Perfect Husband
Cerita ini hanya fiksi, banyak adegan kekerasan. Bagi pembaca di bawah umur, harap bijak dalam memilih bahan bacaan. Terima Kasih
Dress putih gading memeluk tubuh ramping seorang wanita yang sejak pagi mengatur degup jantungnya yang tidak beraturan, jika di ingat kembali dengan jelas, hari itu adalah hari paling indah dalam hidupnya dan hanya akan terjadi sekali seumur hidup. Banyak hal berkecamuk dalam kepalanya tapi itu adalah sebuah proses yang harus dilalui menjelang pernikahan, banyak yang mengatakan kalau menuju hari pernikahan, hati akan di goyangkan, keyakinan sebelumnya menjadi sebuah ketakutan yang tidak pernah dipikirkan.
“Alaia!.” Alaia menyadarkan lamunannya saat dia melihat frame besar di sudut rumah barunya, sudah hampir satu tahun pernikahan itu berlangsung tapi jantungnya masih berdebar sangat kencang saat melihat pasangan yang tengah tersenyum di foto tersebut.
Alaia Wijaya, wanita cantik dengan senyuman manis, sikap tegas dan lemah lembut, di umurnya yang sudah menginjak 25 tahun, dia masih disibukkan dengan pekerjaan yang tak jauh dari kriminal. Dia salah satu anggota detektif kejahatan umum, walaupun pekerjaannya sangat berbahaya, basic sebagai mantan atlet taekwondo dan beberapa olahraga bela diri lainnya yang dia tekuni membawa pekerjaan itu sebagai sebuah kegiatan yang sangat dia sukai.
Tahun ini sudah terhitung satu tahun pernikahannya dengan pria yang sangat dia cintai, hubungan selama 3 tahun yang sudah terjalin membawa mereka ke dalam kisah yang lebih serius, yaitu pernikahan yang penuh suka. Hari ini Alaia pindah ke rumah baru yang dibeli bersama suaminya, dibantu sahabatnya, Alaia memindah beberapa barang ke rumah baru dari apartemen lama.
“Yang ini mau ditaruh mana?.” Tanya Sena, sahabat paling dekat Alaia sejak sekolah menengah atas. Bukan saksi perjalanan cinta Alaia, tapi dia salah satu orang yang sangat peduli dan mendukung apapun pilihan Alaia.
“Taruh meja aja Sen, thanks ya udah bantuin.”
“Agam nggak bantuin?.”
“Agam kan masih sibuk di kantor, dia ada meeting hari ini, tapi udah bilang kalau mau pulang lebih cepat buat bantuin.”
“Bunda!!.” Anak kecil perempuan berlari ke arah Alaia dan memeluknya pahanya erat, anak kecil yang hanya memiliki tinggi sepaha Alaia itu tersenyum manis.
“Yashinta! Tante Alaia kan jadi terkejut kalau kamu gituin.”
“Maaf Ma.”
Alaia tersenyum dan berjongkok di depan Yashinta “Nggak papa sayang... Yas udah makan? Bunda punya makanan kesukaan Yas loh.”
“Bener bunda?.”
“Bener, tunggu di sofa sama mama dulu ya, biar bunda ambilin.”
Yashinta nampak sangat bahagia, Alaia berjalan menuju ke dapur dan mengambil sebuah cookies kesukaan Yashinta. Anak itu memanggilnya Bunda sejak kecil, dia anak pertama Sena dan Natio, suaminya. Lucunya lagi, Sena menikah dengan Natio yang sebenarnya adalah teman satu pekerjaan Alaia. Mereka mengenal satu sama lain saat Alaia akan bertemu dengan Sena yang kebetulan saat itu Alaia bersama Natio setelah melakukan pekerjaan. Selama satu tahun hubungan, Sena dan Natio memutuskan menikah dan jadilah Yashinta, putri pertama mereka.
Alaia berjalan menuju ke ruang tengah dengan membawa nampan berisi minuman dingin dan juga cookies yang dibeli saat perjalanan pulang dari rumah mertua nya. Saat melihat cookies itu, dia jadi teringat Yashinta.
“Al, kamu nggak mau program hamil sama Agam?.”
“Belum tau, masih mau hidup kayak gini dulu Sen.”
