Gelora Hasrat Sang Penguasa
Seorang wanita terlihat duduk memeluk lututnya dengan kepala yang tertunduk, isakkan tangis terdengar lirih dari wanita tersebut.
Waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam, orang-orang disekelilingnya terlihat sudah tertidur pulas dilantai tanpa alas tersebut, hanya keramik dingin yang menyelimuti.
Walaupun tanpa alas apapun mereka terlihat tidur nyaman, mungkin kerena sudah terbiasa.
Sudah satu tahun Gelora berada di sekeliling mereka, akan tetapi sampai detik ini ia masih belum bisa beradaptasi.
Tempat ini begitu mengerikan baginya, jika bisa lebih baik ia mati dari pada terus menerus berada di tempat terkutuk itu.
Tak pernah terbayangkan sebelumnya ia akan hidup dalam kekejaman seperti ini, berada di penjara bersama orang-orang yang pernah berbuat krimal.
"Aku lelah Tuhan, lebih baik engkau ambil saja nyawaku dari pada aku harus menderita seperti ini. Mengapa aku tidak pernah sedikit pun mendapatkan keadilan di dunia ini? Dosa apa yang sudah aku perbuat di masalalu sehingga engkau menghukum seperti ini?"
Hanya bisa menjerit dalam batinnya, Gelora lelah, ia merasa hidup ini tidak adil baginya, bahkan kini ia harus mendekam di penjara, merasakan dinginnya jeruji besi, menanggung hukuman atas kesalahan yang sama sekali tidak pernah ia perbuat.
"Kenapa mereka begitu kejam padaku? Tidakkah mereka puas membuatku menderita sejak dulu, mereka tega memfitnah dan memasukan aku ke sini! Aku benci padamu Steven, kau bilang mencintaiku tapi kau ikut menghakimi aku, bahkan kau tidak percaya padaku sama sekali, kau menceraikan aku di saat aku sangat membutuhkan kamu! Kalian semua memang tidak punya hati!”
Lagi dan lagi Gelora hanya bisa menjerit dalam hatinya. Andai saja ia punya banyak uang, mungkin ia bisa dengan mudah melawan mereka, tapi apalah daya? Dirinya hanya anak yatim piatu.
Gelora masih ingat betul bagaimana kejadian yang sebenernya, mereka begitu licik membalikan semua fakta, memfitnah dirinya.
Menuduh Gelora sudah melakukan percobaan pembunuhan pada Serra—adik suaminya. Jelas-jelas pada saat itu Gelora mencoba melawan, membela dirinya dari kekejam adik ipar dan ibu mertuanya itu.
\*\*\*
“Gelora mana sarapannya!” teriak Gresy—ibu mertuanya.
“I—iya Bu, sebentar lagi,” sahut Gelora. Mendengar teriakan dari Ibu mertuanya itu, ia pun dengan cepat menuangkan nasi goreng yang ia buat itu ke atas piring.
Dua piring nasi goreng, ia bawa ke meja makan.
“Lama banget sih, dasar Kakak ipar gak guna!” bentak Serra pada Gelora, saat wanita itu meletakan piring yang berisikan nasi goreng tersebut di atas meja makan.
Gelora hanya terdiam, ia lelah beradu mulut dengan adik iparnya itu, apapun yang Gelora lakukan semuanya selalu salah dimata ibu mertua dan adik iparnya.
Gresy dan Serra langsung menikmati nasi goreng tersebut, sementara Gelora ia kembali ke belakang untuk melakukan tugasnya yang lain.
Statusnya dirumah tersebut sebagai istrinya—Steven. Putra pertama dari Gresy. Akan tetapi, dirumah tersebut Gelora sudah layaknya seperti seorang pembantu, membersihan rumah, melayani semua kebutuhan ibu mertua dan adik iparnya.
Gelora pikir menikah dengan pria yang ia cintai hidupnya akan terasa bahagia, tapi ternyata? Tidak!
Ia dan Steven—suaminya memang saling mencintai, akan tetapi keluarga dari sang suami sama sekali tidak menyukai dirinya. Bahkan selalu bersikap semena-mena padanya.
Gresy dan Serra manusia bermuka dua! jika ada Steven di rumah, mereka akan bersikap baik pada Gelora, membuat drama semuanya seperti berbanding terbalik, seolah Gelora-lah menjadi menantu yang tidak tahu diri.
