Chapter 2. Agam Alaia

Cerita ini hanya fiksi, banyak adegan kekerasan. Bagi pembaca di bawah umur, harap bijak dalam memilih bahan bacaan. Terima Kasih

Sebuah tangan melingkar di pinggang Alaia, wanita itu menoleh ke kiri saat merasakan bau maskulin yang tercium dari tubuh pria dibelakangnya. Perlahan senyumnya mengambang, tangannya yang tengah memotongi buah untuk mereka makan sebelum pergi keluar terhenti tatkala Agam yang ada di belakangnya mengambil pisau dari tangan Alaia.

“Duduklah, biar aku yang melanjutkannya.” Kalimat lembut keluar dari mulut Agam, bukankah Alaia harus bersyukur memiliki suami seperti Agam, tidak sedikitpun dari Agam yang dia benci, bahkan mungkin jika dibandingkan dengan dirinya yang hanya wanita pada umumnya dan banyak kekurangan, dia tidak pantas untuk pria sesempurna Agam.

Alaia duduk di kursi depan Agam, menopang dagunya menggunakan dua tangan, satu potongan buah apel di tangan Agam melayang ke arah Alaia, pria itu membiarkan suapan untuk istrinya.

“Hmm Enak.” Raut wajah Alaia sangat bahagia. “Bagaimana pekerjaanmu?.” Alaia mulai membuka obrolan ala suami istri.

“Seperti biasanya, tadi ada beberapa investor yang harus aku temui juga.”

“Ibu menghubungiku, katanya minggu depan mereka akan berkunjung sebentar, mampir dari rumah kak Lana.”

“Iya Ibu udah bilang, kak Lana juga bilang kalau anak nya lagi sakit jadi ibu berkunjung kesana, Cuma ayah kosongnya minggu depan.”

“Kok kamu nggak bilang sih mas, kita harusnya jenguk.” Alaia bangun dari duduknya dan pergi ke lantai dua, Agam hanya menggeleng dengan tingkah istrinya yang selalu perhatian pada semua orang di sekitar Agam. Niatnya memang Agam belum ingin memberitahu perihal keponakannya yang tengah sakit, karena seperti itulah reaksi Alaia yang Agam hafal.

Alaia menuruni tangga sambil berlari, Agam yang tengah berada di ruang tengah untuk merapikan beberapa berkasnya, langsung berdiri dan menghampiri Alaia, takut-takut kalau wanita itu terjatuh.

“Sayang... Kenapa lari-larian.” Agam mengucap sangat lembut pada istrinya yang malah tertawa melihat wajah khawatir Agam.

“Ayo mas , jenguk Kaluna.” Kaluna itu anak dari kakak Agam, Lana Nalendra Cakrawala yang menikah dengan Steve Alexander, seorang pria berkebangsaan Amerika, sehingga Kaluna sendiri sedikit memiliki wajah bule keturunan dari ayahnya.

“Ini mau malam, tunggu biar malam sekalian sayang.” Agam menarik tangan Alaia untuk duduk terlebih dahulu, padahal wanita itu sudah sangat siap dengan dress abu-abu muda selutut dipadukan dengan flat shoes putih dan tas selempang putihnya yang bermerek Chanel.

Jika bertanya berapa kekayaan milik Agam, mungkin sekitar 100 miliar dollar lebih, di kutip dari sebuah majalah bisnis yang terbit tahun ini. Alaia sendiri sering membaca majalah bisnis hanya untuk melihat wajah tampan suaminya, dia bahkan berlangganan majalah khusus bisnis yang terbit setiap bulan.

Rumah baru yang mereka beli ini, ada 30% uang tabungan Alaia, walaupun sekeras apapun Agam mengatakan kalau dia bisa membelikan rumah ini untuk Alaia, tapi wanita itu tidak mau jika tidak ikut berpartisipasi membantu keuangan rumah tangga, mengingat Alaia juga bekerja walaupun gajinya tidak seberapa banyak.

Alaia mengambil makanan ringan dari lemari penyimpanan di dapur, dia juga membawa air mineral. Wanita itu duduk menghampiri Agam yang tengah berkutat dengan ipad nya, sekarang itu serba elektronik, dia bisa meminta beberapa berkas yang tidak untuk ditandatangani melalui pesan elektronik, namun sesekali juga harus berupa hard file.

“Sibuk?.” Tanya Alaia sambil membuat camilan, makanan ringan kesukaan Alaia, bahkan baunya saja sangat bau micin.

