“Nona, kebutuhan Nona untuk mandi sudah selesai,” ucap sang pelayan, Gelora sedikit terkejut saat mendengar suara tersebut.
“Ah iya, terima kasih. Oh iya siapa namamu?” tanya Gelora pada pelayan tersebut.
“Bella, panggil saja saya Ella, Nona," jawab Ella dengan ramah.
“Baiklah Ella, namaku Gelora. Kamu bisa keluar sekarang.”
“Apa Nona tidak membutuhkan sesuatu lagi, apa Nona mau saya bantu untuk mandi?” tawar Ella.
“Hey Ella, aku ini sudah besar, lucu sekali masa aku dimandikan oleh kamu.” Gelora terkekeh, sekaligus ia juga heran dengan pelayanan yang bernama Ella itu.
“Bukan begitu maksud saya Nona, mungkin nanti saat mandi Nona mau saya bantu gosokan punggung Nona,” jelas Ella.
“Memangnya semua pelayan di sini selalu seperti ini ya Ella?”
“Tergantung Nona, tapi saya diminta untuk melayani Nona dengan baik,” jawab Ella.
Gelora terlihat menyipitkan matanya, apakah harus sedetail itu? Gelora rasa pelayanan Ella terhadapnya sudah cukup baik, bahkan sangat baik.
Tapi jika dipikir-pikir boleh juga, Gelora juga ingin mencari informasi tentang indentitas Elgert, ia sangat penasaran siapa sebenernya Elgert?
“Baiklah Ella, bantu aku gosokan punggung,” ujar Gelora.
Ella tersenyum lalu menganggukkan kepalanya.
Ella pun mengikuti langkah Gelora masuk ke dalam kamar mandi, lagi-lagi Gelora dibuat terpukau dengan kamar mandinya, begitu mewah.
Gelora pun mulai melepaskan kain yang menutupi tubuhnya itu, lalu ia naik ke bathtub yang sudah di isi dengan air hangat, semerbak wangi dari bunga sangat menangkan jiwa.
Ella pun mulai menggosok punggung Gelora.
Gelora sangat menikmati, ah saat ia merasa seperti seorang ratu yang sangat dimanjakan di istana.
“Ella, apa kamu sudah lama berkerja di sini?” tanya Gelora, ini saatnya untuk mengorek informasi dari Ella tentang siapa sebenernya Elgert.
“Sudah dua tahun lebih, Nona. Dulu Ibu saya yang berkerja di sini, saya yang mengantikan Ibu saya di sini, sejak beliau meninggal,” jawab Ella.
“Aki turut berduka cita Ella.”
“Ya, terima kasih Nona.”
“Emm ... kamu pasti sangat lelah bukan berkerja di sini, rumahnya sangat besar sekali bukan, berapa Elgert memberimu upah?” tanya Gelora lagi.
“Jika dikerjakan sendiri tentu akan lelah Nona, tapi di sini pelayan banyak, jadi kami semua sudah punya tugas masing-masing, dan mulai saat ini tugas saya melayani Nona, untuk gajih, saya tidak bisa mengatakannya Nona, yang pasti sanga cukup sekali untuk masa depan saya nanti,” jawab Ella.
“Memangnya ada berapa pelayan di sini?”
“20 orang untuk pelayan wanita, dan penjaga keamanan sekitar 50 orang kalau tidak salah.”
“Hah sebanyak itu?” Gelora sungguh terkejut.
“Iya Nona, memangnya kenapa?”
“Emm ... tidak apa-apa, sebenernya siapa Tuan Elgert, apakah dia sangat kaya raya?"
“Nona ini sangat lucu, Tuan Elgert suami Nona, masa tidak tahu siapa Tuan Elgert, Nona ternyata sangat humoris ya, eh maaf Nona kalau saya lancang berbicara seperti ini.”
“Tidak apa-apa Ella, aku lebih suka seperti ini, dan seperti kita seumur, tidak ada salahnya kita berteman bukan?”
“Tidak Nona, kita itu berbeda, saya tidak pantas menjadi teman Nona, lebih baik saya menjadi pelayanan Nona saja," jawab Ella.
“Kenapa begitu?”
“Maaf Nona, saya tidak bisa menjelaskan.”
“Baiklah saya tidak akan memaksa kamu, Ella. Tapi kamu belum menjawab pertanyaan ku tadi, siapa Tuan Elgert?”
“Untuk itu juga maaf Nona, saya tidak bisa memberitahu Nona, saya yakin Nona lebih tahu dari pada saya.”
Gelora menghelai napasnya, sia-sia semuanya sejak tadi, ia sudah bicara panjang lebar tapi sama sekali tidak mendapatkan informasi apa pun.
“Baiklah sudah cukup, kamu kerjakan saja yang lain, saya mau bilas tubuh saja dulu," ucap Gelora, ia nampak kesal.
“Baik Nona.” Ella terlihat langsung menuruti permintaan Gelora, ia berjalan keluar dari kamar mandi tersebut.
“Menyebalkan sekali kenapa dia tidak menjawabnya, padahal tinggal bicara apa susahnya! Huh!" Gelora meras benar-benar kesal.
Gelora pun langsung beranjak, ia segara membilas tubuhnya itu, menyudahi ritual mandinya, usai itu ia keluar dari kamar mandi, terlihat pakaian ganti untuknya sudah tersedia, seperti Ella yang menyiapkan semuanya, tapi entah dimana wanita itu, tapi ya sudahlah, untuk apa juga memikirkan dia, sama sekali tidak bisa diajak kerjasama juga, pikir Gelora. Ia pun segara memakai pakaian tersebut.
Ceklek!
Tiba-tiba saja terdengar bunyi pintu terbuka, refleks Gelora pun langsung menoleh kearah pintu tersebut.
Ah sial! Kenapa Elgert masuk begitu saja, padahal Gelora belum selesai memakai pakaiannya.
“Kenapa? Sudah tidak usah memakai itu, aku ingin bicara sama kamu!” ucap Elgert dengan wajah datarnya, tanpa menghiraukan Gelora yang terkejut itu.
“Tapi ...”
“Kau berani membantah?" Elgert menatap tajam pada Gelora.
Tatapan itu begitu sangat mengerikan bagi Gelora, mau tidak mau ia pun kembali meletakkan pakaiannya, lalu kembali memakai handuk kimono untuk menutupi tubuhnya itu.
“Kenapa memakai itu? Buka!" pinta Elgert.
Lagi-lagi Gelora tidak bisa membantahnya. Ia pun menuruti permintaan pria itu.
Elgert tersenyum tipis, lalu ia berjalan mendekati Gelora, melingkar tangannya di pinggang wanita itu.
“Kau adalah istriku, apa yang ada pada dirimu itu semua adalah milikku, Gelora-ku," bisik Elgert telat ditelinga Gelora.
Serentak membuat bulu-bulu roma Gelora berdiri, hembusan napas pria itu tepat menghembuskan mengenai leher jenjangnya.
Gelora hanya terdiam membisu. Elgert terlihat mulai menjelajah leher jenjangnya milik wanita itu dengan lembut, membuat Gelora memejamkan matanya menikmati sensasi yang membuat dirinya tak berdaya.
“Kau harus melayani aku dengan baik, ingat aku tidak suka penolakan, sampai itu terjadi, jangan pernah bermimpi semua rencana kamu untuk membalas dendam pada mantan suamimu itu akan terlaksana,” ucap Elgert dengan suara beratnya.
“Mak-maksudnya?” Gelora berusaha mengeluarkan suaranya, ia sama sekali tidak mengerti apa yang diucapkan oleh pria itu.
Atau maksud pria itu menikahinya dan mengiming-imingikan balas dendam itu ada maksud lain juga? Pikir Gelora.
Ck! Bodoh ya jelas pasti ada. Apa Elgert hanya ingin membuat Gelora menjadi budak hasratnya saja?
“Tutup mulutmu, aku tidak memintamu untuk berbicara, kau paham?!" sentak Elgert.
“Ma-maaf," jawab Gelora terbata-bata.
Ya, yang Gelora pikirkan sepertinya memang benar, bertapa miris sekali hidupnya, sepertinya dugaannya memang benar, ia keluar dari kandang singa kini masuk ke dalam kandang buaya.
'Ayolah Gelora, tidak perduli dengan sebutan budak yang terdengar sangat hina ini, ingat dia bisa membantu kamu untuk balas dendam pada Steven! Ikuti saja permintaannya, hidupmu juga terjamin di sini, kau bisa melakukan apa saja bukan? Jangan menganggap kamu dirugikan, bahkan kau sudah menikah dengannya, apa yang kau takutkan! '
Gelora hanya bisa membatin, ia mencoba untuk berpikir positif, pasrah menerima keadaan, walaupun dalam lubuk hatinya yang paling dalam ia merasa harga dirinya sudah tidak ada lagi.
“Are you ready, baby?” bisik Elgert.
Gelora yang sudah mengerti maksudnya, ia hanya bisa pasrah menganggukkan kepalanya.
“I like Gelora-ku,” bisik Elgert lagi.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments