Chapter 5. TKP (2)

Cerita ini hanya fiksi, banyak adegan kekerasan. Bagi pembaca di bawah umur, harap bijak dalam memilih bahan bacaan. Terima Kasih

Natio menarik tangan Alaia keluar dari ruang interogasi, “Al, kamu kenapa sih? Nggak biasanya kamu kayak gini.”

“Dia selingkuh Nat, kamu nggak denger tadi, korbannya selingkuhan dia yang mau berubah, mau memutuskan hubungan.”

“Terus? Fokus, kita ini mau tangkap pelaku pembunuhan bukan masalah perselingkuhan.”

“Udahlah, aku mau ke rumah sakit dulu.”

“Tolong...”

“Iya.” Alaia menjawab Natio dengan ketus, wanita itu meninggalkan kantor kepolisian menggunakan mobilnya menuju ke rumah sakit tempat tubuh korban di otopsi.

Selama dalam perjalanan, Alaia menerima panggilan dari suaminya, jam sudah menunjukkan pukul 12 siang, waktu istirahat dan makan siang.

“Kamu dimana sayang?.”

“Di jalan ini mau kerumah sakit, kamu udah makan?.”

“Ini lagi nunggu makanan, kamu nggak kesini dulu aja, kita makan siang sama-sama?.”

“Aku agak sibuk mas, setelah ini aku makan.”

“Ya udah, jangan lupa makan ya.”

“Iya, aku nyetir dulu. Selamat makan mas...”

Alaia mematikan ponselnya dan kembali fokus membawa mobil sampai di parkiran rumah sakit, dia bertemu dengan salah satu dokter yang menangani otopsi korban, memang hasil belum keluar tapi dokter bisa menyebutkan kemungkinan-kemungkinan penyebab kematian.

“Selamat siang dok.”

“Selamat siang bu Alaia.”

“Bagaimana?.”

“Hasilnya belum keluar, kemungkinan besok. Tapi dari luka-luka yang ada di tubuhnya, penyebab kematian adalah pukulan kepala yang fatal.”

“Apa saya bisa lihat tubuh korban.”

“Silahkan.” Dokter mengajak Alaia menuju ke ruangan khusus diletakkannya tubuh korban pembunuhan tersebut.

Wajah cantik itu kulitnya telah mengelupas, rahang hidungnya patah, bibirnya pucat, dan kulitnya membiru. Alaia bahkan tidak bisa melihatnya lama-lama, siapa yang akan membunuh seorang wanita semenakutkan itu. Dokter menutup kembali wajahnya menggunakan kain putih, dia lekas kembali berbincang dengan Alaia.

“Dari semua bekas luka, korban mendapatkan guyuran air mendidih di wajahnya, kemudian robekan di paha, terakhir pukulan pada kepala sebanyak lima kali. Bisa jadi pelakunya seorang Psycho, karena sebenarnya sejak pukulan kedua, korban sudah meninggal, tapi seorang psycho dia akan lebih senang saat terus memukulnya dengan nyawa yang sudah hilang.”

“Kemungkinan pembunuhan ini direncanakan.”

“Dari cara membunuhnya tidak, bahkan pisau yang digunakan adalah sejenis pisau dapur, semua peralatannya juga dari dapur korban.”

Alaia mengangguk, sejak awal Alaia curiga kalau pembunuhan ini tidak terencana tapi dengan waktu yang sangat singkat dia bisa menyusunnya secara sempurna.

“Terimakasih dok, saya akan kembali setelah hasil otopsinya keluar.”

“Sampai jumpa lagi.”

Alaia masuk kedalam mobilnya, dia menghembuskan nafas beratnya, memijat pelipisnya yang cukup pusing dengan kasus-kasus seperti ini. Dia ingat beberapa kasus yang sering ditangani, tidak banyak pembunuhan sadis di kota ini, tapi dari semua pembunuhan sejenis ini banyak yang menonjol.

“Halo dion, bisa tolong kumpulkan seluruh berkas pembunuhan 3 tahun terakhir?.”

“Ha? Banyak.”

“Kumpulkan saja.”

“Baik mbak.” Dion adalah salah satu junior di tim investigasinya, Alaia menaruh curiga kalau semua pembunuhan ini dilakukan oleh satu orang.

Sampai di kantor kembali, Alaia berjalan masuk menuju ke ruang kejahatan umum. Dia melihat di meja nya terdapat sekotak makanan dan juga minuman isotonik.

“Asisten Agam datang mengantar makan siangmu.” Ucap Natio yang tengah membaca berkasnya dengan teliti.

