Rasa kantuk membuat Mishell terlelap hingga Fajar dan suara panggilan rutin pun mengalun, membangunkan dan mengajak orang-orang untuk beribadah.
Ucapan syukur pun keluar dari mulut Mishell, lalu dia beranjak membersihkan diri untuk melaksanakan kewajiban sebagai ummat.
Setelah selesai, Mishell ke dapur menemui sang ibu untuk menanyakan apa yang bisa dia bantu kerjakan.
"Anggun sudah bangun Bu?"
"Eh, kamu Le. Anggun sedang mandi, kamu antar dia ya Le. Sebaiknya ambil motor Anggun dulu di rumah temannya, sebelum berangkat ke sekolah."
"Iya Bu, Mishell panaskan mesin motor dulu, sambil menunggu Anggun."
"Tapi, sarapan dulu Le. Ini sudah masak nasi gorengnya."
"Nanti bareng anggun saja Bu. Oh ya Bu, sementara Mishell antar Anggun, ibu bersiap ya, kita mau ke rumah Kakek Artha, Bos Mishell."
"Jadi sudah mantap keputusan kamu Le?"
"Inshaallah sudah Bu. Doain Mishell ya Bu, supaya tidak salah dalam menjalani keputusan ini."
"Pasti ibu doakan Le, kamu anak baik, semoga kebaikan akan selalu menyertaimu."
"Terimakasih Bu."
"Kak, ayo kita sarapan. Nanti Anggun telat, soalnya kita akan mengambil motor dulu kan?"
"Iya, ayo Bu."
Ketiganya pun sarapan bersama dan ibu sekali lagi mengingatkan Anggun, jika pulang sekolah harus segera pulang dan jangan melalak.
Anggun hanya mengangguk saja, padahal siang ini dia sudah janji akan pergi dengan Reza. Entah alasan apa yang akan Anggun berikan nanti, apabila dirinya pulang telat.
Setelah sarapan, keduanya pamit dengan ibu, lalu pergi mengambil motor Anggun di rumah temannya.
Teman itu ternyata teman Reza dan saat mereka sampai, ternyata motor Anggun sedang di pakai oleh adik temannya itu.
Marshell dan Anggun kecewa karena mereka menggunakan motor tanpa izin dengan Anggun.
Karena takut terlambat masuk sekolah, Mishell dan Anggun pun memutuskan, jika besok pagi saja, mereka akan mengambil motor tersebut.
Anggun kembali naik ke motor sang Kakak, lalu Mishell melajukan motornya ke arah sekolah Anggun.
Setelah menyalam tangan Mishell, Anggun pun berlari ke dalam gerbang sekolah mengejar teman sebangkunya.
"Nggun tunggu!" teriak Mishell.
Anggun pun berhenti dan berbalik, "Ada apa Kak?"
"Pulang sekolah nanti, Kakak yang akan jemput kamu!"
"Tapi Kak, Anggun naik angkot saja. Kasihan Kak Mishell jika harus bolak-balik."
"Nggak apa-apa, pokoknya nanti Kakak yang jemput."
"Anggun diam, dia merasa Mishell mulai membatasi waktu serta pergaulannya. Tapi, Anggun tidak berani membantah selain hanya mengangguk."
Setelah mendapatkan anggukan dari sang Adik, Mishell merasa tenang, lalu dia pamit pulang karena akan pergi bareng ibu.
Anggun kembali melanjutkan langkahnya dan masuk ke dalam kelas.
Mishell kembali ke rumah dan ibu ternyata sudah bersiap.
"Ganti pakaianmu dengan yang lebih bagus Le, ibu tunggu di sini!"
"Baik Bu!"
Mishell pun bergegas ke kamar, mengganti pakaian, lalu mengenakan sepatu. Ibu kagum melihat penampilan Mishell. Meski dengan gaya serta penampilan sederhana, aura ketampanannya tetap bersinar.
"Ayo Bu kita berangkat."
"Ayo, kamu keluarlah dulu biar ibu kunci pintu."
Setelah mengunci pintu, ibupun naik ke belakang Mishell, dengan berpegangan pinggang putranya serta mengucap basmallah, mereka pun berangkat.
Selama dalam perjalanan, Mishell tidak banyak ngobrol, dia hanya menjawab setiap pertanyaan ibu saja.
Mereka pun tiba, penjaga gerbang menelepon Kakek Artha jika Mishell tiba bersama ibunya.
Ibu ternganga melihat rumah mewah yang terhampar luas di hadapannya. Baru kali ini ibu menyaksikan rumah besar dan megah dengan tatanan klasik, sangat mengandung seni.
Seorang penjaga pun mengantar mereka masuk, lalu meninggalkan keduanya di ruang tamu untuk menunggu Kakek Artha keluar dari kamarnya.
Pembantu menyajikan minuman serta cemilan, lalu mempersilakan agar Mishell serta ibunya menikmati sajian tersebut.
Sebelum menemui tamunya, Kakek Artha menelepon asisten pribadi untuk memastikan bahwa pernikahan akan jadi dilaksanakan hari ini juga.
Kakek pun tersenyum, dia senang rencananya berjalan lancar dan sesuai dugaan, Mishell pasti setuju dengan tawarannya.
Mishell dan Ibu meminum teh, meski minuman itu panas tapi suhu tubuh Mishell menurun drastis. Dia gugup, tangannya gemetar dan wajahnya sedikit pucat.
Ibu menggenggam tangan Mishell lalu berkata, "Tenang Le, teguhkan keputusanmu, jangan ragu lagi."
