

"Sudahlah Ma. Kamu jaga Malvin saja dirumah. Kali ini pasti berhasil, Ma."

Papa Malvin pergi begitu saja. Tinggal Mama Malvin yang diam. Saat itu Malvin hanya duduk diam mengamati percakapan itu. Dia belum tahu apa yang akan dilakukan Papanya itu.

Sampai saat berita terbaru muncul di TV. Dimana sudah terjadi pembunuhan dirumah Agora. Disana tidak ada yang selamat, sampai desas desus tentang anak tunggal dari Agora masih hidup.

Saat itu, Malvin begitu membenci nama Agora. Dia begitu ingin tahu apa yang terjadi dirumah Agora. Sampai akhirnya Ayahnya tiada.

Tok tok tok.

Flash back berakhir.

Malvin sadar dari semua ingatanya. Dia melihat sekertarisnya masuk dengan beberapa berkas. Itu adalah berkas tentang pembangunan gedung apartemen miliknya.

"Pak Malvin. Anda harus tanda tangan disini," kata sekertaris Mel dengan lembut.

"Ya."

Mel bukan hanya sekertaris Malvin. Dia juga teman lama Malvin saat berkuliah. Mereka sudah mengenal lama. Meski begitu, saat di dalam kantor tidak ada panggilan biasa. Mereka menggunakan panggilan seperti bos dan anak buahnya.

"Mel."

"Ya, Pak."

"Tolong saya. Saya butuh data pribadi dari wanita bernama Danita Agora."

Mel menatap heran. Tidak biasanya Malvin menanyakan seorang wanita. Apa lagi tentang data pribadinya. Hal ini membuat Mel merasa terancam.

"Mel."

"Baik, Pak. Segera saya kirimkan lewat email."

"Terima kasih."

Mel mengangguk. Dia langsung keluar dari ruangan Malvin. Untuk sesaat Mel merasa tidak tenang. Selama ini hanya ada dia wanita yang dekat dengan Malvin. Tiba-tiba saja wanita bernama Danita membuat Mel tersaingi.

***

Malam mulai datang, hawa dingin mulai melingkupi tubuh Danita. Belum lagi rasa lapar yang sejak tadi datang. Hal itu membuat Danita memeluk dirinya sendiri dengan erat. Niatan untuk membawa makanan pada Pamanya sudah hancur, kini dia juga harus kelaparan.

Pintu terbuka. Perlahan sebuah cahaya memasuki ruangan sempit itu. Paman Mike masuk dengan sebuah lilin ditanganya. Dia meletakan lilin itu, tanpa menoleh pada Danita.

"Paman." Panggilan itu tidak dijawab. Paman Mike sudah kembali keluar dan menutup pintu.

Hampir saja Danita merasa putus asa. Tubuhnya saat ini sudah menggigil karena dingin dan lapar. Sampai Paman Mike kembali masuk. Dengan kasar Paman Mike melempar selembar selimut. Dia juga membawakan makanan untuk Danita. Kali ini bukan makanan basi atau makanan sisa. Melainkan ayam goreng dengan nasi.

Mata Danita seakan tidak percaya. Dia merasa Paman Mike berubah, dia tidak akan memberikan Danita pada Malvin. Sampai Paman Mike berkata, "Aku tidak ingin Tuan Brown marah karena melihatmu kusut."

Kembali dunia Danita seakan runtuh. Baru saja dia merasakan kehangatan keluarga. Kini kembali hancur oleh kenyataan. Dimana dia benar-benar akan diberikan pada Malvin Brown.

"Paman. Kenapa Paman mau memberikan aku pada Tuan Brown. Disni hanya paman keluargaku."

"Gadis bodoh. Kau itu bukan keluargaku. Selama ini aku mengasuhmu agar kamu memberikan uang untukku."

Sakit. Rasa sakit itu tidak bisa dijelaskan lagi dengan sebuah kata. Dimana dicampakan oleh orang yang selama ini ada disampingnya. Bukan karena hubungan darah, Danita sudah menganggap Paman Mike seperti ayahnya sendiri.

"Makan dan tidurlah. Besok kau harus terlihat cantik didepan Tuan Brown."

Kali ini tidak ada tanya apa lagi kata. Danita hanya mengangguk lemah dengan tetes air mata dipipinya. Mau bagaimanapun, Paman Mike tidak menerima penolakan Danita.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!