Alaia duduk di kursinya, melihat kotak dengan notes berwarna kuning ‘Jangan lupa makan sayang, -AGAM’ Alaia tersenyum. Setelah penat yang menghampiri kepalanya, setelah melihat pesan kecil itu, dia kembali semangat.

Dion dengan tubuhnya yang kecil membawa setumpuk berkas dan memberikannya pada Alaia.

“Ini mbak berkasnya.”

“Thanks Di.”

“Yoi. Jangan lupa di makan dulu mbak, ntar mas Agam nya sedih.” Goda Dion saat melihat kotak makanan dimeja Alaia.

Alaia hanya tersenyum, setelah menghabiskan makan siangnya. Alaia mulai memilah kasus pembunuhan paling sadis sekaligus mengelompokkannya ke dalam satu lingkaran, disana sudah jelas para pelakunya, tapi masih diragukan dari beberapa bukti. Sekitar 7 orang dengan pembunuhan paling sadis selama 3 tahun terakhir, ada 3 diantaranya tidak ditemukan pelaku, dia tau kalau itu adalah tugas dari kepolisian, bukan tidak bisa menemukan pelaku tapi pihak keluarga korban menyatakan ingin menutup kasus nya karena bagaimanapun juga korban sudah meninggal dunia.

“Buat apa berkas sebanyak itu?.” Tanya Natio yang penasaran dengan apa yang Alaia lakukan.

“Aku curiga kalau pembunuhnya sama dengan kasus-kasus ini.”

“Itu kan udah jelas pembunuhnya.”

“Nat, kamu juga tau sendiri kalau beberapa yang ditetapkan menjadi pelaku pun kurang kuat buktinya.”

“Terus?.”

Alaia terdiam.

“Kita kerjakan yang harus dikerjakan, jangan terlalu membebani dirimu dengan yang tidak bersangkutan. Hari ini aku pulang lebih awal karena sudah janji dengan Yashinta untuk ke pasar malam, kamu nggak masalah kan?.”

“Tenang aja, kamu temui Yashinta dan Sena, jangan buat dia menunggu.”

“Thanks Al, kamu emang paling top.”

Jarum jam terus bergulir, Alaia masih sibuk dengan pekerjaannya, dia mulai membuat skema korban pembunuhan yang paling sadis dan mengganjal baginya.

2020 :

Wanita 22th, tenggelam dalam bak mandi dengan keadaan tanpa busana, darah sekujur tubuh, sayatan pisau di beberapa bagian tubuh, mata dicongkel, dan mulut robek. Tetangganya menjadi tersangka tunggal, seorang disabilitas dengan pisau yang terdapat banyak sidik jarinya.

Laki-laki 24th, terbakar di salah satu gudang. Kasus ditutup dan tidak di temukan pelaku. Yang membedakan kasus ini dengan yang lain adalah ditemukan darah korban juga telinga korban di dekat pintu gudang.

Wanita 19th, bagian tubuhnya terpotong-potong dan dimasukkan ke dalam sebuah kantong tempat sampah. Pelaku kekasihnya sendiri yang katanya sakit hati, tapi dia mengatakan kalau tidak membunuhnya.

2021 :

Wanita 24th, bagian perutnya terbuka, hatinya hancur, hidungnya patah, rambutnya terbakar, tapi tubuhnya sama sekali tidak terkena api. Pelaku ayah tirinya sendiri, bukti kurang kuat tapi ada air mani di area vital korban yang kemungkinan dia korban pemerkosaan, tapi pelaku kekeh mengatakan kalau mereka sama-sama suka.

Wanita 18th, matanya menghilang karena dicongkel, ditemukan telanjang didalam kamar kosnya. Pelaku tidak ditemukan, kasus ditutup.

2022 :

Wanita 30th, mulutnya robek, semua giginya menghilang, kulitnya dikupas, kakinya dipotong. Pelaku suaminya sendiri, tapi bukti masih kurang kuat.

Terakhir, wanita 24th ditemukan meninggalkan diatas ranjang, dengan wajah terbakar air mendidih, hidungnya patah, pahanya robek, kepalanya bocor. Tersangka utama belum fix, mantan pacarnya. Proses penyelidikan.

Alaia menarik benang dari 7 kasus tersebut, kesamaannya adalah sama-sama dibunuh dengan sadis. Hanya saja ada satu hal yang aneh untuk Alaia saat ini, antara kebetulan atau bagaimana tapi Alaia pernah bertemu dengan mereka semua saat mereka masih hidup.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!