Akan tetapi jika Steven tidak ada, inilah yang terjadi. Sungguh ia menderita, tapi Gelora juga tidak tahu harus mengakhiri semuanya bagaimana? Mengadu pada suaminya? Jelas Steven tidak akan percaya!
Atau mengakhiri pernikahannya dengan Steven? Tidak semudah itu, katakanlah jika Gelora memang bodoh, rasa cinta pada suaminya itu sangat dalam. Bukan tanpa alasan, Steven selama ini selalu bersikap baik padanya, menyayanginya, selalu perhatian padanya.
Hanya saja suaminya memang jarang di rumah, di usianya yang menginjak 28 tahun, Steven sudah menjadi pengusaha sukses, ia sering berpergian keluar kota untuk mengurus bisnis-bisnisnya itu.
Steven tidak tahu apa yang sebenernya terjadi pada istrinya selama ini, yang Steven tahu jika istrinya hidup bahagia dan rukun bersama ibu serta adiknya.
“Wih kalung baru nih,” seru Serra yang kini sudah berada di samping Gelora
Gelora yang tengah mencuci piring pun sama sekali tidak menggubris adik iparnya itu.
“Sini buat aku saja!” lanjutnya sambil menarik paksa kalung tersebut dari leher Gelora.
“Serra, apa-apa sih kamu ini!” bentak Gelora, ia menahan tangan Serra agar tidak menarik kalung tersebut.
Kalung tersebut pemberian dari suaminya satu minggu yang lalu, oleh-oleh dari Steven saat pulang dari luar kota kemarin.
“Inikan Kakak aku yang beliin, aku berhak dong atas kalung ini! lagian wanita miskin seperti kamu itu gak pentas pake kalung mahal begini!”
Mendengar ucapan adik iparnya itu membuat emosi dalam jiwa Gelora bergejolak, ia menepis tangan Serra, lalu mendorong gadis itu sampai tersungkur.
“Aw...” Serra meringis. Lantas gadis itu pun berdiri, matanya menatap tajam kearah Gelora. Serra langsung menyerang membabi buta pada kakak iparnya itu, menjambak rambut Gelora dengan kasar.
“Sakit Serra, lepaskan!” teriak Gelora
Gadis itu tidak memperdulikannya, bahkan ia semakin menarik kuat rambut Gelora, tersenyum penuh kemenangan.
Gelora pun akhirnya membalasnya, ia menjambak balik rambut Serra, mereka saling menjerit dan saling menjambak satu sama lain.
“Dasar kau wanita tidak berguna! bisa-bisa Kakakku mau sama wanita miskin sepertimu!” Serra mencaci maki kakak iparnya itu.
“Kau gadis yang bermuka dua, tidak tahu sopan santun, kau memang kaya tapi kau tidak punya etika!” balas Gelora sengit.
“Apa kau bilang?” Serra langsung melepaskan tangannya yang menjambak rambut kakak iparnya itu.
Lalu gadis itu meraih pisau dan menodongkannya pada Gelora
“Lepaskan!” bentak Sera.
Gelora terkejut, ia pun langsung melepaskan tangannya dari rambut Serra.
“Harusnya kau itu aku habisi Gelora!” ancamnya, gadis itu berjalan satu langkah mendekati Gelora.
Gelora terlihat ketakutan ia berjalan mundur beberapa langkah, akan tetapi Serra terus mendekatinya. Langkah Gelora terhenti saat tubuhnya sudah membentur tembok, Serra tersenyum sinis, lalu mengarahkan benda tajam tersebut kearah perut Gelora.
Namun dengan capat Gelora menahan tangan Serra.
“Kau gila Serra!” pekik Gelora. Ia mencoba menahan benda tajam tersebut yang kini jaraknya tinggal beberapa senti saja akan menyentuh tubuhnya.
“Aku memang sudah gila, kerena aku sudah muak melihat kau di sini Gelora! Kau sudah membuat hancur semua rencanaku untuk menguasai Kak Steven!” Serra mengerahkan semua tenaganya untuk mendorong benda tajam tersebut kearah perut Kinara.
“Ada apa ini?” Tiba-tiba saja terdengar suara Gresy, wanita parubaya itu terlihat berjalan kearah mereka.
“Aaaa ... ”
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
🌸Sayónarã_Què3nna🌸
Kenapa cerita othor cuma up smpe tgl 7 januari thor ??? J
2023-01-29
1
Acih Suarsih
aku nongol disini
2022-12-08
0
Adfazha
Hadir
2022-12-07
0