"Iya Bu, Mishell gugup."
"Baca bismillah dan perbanyak istighfar, Inshaallah hatimu akan tenang."
"Iya Bu."
Saat Mishell mengakhiri ucapannya, Kakek Artha pun muncul dari atas tangga.
Mishell dan Ibu yang melihat beliau, langsung memberi salam dan mencondongkan tubuh sedikit tanda memberi hormat kepada yang lebih tua.
"Selamat datang, Bu! Perkenalkan, nama saya Artha. Apakah Mishell sudah menceritakan semuanya kepada Ibu tentang tawaran saya?"
"Sudah Tuan!"
"Baiklah, kalau begitu kita langsung ke inti pembicaraan. Ibu perlu tahu, cucu Saya saat ini sedang sakit, jadi Saya meminta Mishell untuk fokus mengurusnya setelah mereka menikah. Jadi Mishell harus tinggal di sini. Apakah ibu keberatan?"
"Sebenarnya sih, seorang pria harus membawa istri pulang ke rumahnya. Tapi, jika Mishell tinggal di sini demi kebaikan, saya sebagai ibu tidak melarang."
"Syukurlah jika Ibu tidak keberatan."
"Namun rumah kami tetap terbuka, kapanpun cucu Tuan ingin datang atau tinggal dengan kami."
Kakek mengangguk, lalu beliau berkata, "Sekarang ikutlah dengan saya, semua sudah dipersiapkan, hari ini juga pernikahan mereka akan dilaksanakan. Mengenai resepsi terserah Mishell, jika setuju akan saya gelar. Bagaimana Mishell?"
"Hari ini Tuan? Saya belum melakukan persiapan apapun," ucap Mishell yang merasa terkejut.
Begitu pula dengan ibu. Lalu ibupun berkata, "Kami tidak membawa apapun untuk seserahan Tuan?"
"Itu tidak masalah, yang terpenting mahar, meski itu hanya sekedar perhiasan imitasi."
"Tapi Tuan, ibu memegang tangan Mishell, lalu beliau membuka cincin yang ada di jari manisnya dan berkata, "Gunakan ini Le sebagai mahar pernikahanmu."
"Tapi, itukan milik ibu, bukan milik Mishell."
"Milik ibu juga milikmu Le, selama ini milikmu juga engkau berikan untuk Ibu dan Anggun. Jadi, gunakanlah!"
Mishell pun mengambil cincin dari tangan ibu. Sebenarnya, itu adalah cincin hadiah dari mama kandung Mishell sebagai ucapan terimakasih karena Bu Anis. Karena beliau berhasil membantu kelahiran kedua putra kembarnya. Cincin itu akan mewakili Mama kandung Mishell dalam memberi restu pernikahan.
Cincin itu telah kembali kepada yang berhak yaitu calon menantu sang majikan Bu Anis.
Setelah melihat Mishell sudah siap dengan mahar atau mas kawinnya, Kakek pun berkata, "Baiklah, sekarang ikut saya!"
Mishell dan Ibupun mengikuti Kakek Artha. Mereka berdiri di depan sebuah ruangan. Dan Seorang penjaga langsung membukakan pintu. Di sana terlihat hiasan mewah untuk tempat akad nikah dilakukan.
Beberapa orang sudah berada di sana dengan pengantin yang duduk di atas kursi roda.
Wajah Kalila tertutup cadar tipis, hingga samar terlihat wajah ayu tanpa ekspresi, tengah menatap kosong.
Ibu sedih melihat kondisi calon menantunya, dia hanya bisa berdoa semoga dengan kesabaran Mishell, gadis di hadapannya itu bisa pulih serta hidup bahagia bersama sang putra.
"Bagaimana Mishell, kamu tidak akan berbalik kata?"
"Tidak Tuan. Saya siap menikahi Nona Kalila."
"Penjaga! Buka penutup wajah cucu saya! Sebelum akad kita laksanakan, pihak pengantin pria harus melihat dulu bagaimana rupa calon istri atau calon menantu ibunya!"
"Baik Tuan!"
Penjaga pun membuka penutup wajah Kalila dan terlihat wajah sayu dari gadis yang sebenarnya sangat cantik.
"Apa kamu akan tetap menikahi cucuku?"
"Inshaallah iya, Tuan."
"Baiklah, kalian para MUA, tolong dandani cucu saya secantik mungkin karena ini adalah hari pentingnya dan berikan pakaian terbaik untuk calon cucu menantu Saya!"
"Siap Tuan, kami tidak akan mengecewakan Tuan."
Kedua orang MUA pun mulai melakukan tugasnya dan satu orang asisten MUA memberikan seperangkat pakaian, lengkap dengan Jas, dasi juga sepatu kepada Mishell.
Mishell mengganti pakaiannya di ruangan ganti yang sudah pengawal sediakan untuk khusus merias pengantin.
Ibu menunggu sambil berbincang dengan Kakek. Kakek melarang ibu serta Mishell agar tidak memanggilnya dengan sebutan Tuan.
Mereka harus memanggil Kakek karena, mulai hari ini keluarga Mishell adalah bagian dari keluarga Artha Guna.
Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Dodi Sartini
pengorbanan yang sangat tulus dari micael
2024-01-24
0
Purwati Ningsih
Makin penasaran dgn kelanjutanx ❤
Ttp semangat othorr, di tunggu up selanjutx 💪❤😘
2022-12-11
0
... Silent Readers
👣👣👣👣👣
2022-12-10
0