"Assalamualaikum," ucap Mishell sambil mengetuk pintu.
"Bu, Kak Mishell pulang!" teriak Anggun. Anggun pun buru-buru membukakan pintu.
"Alhamdulillah Kak! darimana saja Kak, dua malam tidak pulang? Kami sangat mencemaskan Kakak.
"Ponsel Kak Mishell pun tidak bisa dihubungi, sedangkan Anggun dan ibu tidak tahu alamat kerja Kakak yang baru."
"Iya, maaf Dek. Kami sedang sibuk dan ponsel Kakak juga rusak karena terjatuh, ibu mana Dek?"
"Sedang di kebun belakang Kak, memetik sayur. Bu haji meminta diantarkan sayur mayur ke warungnya."
Bu Anis, ibu Mishell dan Anggun memang sejak dulu rajin berkebun. Dari hasil kebun, beliau bisa meringankan beban Mishell.
Meski Mishell selalu memberi beliau uang, tapi Bu Anis menyimpan sebagian untuk berjaga-jaga, mana tahu ada kebutuhan mendesak.
Melihat adiknya santai di rumah, sedangkan Bu Anis yang sakit masih juga berkebun, Mishell pun menegur Anggun, "Kamu ngapain, kenapa nggak bantu ibu, Dek?"
"Anggun 'kan beberes rumah Kak dan sore ini mau ke sekolah, karena ada kegiatan ekstrakulikuler."
"Oh, pergilah bersiaplah! Kakak mau temui ibu dulu."
"Kak, Anggun boleh ya minta uang?" ucap Anggun dengan wajah memelas, sambil bergelayut manja di lengan Mishell.
"Sepulang ekskul, teman-teman ngajak nonton dan kata mereka filmnya sangat bagus, Anggun 'kan bosan di rumah saja, Kak!"
"Heem...tapi ingat ya Dek! saat maghrib sudah harus sampai rumah! Kak Mishell nggak suka, anak gadis malam hari masih berada di luaran.
"Kamu tahu 'kan, saat ini kondisi sedang rawan, apalagi para begal berkeliaran di mana-mana."
"Siap Kakak!" ucap Anggun sambil menerima uang pemberian Mishell dan berlari ke kamarnya.
Mishell pun pergi menyusul Bu Anis di kebun.
Saat melihat Mishell datang, "Owalah Le, darimana saja kamu Nak! Kenapa tidak memberi kabar? Rencana, setelah mengantar sayur-sayuran ini, ibu mau pergi mencarimu."
"Maaf Bu, kemaren ada masalah di pabrik tempat Mishell bekerja," jawab Mishell. Wajahnya pun seketika muram.
"Ada masalah apa Le, ceritalah! barangkali Ibu bisa membantu. Sepertinya masalahmu sangat berat ya Le?"
Mishell mendesah, lalu bercerita, "Pabrik mengalami kebakaran Bu. Dan semua itu, gara-gara keteledoran Mishell."
"Ya Allah, apakah ada korban Le? Kamu nggak ada luka 'kan?" tanya Bu Anis khawatir, lalu meninggalkan pekerjaannya dan menghampiri Mishell sambil memperhatikan tubuh sang putra.
"Memangnya apa yang kamu lakukan toh Le, hingga menyebabkan kebakaran?"
"Mishell ketiduran Bu. Memang sih nggak ada korban, tapi kerugian perusahaan sangat besar, soalnya hampir semua barang hangus terbakar."
"Kok bisa to Le? sini duduk dan ceritakan kronologi kejadiannya sama Ibu!"
"Mishell pun bingung Bu, kenapa sampai bisa ketiduran.
Padahal, biasanya sengantuk apapun Mishell bisa tahan. Tapi, malam itu Mishell tidak ingat apapun."
"Saat api membesar dan tubuh terasa panas, barulah Mishell terbangun."
"Ya Allah Le, perusahaan pasti menuntut tanggungjawabmu. Cobaan apalagi ini Le, Ibu nggak mau, jika kamu sampai dipenjara."
"Sekarang, apa yang harus kita lakukan ya Le, untuk mengganti kerugian. Jumlah tabungan ibu cuma sedikit, mana mungkin Bos perusahaan akan memaafkanmu," ucap Bu Anis sambil memijat kepalanya yang tiba-tiba saja terasa pusing.
Mishell diam, dia memang cemas, tapi Mishell tidak mau jika ibunya sampai sakit gara-gara memikirkan masalahnya.
Kemudian Bu Anis menggenggam tangan Mishell, lalu berkata, "Le... jika dengan cara Ibu bekerja di sana, menjadi pembantu mereka seumur hidup, Bos kamu mau memaafkan, Ibu bersedia melakukannya, Le."
"Tidak mungkin Mishell membiarkan Ibu melakukan hal itu. Lebih baik Mishell dipenjara daripada Ibu mengambil alih tanggungjawab Mishell."
"Ibu jangan cemas, Mishell nggak mau ibu sakit. Mishell pasti bisa menyelesaikannya. Mishell hanya butuh saran dan doa dari ibu."
"Begini Bu, pemilik perusahaan telah memberikan sebuah penawaran, jika tidak ingin Mishell dipenjara."
"Tawaran apa itu Le?" tanya Bu Anis tidak sabar, sambil mengguncang lengan Mishell.
"Ada dua pilihan, penjara atau menikah," jawab Mishell.
Sebelum sang ibu bertanya, Mishell pun menceritakan apa yang dia bicarakan tadi siang bersama Kakek Artha, pemilik perusahaan tempatnya bekerja.
Ibu pun terdiam setelah mendengar cerita Mishell, menurutnya kedua pilihan yang ditawarkan, sama berat.
"Bagaimana Bu? jika Mishell pilih menikahi gadis itu?"
"Sebenarnya pernikahan bukanlah sebuah permainan atau sebagai alat tukar Le."
Bu Anis pun kembali terdiam, beliau harus berpikir dengan matang untuk memberikan saran kepada Mishell agar putranya bisa menentukan pilihannya nanti, tanpa sesal.
Kemudian, Bu Anis pun melanjutkan ucapannya, "Menurut ibu, keduanya sama berat. Bedanya, jika pilih penjara, kamu bisa bebas dalam waktu yang sudah diputuskan. Tapi jika pilih menikah, kamu harus siap terikat dengan gadis itu seumur hidup."
"Ibu, nggak mau kamu menikah hanya demi selamat sesaat dan demi iming harta. Ibu mau kamu ikhlas, agar kebahagiaan bisa kamu dapatkan. Belajar, cintai dan sayangi gadis itu, meski dia cacat."
"Apa kamu siap Le, menjadi kaki serta mata untuknya seumur hidup? Dan sebaliknya jika dia sembuh, bisa saja kamu akan dicampakkan. Saat istrimu sadar, bahwa dirimu bukan pria yang dia cintai dan tentu saja karena tidak sederajat."
"Pikirkan dan pertimbangkan omongan ibu Le, sebelum kamu memutuskan," ucap Bu Anis sambil menepuk-nepuk punggung tangan Mishell.
"Terimakasih atas sarannya Bu. Mishell siap menikahi gadis itu, bukan karena takut ataupun tentang harta, tapi karena rasa kemanusiaan."
"Kasihan mereka Bu, terutama Kakek Artha. Gadis itu cucu satu-satunya, yang beliau harapkan bisa melahirkan penerus."
"Tapi, semuanya Mishell serahkan sama ibu. Jika harus dipenjara, Mishell juga siap, karena itu konsekuensi dari keteledoran Mishell."
Bu Anis terdiam, sejenak beliau mempertimbangkan semuanya.
"Lakukan istikharah Le, untuk memohon petunjuk kepada Allah, mengenai pilihan apa yang terbaik. Cuma itu saran terakhir dari ibu, agar kamu lebih mantap dalam mengambil keputusan."
"Ingat Le, Rasulullah bersabda yang artinya: "Jika salah seorang di antara kalian hendak melakukan sesuatu, hendaklah terlebih dahulu mengerjakan sholat dua rakaat selain sholat fardhu..." (HR. Ahmad, Al-Bukhari, Ibn Hibban, Al-Baihaqi dan yang lainnya)
"Sekali lagi terimakasih Bu, Ibu telah mengingatkan Mishell. Nanti malam, Mishell akan lakukan istikharah dulu Bu, agar lebih tenang."
"Ibu pun akan bantu doa Le, semoga apapun yang kamu putuskan, adalah yang terbaik untuk semuanya."
"Sekarang, pergilah beristirahat, agar tubuh dan pikiranmu rileks. Ibu mau menyiapkan panen sayur sedikit lagi."
"Iya Bu. Mishell istirahat dulu ya Bu."
Bu Anis menghela nafas, beliau tidak menyangka, jika nasib Mishell masih saja kurang beruntung.
"Kamu harusnya hidup enak dan mendapatkan gadis yang kamu sukai Le. Ini semua gara-gara mereka yang terlalu serakah!"
"Maafkan Ibu Le, bukan maksud Ibu untuk membuatmu hidup sengsara. Nanti, jika sudah waktunya, ibu akan bawa kamu kembali."
"Saat ini, kukumu belum cukup kuat untuk melawan mereka. Mudah-mudahan, saudaramu juga selamat dan hidup bahagia, meski Ibu nggak yakin," monolog Bu Anis.
Bu Anis bangkit, beliau tidak jadi melanjutkan panen sayur, tapi malah mencuci tangan serta kakinya, lalu menuju kamar.
Beliau mengambil sebuah gelang dan pakaian bayi dan kilas balik masa lalu pun melintas di alam pikirannya.
"Bayi Nyonya, kini tumbuh menjadi pria yang sangat tampan dan baik. Nyonya pasti sangat merindukan dia. Semoga Nyonya baik-baik saja di sana, bersama Marshell. Kami pasti akan kembali, Nya!" monolog Bu Anis lagi.
Bu Anis menyimpan benda kenangan tersebut di dalam lemarinya, lalu beliau kembali bergegas menuju kebun, menyiapkan panenan dan setelah itu ke dapur untuk memasak makanan kesukaan Mishell.
Di dalam kamar, Mishell bukannya tidur, tapi dia terbayang saat melihat Kalila, dia belum tahu seperti apa wajah gadis itu.
Meskipun hanya melihat belakang tubuhnya saja, tapi Mishell yakin, Kalila gadis yang cantik.
Kakek Artha saja, meskipun usianya sudah renta, masih terlihat sisa-sisa ketampanannya.
"Aku harus menolongnya, kasihan gadis itu, masa depannya masih panjang. Tuhan, tolong beri petunjuk agar aku tidak salah langkah," monolog Mishell.
Mishell pun akhirnya tertidur dan dalam tidurnya, dia kembali bermimpi melihat api yang berkobar di pabrik tempatnya bekerja.
Keringat dingin membasahi tubuh Mishell, dia berteriak dan akhirnya terjaga, saat ibu memanggil serta mengetuk-ngetuk pintu, untuk memintanya melaksanakan ibadah Ashar.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Dodi Sartini
😇😇😇
2024-01-24
0
Yully
Seru...
2023-03-13
1
... Silent Readers
🐾🐾🐾🐾🐾🐾
2022-12-10
0