Agam melirik makanan yang ada di tangan Alaia dan mengambilnya dengan paksa “Sayang, tidak boleh makan makanan seperti ini.”

“Mas... kenapa sih.”

“Nggak sehat, ganti yang lain aja.” Agam berdiri dan mengambil semua makanan ringan yang dibeli Alaia, makanan itu tidak sehat dan Agam tidak mau istrinya makan makanan tidak sehat. Pria itu memasukkan ke dalam satu kantong plastik yang lumayan besar dan meletakkan di atas meja.

“Mas, mau dibuang? Aku juga beli loh itu.”

“Dikasih ke orang yang membutuhkan, kamu nggak usah makan makanan kayak gitu lagi.” Agam membersihkan buah anggur dan meletakkan diatas piring kecil, dia juga mengupas buah mangga dan memotongnya kecil-kecil.

“Tadi kan udah makan buah.”

“Makan buah banyak itu sehat.” Agam menyodorkan piring kecil itu pada Alaia.

“Kalau gitu aku bisa makan camilan di kantor.” Alaia menunjukkan wajah kesalnya sambil membawa pergi piring buah.

“Aku akan bilang Natio.”

Mobil honda civic hitam memiliki plat khusus meninggalkan area perumahan elite, Agam tersenyum pada satpam yang menjaga pintu utama perumahan sambil memberikan sekantong plastik camilan yang dia pungut dari rumah. Alaia juga tersenyum pada satpam tersebut, kedatangan pasangan baru membuat satpam yang menjaga perumahan elite itu menjadi bahagia, pasalnya penghuni perumahan ini rata-rata pria paruh baya dengan wanita simpanannya atau pasangan yang anak-anaknya sudah memiliki rumah masing-masing.

Agam menghentikan mobilnya di depan sebuah toko penjual roti, “Tunggu disini saja, biar aku yang keluar untuk membeli.” Ucap Alaia agar lebih cepat.

“Aku ikut.” Tapi sudah bisa ditebak kalau Agam pasti akan ikut kemanapun Alaia melangkah.

“Mas... Cuma sebentar lo.”

“Nggak papa, aku ikut.”

“Ya udah deh.”

Mereka berdua masuk kedalam toko kue yang lumayan ramai pengunjung, Alaia memilih kue yang sekiranya bisa dimakan Kaluna atau kue kesukaan Kaluna. Alaia juga tidak bisa menulikan pendengarannya saat salah satu meja membicarakannya dengan Agam.

“ssstt ssstt pasangan itu ga cocok ya, ceweknya kurang cantik.”

“Iya, sumpah ganteng banget suaminya, mending sama aku aja ga sih.”

“Iya lebih cantikan kamu juga sih Sel.”

Agam menoleh ke arah meja tersebut, bahkan wanita itu terang-terangan melambaikan tangannya pada Agam. Alaia yang merasa sangat canggung menunjuk salah satu kue kesukaan Kaluna.

“Yang ini mbak, sekalian di bungkus yang cantik ya.”

“Iya kak, mohon ditunggu sebentar ya.”

“Terimakasih mbak.”

Padahal Alaia ingin segera keluar dari toko, tapi dia harus menunggunya. Agam yang tau perasaan Alaia, menggenggam kedua tangan Alaia lembut.

“Kamu nggak papa sayang?.”

“Apa? Nggak kok, bentar lagi kue nya selesai di bungkus.” Alaia mencoba tersenyum pada Agam.

Kue nya pun siap diberikan, Alaia mengambil kue tersebut, Agam siap menerimanya untuk membantu Alaia membawa ke mobil. Mereka berdua keluar dari toko kue, Alaia melihat sekilas meja mereka, nyatanya memang dia lebih cantik dari Alaia.

“Jangan dipikirkan ya.” Agam menggenggam tangan Alaia lembut.

“Tapi kenapa kamu memilihku?.”

“Emm Karena kamu Alaia, Alaia hanya satu dan aku hanya akan jatuh cinta pada Alaia ku.”

“Tapi aku ga cantik mas.”

“Cantik, siapa yang bilang kamu nggak cantik? Mereka harus tau kalau kamu cantik dari sisi manapun.”

Alaia tidak bisa berkata-kata lagi mendengar jawaban Agam, dia selalu memberikan jawaban yang berbeda atas pertanyaan itu dan Alaia tidak bisa mengatakan hal buruk mengenai perasaan tulus Agam padanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!