Agam Nalendra Cakrawala atau yang kerap di panggil Agam, pria hebat yang sedang banyak dibicarakan khalayak umum, seorang Presiden Direktur sebuah perusahaan besar, suami Alaia, orang yang sangat berarti dalam hidup Alaia. Setelah kepergian kedua orang tuanya, Alaia hanya tinggal sendiri, hingga dia bertemu dengan Agam, semuanya tampak seperti direncanakan oleh tuhan, saat Alaia bertemu dengan Agam di sebuah hotel. Saat itu Alaia mendatangi pernikahan Sena dan Natio, kebetulan acara perusahaan milik Agam bersebelahan dengan gedung pernikahan tersebut. Sebuah kebetulan yang mengantarkan Alaia bahagia dengan Agam.
Masalah anak, itu adalah keputusan dari dua belah pihak, Agam maupun Alaia masih sibuk dengan pekerjaan masing-masing, mereka takut jika memiliki anak malah akan memberatkan anak mereka karena kedua orang tuanya sangat sibuk. Walaupun Agam lebih awal pulang setiap harinya sekaligus dia yang banyak mengerjakan pekerjaan kantor di rumah, tapi Agam sendiri kasihan dengan Alaia jika pulang dari bekerja harus di repotkan untuk mengurus anak mereka. Sehingga Agam sendiri mengatakan kalau masalah anak itu terserah Alaia, karena mau bagaimanapun juga Alaia yang akan mengandung dan melahirkan, bahkan Alaia juga akan menjadi ibu yang super repot.
“Gimana keluarga Agam?.”
“Mereka tidak terlalu peduli soal anak, apalagi Ibu. Ibu bilang kalau mengurus anak itu tidak mudah, dia mau aku siap dalam segala hal, toh sebenarnya mereka sudah punya cucu dari kakak perempuan Agam.”
“Tapi umur kamu akan terus bertambah Al.”
“Nggak papa, itu akan aku bicarakan dengan Agam.”
Sena mengusap pundakku lembut “Apapun keputusanmu, aku akan selalu mendukung, Yashinta juga anak kamu.”
“Hehehe Yashinta sayang bunda kan?.”
“Saaaayaaanggg baaanggeettt.” Jawab Yashinta sambil menunjukkan deretan giginya yang sudah mulai banyak tumbuh.
Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore, mobil Natio berhenti didepan rumah Alaia untuk menjemput anak dan istrinya.
“Al, pulang dulu, titip salam buat Agam.”
“Makasih ya Sen, sampai jumpa lagi Yas!.”
Alaia juga melambaikan tangannya pada Natio yang menunggu di dalam mobil, setelah mobil itu meninggalkan depan gerbang Alaia. Mobil lain datang, Alaia tersenyum dan membuka gerbangnya lebih lebar, siapa lagi kalau bukan suaminya, Agam.
Agam keluar dari mobilnya dengan membawa tas tenteng berisi berkas pekerjaannya yang sengaja dia bawa pulang, pria itu berjalan menghampiri Alaia dan memeluknya erat sambil mengecup dahi istrinya penuh kasih sayang.
“Teman kamu sudah pulang?.”
“Udah, kamu mau makan apa? Biar aku siapin.”
“Kita makan malam di luar aja ya, kamu pasti capek beres-beres karena aku harus meeting di kantor.”
“Enggak juga sih, tapi kalau mau makan malam di luar juga nggak masalah.”
Agam tersenyum dan menggandeng istrinya masuk kedalam rumah baru mereka, bau beberapa barang baru sudah sedikit memudar karena Alaia meletakkan beberapa bunga segar di meja-meja kosong.
“Mas, yang di dalam kamar belum aku pasang fotonya, soalnya tinggi banget.”
“Nanti aku pasang, kamu istirahat aja dulu.”
Alaia tersenyum, Agam selalu manis padanya, dia bahkan hampir tidak mengerjakan pekerjaan rumah kalau ada Agam yang tidak sedang sibuk berkutat dengan berkas yang harus cepat ditandatangani. Wanita itu tengah sibuk di dapur mencuci beberapa bekas piring dan gelas kotor, sedangkan Agam ke kamar mereka untuk mandi dan berganti pakaian.
Posisi rumah mereka itu berada di salah satu perumahan kalangan elite yang super sibuk, sehingga banyak tetangganya yang tidak berada di rumah. Sedangkan rumah Alaia dan Agam sendiri berada di salah satu pekarangan yang luas, satu rumah utama dengan 3 lantai, lantai satu ruang tengah dan dapur, lantai dua kamar utama dan lantai tiga nya ruang bersantai outdoor dan indoor serta untuk Gym.
Di sebelah kiri rumah utama ada garasi untuk meletakkan mobil dan peralatan perkakas biasa, depan rumah nya ada taman kecil yang ditumbuhi beberapa bunga, dan belakang rumahnya sebuah kolam renang berukuran sedang sekaligus tempat bersantai juga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments