"Kenapa kamu Le, ibu dengar kamu teriak-teriak minta tolong? Mimpi apa kamu Le?"
"Mishell mimpi tentang kebakaran kemaren Bu. Di situ tubuh Mishell hampir terpanggang dalam kobaran api, tapi ada seseorang datang menolong."
"Dia mendorong Mishell, hingga keluar dari kobaran api dan yang mengejutkan lagi, wajahnya mirip Mishell Bu, bedanya dia memiliki tahi lalat di area dagu."
"Setelah Mishell selamat, seorang pria mengulurkan tangan sambil tubuhnya membelakangi, seperti mau mengajak pergi. Belum selesai mimpi, eh...rupanya Ibu datang membangunkan Mishell."
"Sudah bangkit sana, berwudhu dan ingat, jangan lupa berterima kasih karena Allah telah menyelamatkan kamu." pinta ibu.
"Iya Bu, Mishell ke kamar mandi dulu ya Bu," ucap Mishell sambil menyambar handuk.
Ibu termenung sambil menganalisa mimpi Marshell dan mengingat tentang masa lalu. Masa dimana dirinya membantu kelahiran putra kembar. Memang benar, kembaran Mishell memiliki tahi lalat yang lumayan besar di dagunya.
"Mungkinkah ini pertanda, waktumu sudah hampir tiba Le, untuk bertemu keluargamu? Ibu senang, jika kamu bisa berkumpul lagi dengan mereka, tapi Ibu juga sedih, apakah masih boleh, Ibu menganggapmu anak, sedangkan kamu adalah majikan ibu. Strata sosial kita sangatlah jauh berbeda," monolog Ibu Anis.
Bu Anis mendesah, lalu bangkit meninggalkan kamar Mishell. Beliau pergi ke belakang rumah untuk mengangkat pakaian yang dijemur.
Beliau sangat bersyukur berkesempatan membesarkan putra baik seperti Mishell dan juga mendapatkan kasih sayang darinya.
Sejak kecil, Mishell hidup mandiri, dia tidak menyusahkan Bu Anis. Bahkan sejak suami Bu Anis meninggal beberapa tahun lalu, Mishell lah tulang punggung di rumahnya, dia yang mencari nafkah untuk Bu Anis dan Anggun putri semata wayangnya.
Setelah selesai mengangkat kain, Bu Anis pun pergi ke kebun untuk membersihkan rumput dari sela-sela tanaman sayur.
Mishell yang tidak menemukan sang Ibu di dapur, lalu berjalan ke halaman belakang, dia ingin mencari ibunya di sana.
"Bu, biar Mishell saja yang kerjakan, ibu istirahat saja. Bukankah sejak pagi ibu belum beristirahat."
"Nggak apa-apa Le, nanti malam 'kan juga istirahat, sudah terbiasa bekerja, badan malah sakit jika Ibu tiduran saja."
"Ya sudah, Mishell bantuin dari arah sebelah timur ya Bu, biar cepat selesai."
"Iya Le, pakai saja cangkul, nanti tangan kamu luka, karena sudah lama tidak turun hujan, tanah mengeras, jadi susah mencabut rumputnya."
"Iya Bu."
Ibu dan Mishell membersihkan kebun dari rumput liar dan tidak terasa hari pun mulai senja.
Mereka bergegas masuk untuk membersihkan diri untuk bersiap menjalankan ibadah Maghrib.
"Anggun kenapa belum pulang ya Bu, padahal tadi Mishell bilang jangan pulang Maghrib. Nggak baik untuk anak gadis, apalagi zaman sekarang, banyak orang menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan uang."
"Iya, ibu juga tadi sudah mewanti-wanti. Inilah yang ibu tidak suka, terlalu memberi kebebasan kepada dia."
"Ya sudah Bu, kita bersiap saja, sebentar lagi adzan, jika lepas Maghrib Anggun tidak juga pulang, Mishell akan cari dia ke bioskop atau ke rumah temannya. Mau di telepon, ponsel Mishell rusak dan besok rencananya baru mau Mishell bawa ke tempat reparasi."
"Iya, ibu ambil mukenah dulu."
Bu Anis masuk ke dalam kamar untuk mengambil mukenah, sedangkan Mishell mengembangkan sajadah, mereka akan beribadah secara berjamaah.
Sejak Mishell kecil, Bu Anis memang kerap menanamkan ilmu agama, hingga ketika dia menginjak remaja sampai sekarang beranjak dewasa, Mishell sudah terbiasa menjadi imam.
Selesai mengerjakan ibadah, Mishell mengenakan jaket, dia pamit akan mencari Anggun.
Mishell melajukan motornya, menyusuri jalan raya menuju bioskop yang terletak di Mall Pondok jati.
Sambil celingukan, Mishell memarkirkan motornya. Dia berharap akan segera bertemu Anggun.
Mishell masuk ke dalam, dia bertanya kepada penjual tiket, apakah masih ada film yang saat ini di putar di dalam.
Jawaban penjual tiket membuat Mishell terkejut. Ternyata, pukul 5 sore tadi terakhir film di putar dan tiket yang mereka jual saat ini untuk pemutaran besok.
Dengan cemas, Mishell keluar mengambil motor dan melajukan ke rumah teman Anggun.
Mishell mengenal beberapa orang teman Anggun dan untung saja, dia pernah mengantar Anggun ke rumah teman-temannya itu.
Satu persatu Mishell datangi, tapi belum juga menemukan sang adik. Bahkan mereka mengatakan jika tidak tahu, Anggun pergi menonton dengan siapa dan di bioskop yang mana.
Reni, teman Anggun mencoba meneleponnya, tapi nomor ponselnya tidak aktif.
Mishell mendesah, dia tidak menyangka jika Anggun sanggup membohonginya dan juga membohongi ibu. Padahal selama ini, apapun keinginan Anggun tetap Mishell turuti.
Dengan perasaan cemas, Mishell keluar dari rumah Reni, dia keliling dulu sambil jalan pulang. Mishell berharap bisa menemukan Anggun, sebelum dirinya sampai ke rumah.
Setelah keliling dan belum juga menemukan Anggun, Mishell pun memutuskan untuk pulang. Dia berharap, begitu sampai, Anggun sudah ada di rumah.
Namun, Mishell kecewa saat melihat ibu duduk di teras menanti kedatangannya bersama Anggun.
"Bagaimana Le, apa kamu tidak menemukan Anggun?"
"Mishell sudah cari Bu, bahkan ke beberapa rumah temannya, tapi Anggun tidak bersama mereka."
"Bagaimana ini Le, hari makin malam, ibu takut terjadi hal buruk terhadapnya Le."
"Ibu tenang ya, tunggu saja di dalam, Mishell akan mencarinya lagi."
"Kamu hati-hati ya Le!"
"Iya Bu. Ibu masuk sekarang ya. Mishell berangkat dulu Bu."
Mishell kembali melajukan motornya, walau dia sendiri belum tahu akan kemana mencari Anggun.
Saat di persimpangan jalan menuju kota, Mishell melihat Anggun turun dari sebuah mobil mewah, dia diantar oleh seorang pemuda yang sama sekali tidak Mishell kenal.
Pemuda itu terlihat lebih muda beberapa tahun darinya dan lebih tua sedikit dari Anggun. Sudah bisa dipastikan jika dia anak dari keluarga terpandang.
"Anggun!" panggil Mishell.
"E-eh...Kak!" ucap Anggun gugup.
"Kamu siapa?" tanya Mishell sambil menatap tajam ke arah pemuda yang masih duduk di balik stiur mobilnya.
"I-tu Kak, dia Reza, teman Anggun."
"Jika dia memang temanmu, kenapa musti menurunkan mu di sini! Bukannya mengantar sampai ke rumah. Tidak bertanggungjawab sebagai pria," gerutu Mishell.
"Memangnya kamu siapa? kenapa ikut campur urusan kami! Mau ku antar atau tidak, itu bukan urusanmu!"
Mishell panas mendengar ucapan pemuda tersebut, lalu dia menarik kerah bajunya sambil berkata, "Ini bukan urusanku kamu bilang! Kamu tidak tahu ya siapa aku? Aku punya hak untuk menjaga dan melindungi adikku dari pria brengsek seperti mu!" teriak Mishell sambil memperkuat cengkeraman tangannya.
"Kakak Kenapa sekasar itu? lepaskan Kak! dia tidak bersalah. Anggun yang memang tidak mau diantar pulang!" bela Anggun.
"Ya sudah Nggun, aku pamit ya, ternyata abangmu sangat ortodok, otoriter dan mainnya masih kurang jauh!" ucap Reza sambil menutup kaca mobilnya.
"Eh, diomongi malah kabur. "Dasar pemuda tidak tahu sopan santun!"
Mishell kesal, kenapa Anggun bisa berteman dengan pemuda sombong seperti itu.
Reza menggeber kenderaannya, sebelum pergi meninggalkan Mishell dan Anggun.
Siapakah pemuda tersebut? ikuti terus ya sobat kelanjutannya, terimakasih.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Dodi Sartini
awal cerita
2024-01-24
0
... Silent Readers
👣👣👣👣👣
2022-12-10
0
Purwati Ningsih
Smg sj Anggun tdk salah jln, kasihan sm Mishel n ibux
2022-12-09
1